Titik Lemah Manajemen Penyebab CRD Kompleks |
Perunggasan
telah berkembang menjadi industri yang mampu memenuhi kebutuhan dunia
akan protein hewani melalui produksi daging dan telur. Namun sayangnya
perkembangan hasil produksi yang dicapai masih belum optimal, salah
satunya akibat rutinnya berbagai penyakit menyambangi peternakan kita.
Pada awal tahun 2011 ini kasus penyakit yang menimpa peternakan ayam di
Indonesia diprediksikan masih didominasi oleh penyakit lama dan memang
sudah sering menyerang ayam, salah satunya adalah CRD kompleks (Poultry
Indonesia, 2010).
Sebagai
sebuah industri yang sedang berkembang, hampir semua ayam dipelihara
pada situasi kandang yang terlalu padat dengan kualitas udara yang
rendah. Pada situasi demikian, kemungkinan besar hampir seluruh populasi
ayam di kandang akan terinfeksi oleh M. gallisepticum (penyebab
CRD) sehingga kondisi ayam akan terus menurun. Setelah daya tahan tubuh
ayam menurun, infeksi oleh bakteri lain seperti Eschericia coli
akan mudah berkembang dan CRD kompleks pun terjadi. Ditingkat peternak
ayam pedaging, kasus CRD dan CRD kompleks merupakan kasus teratas yang
sering dijumpai, namun berdasar pada pola pemeliharaan ayam pedaging
yang terlalu singkat dan kasus CRD kompleks yang sudah sering terjadi
berulang di farm, maka kehadiran penyakit ini kurang diekspos oleh
peternak.
Eksistensi Mycoplasma gallisepticum di saluran pernapasan
Penyakit
ngorok atau CRD pada ayam merupakan suatu penyakit yang menyerang
saluran pernapasan dimana sifatnya kronis. Disebut “kronis” karena
penyakit ini berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu lama
dan sulit untuk disembuhkan. Penyebab utamanya adalah M. gallisepticum, yang salah satu gejala khas dari penyakit ini adalah ngorok, sehingga peternak lebih umum menyebutnya dengan penyakit ngorok.
Saluran
pernapasan ayam secara alami dilengkapi dengan pertahanan mekanik.
Permukaannya dilapisi mukosa dan terdapat silia (bulu-bulu getar) serta
mukus yang berfungsi menyaring udara yang masuk. M. gallisepticum
sering terdapat di saluran pernapasan ayam ini, masuk bersamaan dengan
aliran udara yang sebelumnya telah terkontaminasi. Ketika memasuki
saluran pernapasan ayam, agen penyakit ini menempel pada mukosa saluran
pernapasan dan merusak sel-selnya. Adanya bakteri ini akan memicu
terjadinya radang dan aliran darah di daerah tersebut menjadi meningkat.
Bakteri akan ikut aliran darah dan menuju kantung udara, dimana kantung
udara merupakan tempat yang cocok untuk M. gallisepticum hidup dan berkembang biak.
Struktur bakteri M. gallisepticum
(Sumber : www.scribd.com)
Struktur bakteri E. coli
(Sumber : www.scribd.com)
M. gallisepticum
merupakan bakteri Gram (-) berbentuk polimorfik kokoid dan tidak
memiliki dinding sel sehingga bakteri ini mudah pecah/mati oleh
desinfektan, panas, sinar matahari dan faktor lainnya. Pola serangan
yang ditimbulkan oleh CRD tergolong lambat. Ketika ayam mulai terjangkit
M. gallisepticum, infeksi tersebut akan berjalan dalam
jangka waktu yang cukup lama. Selama beberapa minggu bakteri akan tetap
menetap dalam saluran pernapasan dan baru bekerja menginfeksi secara
akut ketika ayam mengalami stres.
M. gallisepticum menimbulkan masalah serius pada ayam pedaging dimana bakteri tersebut sering bekerja sinergis dengan agen infeksi lain seperti E.coli. E. coli
adalah bakteri yang hampir ditemukan pada semua tempat, terlebih pada
tempat-tempat yang kotor. Colibacillosis memang penyakit yang identik
dengan kebersihan. Semakin kotor lingkungan peternakan maka
colibacillosis akan semakin tinggi tingkat kejadiannya. Oleh karena itu
colibasillosis sangat bergantung pada pelaksanaan manajemen peternakan.
