1.
Layu Fusarium/Grey Leat Spot
Penyebab:
Cendawan (fusarium oxyporum Hanz.)
Gejala
-
Daun bawang menguning dan terpelintir,
layu, tanaman mudah tercabut pada dasar umbi, sehingga dapat mempengaruhi
pertumbuhan akar.
-
Umbi yang terserang akan menampakan
dasar umbi yang putih, karena massa cendawan dan umbi membusuk dimulai dasar
umbi.
-
Serangan lebih lanjut menyebabkan
kematian, dimulai dari ujung daun kemudian menjalar kebagian bawah.
Bentuk
dan Bioekologi
-
Cendawan membentuk klamidospora dan
dapat bertahan lama didalam tanah.
-
Cendawan meginfeksi dengan cara menembus
jaringan pada dasar batang tanpa ada luka sebelumnya.
-
Panetrasi dipermudah bila terdapat luka.
-
Serangan cendawan pada umbi sangat
lambat, sehingga tidak menampakan gejala, namun setelah disimpan dan bibit
ditanam dilapangan, maka gejala akan timbul.
-
Kelembaban yang tinggi didalam tanah
akan memacu perkembangan penyakit.
Inang
lain
-
Mempunyai banyak tanaman inang dari
keluarga Solanacearum seperti cabe, kentang, tomat dan terung-terungan lain
serta bawang-bawangan.
Pengamatan
-
Pengamatan dilakukan pada 10% populasi
tanaman, terutama jika dipertanaman terdapat gejala serangan.
-
Bagian tanaman yang diamati adalah daun
dan batang tanaman yang terserang.
-
Tiap blok pertanaman/petak diamati
secara diagonal atau minimal 5 titik pengamatan.
Pengendalian
-
Cara kultur teknis:
Pegiliran
tanaman dengan jenis tanaman yang bukan inang dan tidak menanam bawang merah
pada lahan terserang/endemic dalam jangka waktu lama.
Penanaman
bibit tanaman yang toleran atau resisten terhadap serangan trips.
Menggunakan
bibit yang bebas penyakit.
-
Cara fisik dan mekanis:
Tanaman
yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan dengan dibakar verikut tanah
sekitar perakarannya.
Drainase
dipertahankan dalam keadaan baik.
Menjaga
tanaman tidak terluka akibat perlakuan pemeliharaan.
-
Cara biologi:
Memanfaatkan
musuh alami parasitoid, predator dan pathogen.
Memanfaatkan
aneka tanaman biopestisida selektif.
-
Cara kimia:
Member
pelakuan bibit sebelum ditanam dengan fungisida selektif dan efektif.
Apabila
cara pengendalian lainnya tidak mampu menekan serangan layu fusarum sampai
mencapai 10%, aplikasi fungisida selktif dan efektif sesuai dosis/konsentrasi
yang direkomendasi.
2.
Antraknose/Anthracnose
Penyebab:
Cndawan (Colletotrichum gloeospooifrs (Penz)
Sacc).
Gejala
-
Terjadi bercak-bercak putih tidak
beraturan pada daun terserang dengan ukuran kurang 1-2mm. bercak-bercak
tersebut berkembang dan melebar kemudian berubah warna menjadi putih kehijauan.
-
Beercak-bercak kecil pada daun-daun muda
atau anakan akan menjadi sumber infeksi.
-
Daun yang sakit kemudian mongering dan
gugur.
-
Serangan pada tangkai daun menyebabkan
daun layu dan rontok.
-
Tanaman bawang dapat mati mendadak,
karena daun bagian bawah pangkal mengecil.
-
Pada bagian bunga terjadi bintik-bintik
kecill berwarna hitam terutama pada keadaan cuaca lembab dan dapat menyebabkan
rontoknya bunga.
-
Apabila terinfeksi berlanjut, spora akan
terlihat dangan koloni berwarna merah muda kemudian berubah menjadi coklat
gelap dan akhirnya menjadi kehitam-hitaman.
Bentuk
dan Bioekologi
-
Konidia dapat membentuk apresoria yang
dirangsang oleh keadaan suhu, kelembaban dan nutrisi yang cocok.
-
Pada saat perkecambahan apresoria akan
cepat dan mudah menginfeksi inangnya.
