Cabai walaupun mempunyai prospek
pasar yang bagus dalam agribisnis tetapi tanaman cabe juga banyak menemui
masalah kaitanya dengan banyaknya jenis dan intensitas serangan penyakit
tanaman. Penyakit layu pada tanaman cabe merupakan penyakit yang cukup
merugikan dan jika tidak dilakukan pengendalian secara tepat dapat menyebabkan
kerusakan dan menggagalkan pertanaman.
penyakit layu pada tanaman cabe ini
secara umum ada 2 jenis yaitu layu fusarium yang disebabkan oleh Fusarium
oxysporium f.sp.capsici dan layu bakteri yang disebabkan oleh
bakteri Psudomonas solanacearum (E.F.) Sm.
Penyakit Layu Fusarium.
Penyebab penyakit ini adalah
cendawan Fusarium oxysporium f.sp.capsici Schlecht. Penyakit
ini biasanya menyerang tanaman cabe yang ditanam pada tanah masam (ph tanah
rendah, kurang dari 6). Serangan ditandai dengan memucatnya tulang
daun sebelah atas dan diikuti menunduknya tangkai daun. Jika pada batas
antara akar dengan batang dipotong akan terlihat cicncin coklat kehitaman
diikuti busuk basah pada berkas pembuluh.
Pengendalian penyakit layu fusarium
dapat dilakukan dengan beberapa cara pengendalian antara lain :
Penyakit Layu Bakteri.
Penyakit layu bakteri ini biasanya
menyerang tanaman cabe yang ditanam di dataran rendah dibandingkan di dataran
tinggi. Gejala serangan yang kelihatan adalah layu pada beberapa daun
muda dan atau menguningnya daun tua sebelah bawah. Gejala lain yang
terlihat adalah berkas pembuluh pengangkut yang berwarna cokelat tua dan
membusuk setelah batang, cabang atau pangkal batangnya kita belah.
Namun jangan sampai kita salah
identifikasi terhadap layu bakteri ini, sebab gejala seranganya hampir-hampir
mirip dengan gejala serangan layu fusarium. Untuk membedakanya secara
mudah, siapkan air putih dalam sebuah gelas. Kemudian potong cabang atau batang
tanaman cabe yang terserang layu tadi dan dijepit dengan pisau dan dicelupkan
ke dalam air putih tadi. Perhatikan jika dari potongan cabang atau batang
tadi keluar exudat berwarna putih seperti asap, dapat dipastikan tanaman tadi
terserang bakteri Pseudomonas bukan layu karena serangan
Fusarium. Jika tidak keluar eksudat putih berarti tanaman terserang oleh
penyakit layu fusarium.
Pengendalian penyakit layu bakteri
ini dapat dilakukan dengan beberapa cara pengendalian yang kompatibel antara
lain :
Ulat grayak ini sangat merugikan karena menyerangan tanaman secara bergerombol dan massif sehingga kadang disebut juga sebagai ulat tentara (army worm). Ulat grayak biasanya menyerang pada malam hari, tingkat serangan parah dan tingkat lanjut bisa menyebabkan seluruh pertanaman dalam satu hamparan bisa habis dalam waktu satu malam saja. Salah satu gejala awal serangan ulat grayak ialah daun – daun cabe yang meranggas dan berlubang-lubang. Ulat grayak mulai memakan daun dari bagian tepi kemudian ke bagian atas maupun bawah daun. Pada tingkat serangan yang parah daun hanya tertinggal epidermisnya saja. Sehingga daun menjadi tidak berfungsi sebagai tempat fotosintesis, akibatnya produksi buah cabe terhambat dan menurun. Apabila disekitar pertanaman cabe banyak kupu-kupu beterbangan pada malam hari dengan ciri-ciri berwarna agak gelap dengan garis agak putih pada sayap depan, berarti itulah serangga dewasa dari ulat grayak. Kupu-kupu ini akan meletakkan telur secara berkelompok di atas daun atau tanaman dan ditutup dengan bulu-bulu. Jumlah telurnya bisa mencapai 500 butir per betina. Telur-telur tersebut kemudian akan menetas menjadi ulat /larva, mula-mula hidup berkelompok dan setelah dewasa kemudian menyebar. Salah satu ciri khas yang bisa menjadi penanda dari larva / ulat grayak ini adalah terdapat bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris-garis kekuningan pada sisinya. perkembangan selanjutnya larva akan berubah menjadi pupa / kepompong yang biasanya dibentuk di bawah permukaan tanah. Daur hidup dari telur menjadi kupu-kupu berkisar antara 30 – 61 hari. Stadium yang paling membahayakan dari hama Spodoptera litura F ini adalah saat ia