Tingkat kematian akibat colibacillosis bisa mencapai 10%. Timbulnya CRD
yang menyerang saluran pernapasan, akan semakin membuka kesempatan bagi
bakteri lain seperti E.coli untuk ikut menginfeksi ayam sehingga
terjadilah CRD kompleks. CRD kompleks merupakan gabungan/komplikasi
penyakit antara CRD dan colibacillosis.
Perkembangan Kasus CRD Kompleks di Indonesia dan Dampak Serangannya
Sebagai
penyakit tunggal, CRD pada ayam dewasa jarang sampai menimbulkan
kematian, meskipun angka kesakitannya cukup tinggi. Dari data yang
dikumpulkan oleh tim Technical Service Medion sepanjang tahun
2010, CRD kompleks masih menduduki posisi teratas dalam ranking penyakit
2010 yang menyerang ayam pedaging. Sedangkan pada ayam petelur,
penyakit CRD kompleks berada diposisi 7 ranking penyakit.
Jika
dilihat dari umur serangan, maka pada ayam pedaging CRD kompleks sering
menyerang di umur 22-28 hari (minggu ke-3 pemeliharaan), sedangkan pada
ayam petelur pada umur < 22 minggu (Technical Service
Medion, 2010). CRD kompleks biasanya muncul di farm saat pemeliharaan
menginjak minggu ketiga, hal ini terkait dengan penurunan kualitas litter dan manajemen tutup kandang yang kurang optimal.
Tabel 1. Ranking penyakit tahun 2010 pada ayam pedaging dan petelur
(Sumber : Data Technical Service Medion, 2010)
Penularan
CRD kompleks bisa terjadi baik secara vertikal maupun horizontal.
Secara vertikal dapat melalui induk yang menularkan penyakit melalui
telur dan secara horizontal disebarkan dari ayam yang sakit ke ayam yang
sehat, baik melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Penularan
tidak langsung dapat melalui kontak dengan tempat peralatan, tempat
makan dan minum, hewan liar/vektor maupun petugas kandang. Ayam muda
biasanya memiliki kepekaan yang lebih tinggi terhadap penyakit
dibandingkan ayam dewasa, sehingga CRD kompleks juga dapat menyerang
ayam umur muda dengan persentase serangan 6,29% (Technical Service Medion, 2010).
Tabel 2. Umur serangan CRD kompleks pada ayam pedaging
(Sumber : Data Technical Service Medion, 2010)
CRD
kompleks dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Timbulnya
CRD kompleks di farm saat cuaca fluktuatif bisa menyebabkan kematian
hingga 30%. Sedangkan kematian pada ayam kecil berkisar 5-10%. Yang
paling tidak disukai peternak adalah penurunan produksi telur dan
konversi ransum yang meningkat hingga 10-20%. Dampak lainnya antara lain
pertumbuhan bobot badan terhambat, penurunan mutu karkas, penurunan
produksi telur, tidak tercapainya keseragaman bobot badan serta
banyaknya ayam yang harus diafkir. Adanya gangguan pada sistem
pernapasan akibat infeksi CRD komplek, akan menyebabkan asupan oksigen
berkurang dan proses metabolisme tubuh akan terganggu sehingga
pertumbuhan ayam pun terhambat dan efisiensi ransum menjadi jelek.
Tabel 3. Umur serangan CRD kompleks pada ayam petelur
(Sumber : Data Technical Service Medion, 2010)
CRD kompleks juga dapat menyebabkan kegagalan vaksinasi karena dapat pula berkolaborasi dengan agen immunosupresi
(menekan kekebalan). Sistem pernapasan merupakan pintu gerbang
pertahanan primer tubuh karena di dalamnya terdapat jaringan mukosa
bersilia yang berfungsi menangkap partikel asing yang masuk melalui
saluran pernapasan. Tidak berfungsinya sistem pertahanan primer terutama
pernapasan menjadi pemicu utama masuknya agen penyakit lain seperti
virus penyebab IB dan ND. Virus yang menyerang sebelum vaksinasi akan
menghambat sistem kekebalan tubuh dalam memproduksi antibodi sehingga
kemungkinan hasil vaksinasi yang akan dilakukan selanjutnya akan gagal
karena kondisi ayam sudah menurun.
Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi (faktor pemicu munculnya penyakit,red) CRD kompleks diantaranya sistem pemeliharaan dengan suhu terlalu panas atau dingin, kelembaban tinggi, kurangnya ventilasi, litter
terlalu lembab, kadar amonia tinggi, kepadatan ternak terlalu tinggi
dan cara pemeliharaan dengan berbagai umur dalam satu lokasi peternakan.
Faktor-faktor tersebut sebagian akan mempengaruhi kualitas udara di
dalam kandang. Banyaknya partikel debu di udara akan mengganggu kerja
saluran pernapasan. Ditambah dengan konsentrasi amonia yang meningkat
dan akhirnya terhirup akan mengiritasi saluran pernapasan ayam dan
merusak silia pada jaringan mukosa. Sel-sel yang ada dipermukaan saluran
pernapasan menjadi rusak, sehingga mekanisme awal pertahanan tubuh
menjadi terganggu dan agen penyakit seperti M. gallisepticum yang terbawa udara akan mudah sekali menempel dan akhirnya menimbulkan infeksi dan kerusakan yang lebih parah.
Stres
juga merupakan salah satu faktor predisposisi dari CRD kompleks. Ayam
yang sebelumnya telah terserang CRD, saat daya tahan tubuhnya menurun
ketika stres maka infeksi lain seperti colibacillosis akan mudah
menyerang sehingga status penyakit meningkat menjadi CRD kompleks.
Hal-hal yang dapat menyebabkan stres pada ayam diantaranya pelaksanaan
potong paruh, vaksinasi, kedinginan, heat stress, pengangkutan dan
ventilasi yang buruk.
Gejala Klinis dan Perubahan Patologi Anatomi
Jika M. gallisepticum menginfeksi ayam tanpa komplikasi, maka gejala klinis tidak akan terlihat. Namun karena ada faktor lain seperti E. coli
akan menyebabkan saluran pernapasan akan lebih teriritasi dan gejala
klinis pun akan mulai terlihat. Gejala klinis dari CRD kompleks pada
ayam umur muda (DOC dan pullet) sering terlihat gejala sakit
pernapasan, menggigil, kehilangan nafsu makan, penurunan bobot badan dan
peningkatan rasio konversi ransum. Anak ayam lebih sering terlihat
bergerombol di dekat pemanas brooder. Pada ayam dewasa
kadang-kadang terlihat ingus keluar dari hidung dan air mata, sulit
bernapas, ngorok, dan bersin. Pada ayam petelur bisa terjadi penurunan
telur hingga 20-30%.
Serangan CRD pada ayam muda
(Sumber : www.fao.org)
Kantung udara keruh (a) dan berbusa (b)
(Sumber : www.kashvet.org)
Perubahan
pada bedah bangkai ditemukan peradangan pada saluran pernapasan bagian
atas (laring, trakea, bronkus), paru-paru berwarna kecoklatan, kantung
udara tampak adanya lesi yang khas (keruh dan menebal) serta pembentukan
jaringan fibrin pada selaput hati (perihepatitis) dan selaput jantung (pericarditis) dan perkejuan di organ dalam (komplikasi colibacillosis).
Menelaah Manajemen Pemeliharaan Penyebab Timbulnya CRD kompleks serta Cara Penanganannya
Meskipun keterlibatan M. gallisepticum
dalam kasus CRD yang diamati cukup tinggi (>50%), namun infeksi
kompleks umumnya juga melibatkan faktor lain yang terkait dengan
tatalaksana pemeliharaan. Oleh sebab itu, mengandalkan penggunaan
antibiotik sebagai satu-satunya senjata dalam menghadapi masalah CRD
kompleks sangat tidak bijaksana.