-
Serangan tertekan bila mengalami cekaman
musin kemarau, drainase baik dan gulma terkendali.
Inang
lain
-
Bawang putih, sirsak, jeruk, mangga,
manggis, leci, keweni, rambutan, apokat, jambu biji, delima, anggrek.
-
Candawan penyebab dapat bertahan
berbulan-bulan pada ranting-ranting mati.
Pengamatan
-
Pada stadium pertumbuhan tunas:
Amati
adanya bercak-bercak kecil, malformasi daun dan gugur daun.
-
Pada stadium pembungaan:
Amati
adanya gejala penyakit pada pembungaan yang terlihat sampai batas kemampuan
mata.
Pengendalian
-
Cara kultur teknis:
Menggunakan
benih sehat, bebas penyakit dan kultivar resisten.
Merecanakan
waktu tanam dengan tepat (kemarau).
Melakukan
pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang.
Sanitasi
lahan dengan membakar sisa tanaman sakit dan pemeliharaan drainase sebaik
mungkin.
Tidak
mengusahakan bawang merah secara monokultur didaerah basah/lembab.
Jarak
tanam yang paling cocok (tidak terlalu rapat) sesuai kondisi daerah setempat,
sanitasi terhadap gulma dan pemeliharaan tanamanan sebaik-baiknya.
Jika
terjadi hujan pada siang hari, segara siram dengan air bersih untuk mencuci
pathogen yang menempel pada daun.
-
Cara biologi:
Memanfatkan
musuh alami parasitoid Aphytis sp.
Memanfaatkan
musuh alami predator family Coccinellidae, seperti Coccinella repanda, C. transversalis; family: Syrphidae,
Crysophidae dan Lycosidae.
Memanfaatkan
aneka tanaman biopestisida selektif.
-
Cara kimiawi:
Aplikasi
fungisida dapat dilakukan dengan:
a.
Daun mengalami malformasi dan terjadi
gugur daun.
b.
Gejala terjadi pada malai bunga dan
kondisi lingkungan menguntungkan bagi perkembangan penyakit.
c.
Hujan turun secara terus menerus selama
1-2 hari, sehingga kelembaban menjadi tinggi.
3.
Embun Tepung/Powdery Mildew
Penyebab:
Cendawan Sercospora duddie
Gejala
-
Pada serangan awal pucuk muda permukaan
ditutupi bulu-bulu halus/lapisan massa dari konidia (spora) cendawan yang
berbentuk tepung berwarna ungu.
-
Dibawah lapisan tepung, jaringan tanaman
berwarna hijau kebasahan dan kemudian berkembang menjadi kecoklatan.
-
Daun yang terserang mengeriput, layu dan
selanjutnya daun menjadi kering.
-
Serangan berat menyebabkan pertumbuhan
tanaman menjadi terhambat dan menjalar ke umbi hingga membusuk (tetapi lapisan
luarnya mongering dan berkerut).
Bentuk
dan Bioekologi
-
Apresorium membulat, konidium berbentuk
tong dengan ujung-ujung yang membulat, tidak berwarna, berbutir halus.
-
Konidium membentuk rantai yang terdiri
atas 4-8 konidium, penyebarannya dipencarkan oleh angin.
-
Serangan penyakit ini dipengaruhi oleh
ketinggian tempat (jarang terjadi didataran rendah).
-
Perkembangan pathogen didukung oleh
anakan dan kelembaban tinggi.
Inang
lain
-
Belum diketahui.
Pengamatan
-
Pengamatan dilakukan pada 10% populasi
tanaman.
-
Bagian tanaman yang diamati adalah pucuk
dan daun tanaman.
Pengendalian
-
Cara kultur teknis:
Penanaman
sebaiknya pada musim kemarau.
Menggunakan
bibit sehat dan bebas penyakit.
Melakukan
pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang.
Pengaturan
jarak tanam (tidak terlalu rapat) untuk mengurangi kelembaban udara.
-
Cara fisik dan mekanis:
Sanitasi
lingkungan dengan mengumpulkan pucuk dan daun yang terinfeksi serta tidak
produktif, selanjutnya dibakar untuk membunuh pathogen.
Menjaga
kondisi agroklimat disekitar tanaman agar tetap kering dengan saluran drainase.