berada pada stadium larva / ulat. Membahayakan karena ulat grayak ini sangat rakus dan menyerang bukan hanya tanaman cabe saja, ulat grayak termasuk ulat polifag yang makan segala jenis tanaman. Bagaimana pengendalian ulat grayak? Pengendalian hama ulat grayak ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pengendalian yang optimal dapat dimulai dengan membersihkan sekitar pertanaman cabe dari gulma sehingga tidak ada inang sementara bagi hama ini. Selanjutnya dapat dilakukan pengendalian dengan memerangkap kupu-kupu jantannya dengan sex pheromone. berkurangnya kupu-kupu jantan menyebabkan produksi telur kupu-kupu betina juga akan berkurang, cara pengendalian ini akan effektif apabila diterapkan sejak awal. Sex pheromone yang mudah dan praktis untuk diaplikasikan adalah Ugratas yang merupakan singkatan dari Ulat grayak brantas tuntas. Ugratas berbentuk seperti benang plastik berwarna merah dan digantung pada botol bekas air mineral yang diberi lubang kecil disekelilingnya. Paling sedikit diperlukan 5-10 buah ugratas per satu hektar lahan tanaman cabe yang dipasang sedikit diatas tanaman cabe, effektivitasnya dalam memerangkap serangga jantan kurang lebih 3 minggu, sehingga setelah 3 minggu harus diganti kembali. Penggunaan sex pheromone ini lebih menguntungkan karena karena tidak berdampak negatif bagi lingkungan sehingga aman bagi manusia dan ternak dan tidak menimbulkan kekebalan (resistensi) hama terhadap insektisisda serta dapat memperlambat perkembangan populasi hama tersebut sehingga dapat mengurangi penggunaan insektisida. Sedangkan setelah menjadi larva, ulat grayak dapat dikendalikan secara mekanis, hayati maupun kimia. Pengendalian ulat grayak secara mekanis adalah dengan mengumpulkan dan memusnahkan ulat grayak yang tertangkap. Sedangkan secara hayati dilakukan dengan aplikasi agensia hayati berbahan aktif Bacilus thuringiensis yang dipasar dikenal dengan merk dagang seperti Dipel, Florbac, Bactospeine dan Thuricide. Pengendalian secara hayati ini tidak boleh digabung dengan pengendalian secara kimia, karena hasilnya pasti tidak effektif bahkan bisa dikatakan mubazir karena bahan-bahan kimia yang terkandung dalam insektisida tersebut dapat mematikan agensia hayati tersebut. Secara kimia pengendalian ulat grayak dilakukan dengan menyemprotkan insektisida secara berseling, misalnya dengan Decis 2,5 EC dengan dosis 0,5 – 1,0 ml per liter air, Hostathion 40 EC dengan dosis 2 cc per liter air atau Orthene 75 SP 1 gr per liter air. Penggunnaan insektisisda ini harus dilakukan secara bijak dan hati-hati. Lebih baik apabila berkonsultasi terlebih dahulu dengan petugas teknis maupun penyuluh pertanian setempat sebelum penggunaan insektisida tersebut. Sesuai dengan kebiasaan ulat grayak yang aktif pada malam hari maka penyemprotan insektisida ini harus dilakukan saat hari mulai gelap/malam. Siang hari biasanya bersembunyi di bawah rerumputan, daun atau bahkan dibawah mulsa atau di rongga-rongga tanah yang terlindung dari sinar matahari. Penyemprotan insektisida ini effektif pada saat ulat grayak masih “muda” , jika sudah “tua” dengan warna lebih gelap akan susah untuk dikendalikan.
Jamur Choanephora
cucurbitarum.
Gejala utama penyakit patah
batang/teklik pada tanaman cabe adalah busuknya
bunga, tangkai bunga, cabang dan ranting tanaman. Penyakit ini biasanya
menyerang pada pucuk tanaman (tanaman muda) kemudian menjalar pada bagian
tanaman yang lebih tua. Jika pucuk tanaman terserang akan berwarna coklat
kehitaman dan membusuk kadangkala terlihat adanya spora berwarna kelabu
kehitaman.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Choanephora
cucurbitarum. Jamur ini akan mudah tersebar oleh angin pada cuaca yang
lembab dan ada angin. Penyakit ini juga mudah menular melalui singgungan antara
daun/ cabang yang terserang dan daun yang sehat.
Untuk mengendaliakan penyakit ini
sebenarnya hampir sama dengan pengendalian penyakit cabe yang lain, diantaranya
adalah:
|
Written by s52 | |
Thursday, 08 March 2012 |