Perihepatitis dan pericarditis
(Sumber : www.kashvet.org)
Selaput lendir pada trakea, bengkak dan berwarna merah
(Sumber : Dok. Medion)
Sebenarnya M. gallisepticum sangat mudah mati, terutama oleh temperatur lingkungan yang tinggi, kadar O2
tinggi, kelembaban relatif rendah dan juga beberapa desinfektan maupun
antiseptik. Namun, pada kandang dengan ventilasi dan sanitasi jelek,
kondisi ini justru dapat membuat Mycoplasma dapat bertahan lama hidup di udara. M. gallisepticum
ketika berada dalam saluran pernapasan akan berkembangbiak dengan
cepat, tetapi memiliki pola serangan yang lambat. Sisa metabolisme dan
bangkai M. gallisepticum yang mati akibat terjadi perebutan
tempat hidup dan makanan mengakibatkan kerusakan pada sel-sel permukaan
saluran pernapasan. Kerusakan ini akan mempermudah terjadinya infeksi
sekunder, sehingga muncul CRD kompleks.
Penyakit
yang bersifat kompleks memang lebih sulit untuk ditangani. Hal ini
kemungkinan karena kondisi lingkungan peternakan mulai jenuh, artinya
konsentrasi bibit penyakit lebih tinggi dari periode sebelumnya.
Diperparah dengan kondisi peternak yang belum menyadari sepenuhnya arti
upaya penerapan biosecurity secara tepat dan menyeluruh di lokasi usaha peternakannya. Penerapan manajemen pemeliharaan dan biosecurity yang tidak tepat dan menyeluruh tersebut adalah :
1)
Pelaksanaan masa istirahat kandang yang seharusnya minimal
14 hari tidak dilaksanakan. Beberapa kasus di lapangan, masa istirahat
kandang lebih cepat, hanya 7 hari atau kurang dari 14 hari. Padahal
kondisi ini tidak baik karena akan menyebabkan bibit penyakit seperti Mycoplasma
selalu berada di lingkungan peternakan tersebut, akibatnya serangan
penyakit akan selalu berulang. Tujuan dari istirahat kandang agar siklus
bibit penyakit dapat dienyahkan dari lokasi peternakan
Istirahat kandang minimal 14 hari
(Sumber : Dok. Medion)
2)
Sanitasi kandang tidak dilakukan secara sempurna, misalnya masih ada
sisa-sisa feses di sela-sela lantai kandang. Sisa-sisa feses di
sela-sela lantai kandang merupakan tempat yang nyaman bagi bibit
penyakit untuk bertahan hidup. Sebaiknya peternak menggunakan air
bertekanan tinggi untuk melenyapkan sisa-sisa feses tersebut. Contoh
lain tidak dilakukannya desinfeksi secara rutin dll
Pembersihan feses
(Sumber : Dok. Medion)
3) Sistem pemeliharaan tidak diterapkan secara all in all out juga akan membawa dampak serangan penyakit yang selalu berulang
4)
Program pemberian obat yang dilakukan secara tidak tepat juga
turut ikut bagian dalam menyebabkan bandelnya kasus penyakit. Pemberian
obat yang secara terus menerus dengan dosis yang kurang tepat dapat
mempercepat terjadinya resistensi terhadap obat tertentu
Pencegahan dan Pengendalian
Prinsip
pencegahan dan pengendalian penyakit CRD kompleks terdiri dari 3 aspek
yang harus diterapkan, dimana aspek tersebut antara lain :
1) Menciptakan lingkungan kandang yang nyaman
Tindakan
yang dilakukan seperti memperbaiki sirkulasi udara di dalam kandang
dengan manajemen buka tutup tirai, menjaga agar populasi ayam di kandang
tidak terlalu padat, beri pemanas yang cukup pada DOC selama masa brooder, membersihkan litter dari feses dan mencegah litter basah untuk meminimalkan produksi ammonia yang berlebihan. Litter yang basah akan memacu timbulnya penyakit gangguan saluran pernapasan dan pencernaan, karena di litter banyak berkembang bakteri, virus dan parasit.