-
Cara biologi:
Memanfaatkan
musuh alami parasitoid selektif.
Memanfaatkan
aneka tanaman biopestisida selektif.
-
Cara kimiawi:
Memberikan
perlakuan benih sebelum tanam dengan fungisida.
Untuk
mencegah serangan penyakit ini, lakukan penghembusan serbuk belerang dengan
dosis 20-30 kg/ha atau yang direkomendasi.
Menggunakan
fungisida selektif dan efektif pada bagian pucuk dan daun tanaman terinfeksi
sesuai dosis/konsentrasi yang direkomendasi.
4.
Bercak Trotol/Alternaria
Penyebab:
Cendawan (Alternaria porri)
Gejala
-
Terjadi bercak-becak melekuk pada daun,
berwarna putih atau kelabu. Pada saat cuaca lembab, permukaan bercak dapt
berwarna coklat atau hitam.
-
Pada serangan lanjut terdapat
bercak-bercak menyerupai cicin berwarna agak ungu dengan tepi agak merah atau
keunguan dan dikelilingi oleh bagian berwarna kuning yang dapat meluas keatas
atau kebawah bercak dan ujung daunnya mongering.
-
Serangan trotol menyebabkan infeksi pada
umbi, diawali dari bagian leher umbi ditandai berwarna kuning atau merah
kecoklatan, sehinggga umbi membusuk dan berair.
-
Serangan berat mengakibatkan jaringan
umbi mongering dan berwarna gelap.
Bentuk
dan Bioekologi
-
Konidium dan konidiofor berwarna hitam
atau coklat, konidium berbentuk gada yang berseklat-sekat pada salah satu ujungnya
membesar dan tumpul, ujung lainnya menyempit dan agak panjang.
-
Konidium dapat disebarkan oleh angin dan
menginfeksi tanaman melalui stomata atau luka yang terjadi pada tanaman.
-
Pathogen dapat bertahan dari musim ke
musim pada sisa tanaman.
-
Keadaan cuaca yang lembab, mendung,
hujan rintik-rintik dapat mendorong perkembangan penyakit.
-
Kondisi yang menguntungkan bagi
perkembangan pathogen adalah keadaan drainase tanah yang buruk, suhu 30° - 32°
C, pemupukan dengan dosis N tinggi yang tidak berkembang.
Inang
lain
-
Bawang putih, sirsak, jeruk, mangga,
manggis, leci, keweni, rambutan, apokat, jambu biji, delima, anggrek.
-
Cendawan penyebab dapat bertahan
berbulan-bulan pada ranting-ranting mati.
Pangamatan
-
Pada stadium pertumbuhan tunas:
Amati
adanya bercak-bercak kecil, malformasi daun dan gugur daun.
-
Pada stadium pembungaan:
Amati
adanya gejala penyakit pada pembungaan yang telihat sampai batas kemampuan
mata.
Pengendalian
-
Cara kultur teknis:
Menggunakan
benih sehat, bebas penyakit dan kultivar resisten.
Merencanakan
waktu tanam dengan tepat (kemarau).
Melakukan
pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang.
-
Cara fisik dan mekanis:
Sanitasi
lahan dengan membakar sisa tanaman sakit dan pemeliharaan drainase sebaik
mungkin.
Jarak
tanam yang paling cocok (tidak telalau rapat) sesuai kondisi daerah setempat,
sanitasi terhadap gulma dan pemeliharaan tanaman sebaik-baiknya.
Menjaga
lahan tidak tergenangdengan drainase yang baik.
Jika
terjadi hujan pada siang hari, segara siram dengan air bersih untuk mencuci
pathogen yang menempal pada daun.
-
Cara biologi:
Memanfaatkan
musuh alami parasitoid dan pathogen antagonis.
Memanfaatkan
aneka tanaman biopestisida selektif.
-
Cara kimiawi:
Apliklasi
fungisia dapat dilakukan apabila:
a.
Daun mengalami malformasi dan terjadi
gugur daun.
b.
Gejala terjadi pada malai bunga dan
kondisi lingkungan menguntungkan bagi perkembangan penyakit.
c.
Hujan turun secara terus menerus selama
1-2 hari, sehingga kelembaban menjadi tinggi.
|
|
Written by Surya | |
Thursday, 23 August 2012 |