Manajemen Awal agar Performa Optimal |
Keberhasilan pemeliharaan ayam secara umum ditentukan pula oleh manajemen sebelum DOC masuk dalam kandang (pre chick in) dan saat pertama kali masuk ke kandang (chick in).
Manajemen ini memang sangat membutuhkan perhatian khusus karena secara
garis besar dalam periode ini peternak dituntut untuk bisa menciptakan
tempat dan kondisi yang nyaman bagi anak ayam (DOC) sebagai langkah awal
untuk mencapai performa yang optimal.
Manajemen Pre Chick In
Pre chick in disebut juga dengan masa persiapan kandang sebelum chick in. Persiapan kandang merupakan tahap penting dalam pemeliharaan ayam karena tujuan utama dari manajemen pre chick in
adalah untuk menghindari timbulnya infeksi penyakit yang menyebabkan
kerugian ekonomis cukup besar. Dalam tahap ini perlu diperhatikan
mengenai :
1) Biosekuriti yang ketat
Biosekuriti
ketat adalah kunci menekan penularan penyakit dari periode sebelumnya.
Untuk mewujudkannya, peternak dapat melakukan berbagai tindakan selama pre chick in yang dimulai dari :
- Tahap persiapan kandang yang optimal seperti pengeluaran feses, penyikatan hingga ke sela-sela kandang, perbaikan kerusakan kandang, pengapuran kandang dan desinfeksi kandang menggunakan Formades atau Sporades
- Desinfeksi Tempat Minum Ayam (TMA) dan Nampan Ransum Ayam DOC (NRDOC) sebelum digunakan kembali. Rendam dalam Zaldes atau Medisep selama 15-30 menit lalu diangin-anginkan sebelum dipakai
- Lakukan pembersihan selokan dan pemotongan rumput di areal sekitar kandang untuk mencegah perkembangbiakan vektor penyakit seperti lalat dan nyamuk
- Masa istirahat kandang yang cukup setelah desinfeksi (minimal selama 14 hari sebelum chick in)
2) Persiapan peralatan dan perlengkapan kandang
Meliputi pemilihan bahan litter, jumlah NRDOC, TMA dan Indukan Gas Medion (IGM). Perencanaan dan manajemen yang matang dari tahap ini menentukan keberhasilan fase chick in.
- Bahan litter
Bahan litter yang dapat digunakan antara lain sekam padi, jerami, serutan kayu halus dan kertas. Sekam padi merupakan bahan litter yang paling sering digunakan. Ketebalan litter sekam padi yang dianjurkan ialah 8-12 cm. Sebelum dimasukkan ke dalam kandang, litter dikeringkan dulu lalu disemprot dengan Formades atau Sporades,
kemudian diangin-anginkan. Tujuannya untuk mematikan bibit penyakit dan
memastikan litter benar-benar kering sehingga tidak mudah berjamur.
- Tempat ransum, air minum dan pemanas
Peternak harus membuat list
peralatan yang dibutuhkan sesuai jumlah DOC tiap kandang dan
disesuaikan dengan kapasitas masing-masing peralatan. Usahakan agar
jumlahnya tidak kurang dari kebutuhan agar menekan terjadinya persaingan
antar ayam baik dalam hal ransum, air minum maupun ruang gerak. Cek
semua peralatan untuk memastikan semua alat berfungsi optimal. Nyalakan
pemanas 1-3 jam sebelum chick in. Tujuannya agar panas sudah
menyebar merata baik udara, litter maupun air minum. Tindakan ini juga
akan mengusir gas amonia, menghangat-kan udara dan air minum serta
menurunkan kelembaban litter.
Tabel 1. Peralatan dan Perlengkapan Kandang Brooder Kapasitas 1000 ekor DOC
Manajemen Chick In
Saat chick in,
segera buka box DOC dan lakukan penimbangan, penghitungan serta
penyeleksian kualitas DOC. Sampel DOC yang akan ditimbang sekitar
10-20%. Bobot badan DOC yang tidak sesuai standar breeder (di atas atau di bawah standar) dipisahkan untuk selanjutnya dipelihara dan diberi perlakuan tersendiri.
Culling
DOC yang kualitasnya buruk seperti lesu, bulu kusam, mata keruh atau
sakit. Selain berpotensi menjadi sumber penyakit, DOC berkualitas buruk
akan menurunkan persen keseragaman berat badan. Setelah itu, segera
tebar DOC di brooding.
Saat chick in, peternak juga wajib menyediakan nutrisi dan lingkungan yang baik. Berikut ulasannya :
1) Nutrisi
Sediakan
air gula 2-5% (20-50 gram dalam 1 liter air minum) untuk mengganti
energi yang hilang dari tubuh ayam dengan segera. Ada baiknya air minum
tersebut hangat (20-240C). Hal ini untuk mencegah cold shock atau ayam trauma meminum air minum karena suhu air terlalu dingin.