2) Mempertahankan kondisi ayam agar tetap sehat
Hal
utama yang diusahakan dalam menjaga kondisi ayam tetap sehat adalah
menghindari faktor stres. Faktor penyebab stres antara lain agen
penyakit, lingkungan yang tidak nyaman dan tata laksana pemeliharaan
yang tidak baik. Berikan mulvitamin (Strong n Fit, Vita Strong, atau Fortevit) untuk meningkatkan stamina tubuh ayam.
(Sumber : Dok. Medion)
3) Melaksanakan biosecurity yang ketat
Adapun penerapan biosecurity
tersebut antara lain dengan memperbaiki tata laksana kandang, melakukan
sanitasi dan desinfeksi di areal lingkungan kandang menggunakan Formades atau Sporades, melakukan sanitasi air minum yang baik menggunakan Antisep, Neo Antisep atau Desinsep untuk membunuh E. coli yang
terdapat dalam air minum, melakukan pengafkiran pada ayam yang
terinfeksi dan kondisinya sudah parah, kosongkan kandang minimal 14
hari setelah kandang dibersihkan dan pengontrolan lalu lintas dengan
mengontrol kendaraan yang keluar masuk lokasi peternakan.
Semprot kandang sebagai usaha pengendalian penyakit
(Sumber : Dok. Medion)
Langkah
pengendalian terakhir dalam mengatasi CRD kompleks yaitu mengambil
tindakan pengobatan dengan antibiotik. Salah satu prinsip pengobatan
yaitu obat harus sesuai dengan jenis penyakit yang menyerang. Setiap
obat memiliki efek yang berbeda dan spesifik untuk setiap penyakit.
Bagaimanapun baiknya cara pemberian obat, tetapi bila kita salah dalam
memilih jenis obat, maka tidak akan diperoleh efek pengobatan yang
diinginkan. Dalam melakukan pengobatan CRD kompleks menggunakan
antibiotik, perlu diketahui bahwa M. gallisepticum tidak dapat dibunuh dengan antibiotik yang bekerja dengan cara merusak atau menghambat pembentukan dinding sel bakteri.
Penanganan untuk M. gallisepticum
yaitu dengan memberikan antibiotik yang bekerja pada membran dan inti
sel, terutama yang aktif menghambat pembentukan asam folat dan protein
bakteri M. gallisepticum serta mempunyai konsentrasi tinggi di
tempat bakteri tersebut berada (saluran pernafasan), bukan yang
berkonsentrasi tinggi di dalam darah. Sedangkan bakteri E. coli merupakan
bakteri Gram (-) yang hampir bisa dilawan oleh hampir semua golongan
antibiotik kecuali golongan makrolida. Contoh produk yang dapat
digunakan untuk membasmi CRD kompleks antara lain Doctril, Neo Meditril, Doxytin, Respiratrek, Trimezyn atau Gentamin.
Pilih salah satu obat CRD kompleks tersebut dan berikan sesuai dengan
dosis dan aturan pakai yang tertera pada etiket atau leaflet produk.
Lakukan atau penggantian antibiotik yang dipilih setiap 3-4 periode
pemeliharaan untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
Produk-produk antibiotik untuk mengobati CRD kompleks
(Sumber : Dok. Medion)
CRD kompleks merupakan penyakit yang terutama dipicu oleh penerapan manajemen pemeliharaan dan biosecurity
yang kurang disiplin. Pengobatan bukan satu-satunya jalan keluar untuk
mengatasi penyakit ini, melainkan mencakup seluruh aspek pemeliharaan.
Antisipasi peternak untuk mencegah CRD kompleks dapat diawali dengan
menemukan titik lemah manajemen yang selama ini telah diterapkan
sehingga peternak mengetahui kesalahan manajemen apa yang memacu
timbulnya CRD kompleks yang selalu datang setiap tahun. Salam sukses
selalu. By: Pakan Ikan Madiun, Sumber: info.medion.co.id