Bersamaan
dengan itu, berikan pula ransum. Selain sebagai sumber nutrisi,
pemberian ransum dini akan memacu perkembangan vili dan pemanjangan
usus. Pemberian yang sedikit demi sedikit akan lebih baik daripada
sekaligus dalam satu kali pemberian. Daya tampung tembolok DOC yang
terbatas dan terjaganya kesegaran ransum adalah alasan anjuran tersebut
sehingga nafsu makan ayam tetap tinggi. Keuntungan lain saat memberi
ransum yaitu peternak bisa sekaligus mengontrol kondisi ayam. Berikan
air minum biasa setelah air gula habis atau 1-2 jam setelah chick in. Akan lebih baik, jika air tersebut ditambah Vita Chick atau Strong n Fit sehingga perkembangan tubuh ayam lebih optimal. Strong n Fit
dengan kandungan L-carnitin dan vitaminnya dapat mengubah lemak menjadi
energi sehingga meningkatkan berat badan dan daya tahan tubuh ayam.
Sedangkan kandungan multivitamin dan growth promoter antibiotic dalam Vita Chick
berperan pula dalam mendukung dan meningkatkan pertumbuhan anak ayam.
Jika kondisi anak ayam jelek (seperti kaki kering, bulu kusam dan
sebagainya) berikan Neo Meditril, Proxan-C, Proxan-S atau Tycotil untuk meminimalkan resiko infeksi bakteri misalnya CRD dan colibacillosis.
Lakukan
pemeriksaan konsumsi ransum dan air minum, 2-3 jam setelah pemberian
ransum pertama melalui perabaan tembolok. Konsumsi ransum dikatakan
baik bila minimal 75% sampel DOC teraba kenyal dan lunak yang
mengindikasikan bahwa ayam sudah mengkonsumsi cukup ransum dan juga air
minum. Jika perlu, peternak dapat melakukan pemeriksaan kembali 24 jam
setelah pemberian ransum dengan indikator 95-100% tembolok ayam harus
teraba kenyal dan lunak. Tembolok yang keras menunjukkan bahwa ayam
tidak cukup mengkonsumsi air minum atau bahkan mengkonsumsi sekam (litter).
Tetapi jika tembolok berisi air, diduga ayam cukup mengkonsumsi air
namun tidak dengan ransum. Jika tidak mencapai 95-100%, peternak wajib
mengevaluasi manajemen chick in misalnya kualitas fisik dan kandungan nutrisi ransum, kenyamanan kandang, jumlah TRA, TMA dan sebagainya. Selain ketika chick in,
metode perabaan tembolok ini juga dapat digunakan saat penggantian
tempat ransum. Metodenya sama yaitu pemeriksaan dilakukan 3 jam setelah
perlakuan.
Pemeriksaan konsumsi ransum melalui perabaan tembolok
(Sumber: Dok. Medion)
2) Modifikasi Lingkungan
Pada 1-3 jam setelah chick in, lakukan pemeriksaan suhu litter apakah sudah nyaman atau belum. Salah satu teknik mendeteksinya ialah melihat kondisi kaki DOC. Jika litter
terlalu panas, kaki DOC akan kemerahan dan terlihat pecah-pecah
terutama di kuku dan telapak kaki. DOC yang mengalami hal ini biasanya
akan berkumpul jauh dari brooder. Suhu kandang brooder ideal berkisar antara 31-330C (Lohman Manual Guide, 2010). Sebaliknya jika litter
terlalu dingin, kaki DOC akan teraba dingin (dibanding suhu tubuh
kita). Konsumsi ransum dari DOC yang kedinginan atau kepanasan juga akan
menurun karena DOC cenderung diam dan meringkuk.
3) Kesehatan
Hal yang tidak kalah penting setelah ayam chick in ialah
memperhatikan faktor kesehatan sebagai faktor pendukung. Sebaiknya
lakukan pengukuran titer antibodi maternal. Antibodi maternal merupakan
antibodi yang diwariskan dari induk ayam kepada anaknya. Uji serologis
untuk mengukur antibodi maternal bisa dilakukan ketika DOC. Pengukuran
yang sering dilakukan ialah uji titer antibodi maternal Gumboro.
Gambaran antibodi maternal ini bermanfaat untuk memprediksi kapan waktu
yang tepat untuk vaksinasi Gumboro pertama dilakukan. Uji titer
antibodi maternal tersebut bisa dilakukan di Medilab Medion.
Seluruh kegiatan manajemen, baik pre chick in maupun chick in
berkontribusi untuk menciptakan kondisi DOC yang sehat dan mampu
menghasilkan produktivitas optimal karena manajemen awal ini juga sangat
menentukan keberhasilan periode pemeliharaan ayam berikutnya. DOC yang
terserang penyakit sejak awal, tidak akan mampu berproduksi optimal dan
hal ini tentu akan sangat merugikan peternak. Oleh karena itu, segera
terapkan manajemen pre chick in dan chick in dengan baik dan benar. By: Pakan Ikan Madiun, Sumber: info.medion.co.id