Kerusakan Sinus & Penanganannya |
Lubang
dan rongga hidung, sinus hidung, tenggorokan (laryng), bronchus,
broncheolus dan paru-paru serta kantung udara merupakan rangkaian organ
pernapasan yang dilalui oleh udara hingga bisa digunakan oleh tubuh
ayam. Keoptimalan fungsi masing-masing organ pernapasan tersebut sangat
besar pengaruhnya terhadap produktivitas ayam, bahkan menjadi penentu
kehidupan ayam. Perlu kita ingat kembali, suplai oksigen yang
berkualitas dalam jumlah yang cukup menjadi prasyarat utama
berlangsungnya fungsi tubuh ayam.
Sinus, Bagian Saluran Pernapasan Atas
Sinus
hidung termasuk sebagai saluran pernapasan atas yang terhubung langsung
dengan rongga hidung. Anatomi sistem pernapasan seperti itu akan
memudahkan benda atau bahan asing, yang ada di udara, termasuk bibit
penyakit memasuki sinus-sinus tersebut secara langsung.


Sistem pernapasan ayam
Meskipun
demikian, rongga hidung memiliki serangkaian sistem pertahanan,
dinamakan sistem pertahanan primer. Rongga hidung dilengkapi dengan
silia (bulu getar) yang berperan sebagai filter (penyaring)
partikel-partikel yang tercampur dalam udara yang dihirup oleh ayam,
seperti debu maupun bibit penyakit (virus maupun bakteri). Silia ini
selalu melakukan gerakan dinamis yang mengarah keluar lubang hidung.
Hanya saja silia hidung hanya mampu menahan partikel yang mencemari
udara dengan ukuran 3,7-7,0 mikron. Untuk partikel dengan ukuran yang
lebih kecil, yaitu 0,091-1,100 mikron akan lolos dan bertahan di
sepanjang saluran pernapasan dan paru-paru. Ukuran partikel yang
terdapat pada udara kebanyakan memiliki diameter 1-5 mikron dan ukuran
virus lebih kecil lagi, misalnya virus AI yang berdiameter 0,08-0,12
mikron.
Jika
partikel cemaran atau debu tersebut lolos dari silia maka akan menempel
di sepanjang saluran pernapasan. Dan lendir yang dihasilkan oleh mukosa
saluran pernapasan, terutama yang tidak mengandung silia, akan
mengeliminasi partikel tersebut. Dalam lendir itu mengandung enzim dan
surfaktan (penurun tegangan permukaan) yang mampu menghancurkan bibit
penyakit.

Sebuah sel limfoid yang terdapat pada dinding broncheolus
Selain
itu, selaput lendir saluran pernapasan juga menghasilkan antibodi,
disebut imunoglobulin (Ig) A. Antibodi ini berfungsi mencegah perlekatan
agen infeksi pada permukaan dan menetralisirnya. Selain Ig A juga ada
Ig E dan Ig G. Ig A berperan menyingkirkan protein asing atau larva
cacing yang masuk melalui permukaan tubuh sedangkan Ig G berfungsi
melindungi permukaan tubuh terhadap reaksi peradangan.
Mekanisme
pertahanan dari sistem pernapasan ayam ini telah dibuktikan oleh Mensah
dan Brain (1982). Penelitian itu dilakukan dengan cara menyemprotkan
partikel udara dengan diameter 0,45 mm selama 30-40 menit. Hasilnya
menunjukkan saat akhir penyemprotan pada trakea tidak banyak ditemukan
adanya cemaran dan 12 jam setelah selesai penyemprotan seluruh cemaran
telah dieliminasi dari trakea. Demikian juga pada paru-paru, partikel
cemaran berhasil dikeluarkan 1 jam setelah penyemprotan.
Penyebab Kerusakan Sinus
Kerusakan
sinus maupun sistem pernapasan atas akan mengakibatkan asupan oksigen
ke dalam tubuh ayam terganggu. Akibatnya produktivitas ayam menurun,
bahkan kasus kematian juga tidak jarang ditemukan. Selain itu, rusaknya
sistem pernapasan itu juga akan menjadi jalan bagi bibit penyakit untuk
menginfeksi tubuh ayam. Penyebab kerusakan sinus dan sistem pernapasan
bisa dikelompokkan menjadi 2, yaitu infeksius dan non infeksius.
- Faktor infeksius
Korisa, chronic respiratory disease (CRD) dan swollen head syndrome (SHS) merupakan beberapa contoh agen penyakit yang menyebabkan kerusakan sinus dan saluran pernapasan atas.
1. Korisa
Korisa merupakan penyakit bakterial yang disebabkan oleh Haemophilus paragallinarum
dengan lokasi predileksi utamanya di sinus infraorbitalis. Ayam yang
terserang korisa akan mengalami pembengkakan muka, terutama di sekitar
sinus infraorbitalis. Selain itu, tak jarang juga ditemukan mata berair
seperti menangis.

Muka bengkak di sekitar sinus infraorbitalis akibat korisa

Eksudat mengkeju di sinus hidung
Saat
dilakukan bedah bangkai maka akan ditemukan di sekitar sinus hidung,
adanya lendir atau kotoran dari hidung yang mula-mula encer dan
berlanjut sampai kental yang berbau menyengat, seperti bau telur busuk.

Kerusakan sinus infraorbitalis akibat korisa ditandai dengan adanya lendir dari encer sampai purulent
2. CRD

Ayam susah bernapas (ngorok) dan ada lendir di hidung menandakan serangan CRD
Mycoplasma gallisepticum
merupakan agen penyakit yang mengakibatkan serangan CRD. Gejala klinis
yang nampak antara lain keluarnya ingus katar dari lubang hidung dan
ayam susah bernapas sehingga ayam bernapas melalui mulut, ngorok, batuk
dan bersin.

Peradangan pada sinus hidung yang diakibatkan serangan CRD
Perubahan
patologi anatomi (bedah bangkai) pada kasus CRD antara lain sinusitis
(peradangan pada sinus), peradangan pada trakea. Kantung udara mengalami
peradangan dan terdapat eksudat berwarna kuning terang dan keruh.

Silia
pernapasan, baik di rongga hidung, trakea maupun laring, yang mengalami
kerusakan akibat serangan CRD (A) dan silia yang normal (B)
3. SHS
Berbeda dengan korisa dan CRD, SHS merupakan penyakit viral yang disebabkan oleh virus avian pneumovirus.
Ayam yang terserang SHS awalnya konjungtiva akan memerah dan kelenjar
air mata membengkak. Selanjutnya pembengkakan akan terjadi di sekitar
mata, jengger, pial dan sekitar rahang.

Kebengkakan akibat serangan SHS meliputi hampir di seluruh muka dan kepala ayam
Perubahan
bedah bangkai akibat serangan SHS ialah mukosa rongga hidung dan
saluran pernapasan bagian atas mengalami pembendungan, ada titik-titik
kemerahan dan kematian jaringan. Sinusitis seringkali ditemukan pada
kasus yang akut.

Perubahan pada sinus akibat serangan SHS
- Faktor non infeksius
Kondisi
suhu dan kelembaban yang tidak sesuai akan mengakibatkan gangguan
fungsi sinus dan saluran pernapasan lainnya. Suhu yang nyaman bagi ayam
ialah 25-28oC dengan kelembaban 60-70%. Saat kelembaban udara
< 50% akan mengakibatkan membran mukosa saluran pernapasan, termasuk
sinus menjadi kering. Akibatnya aktivitas silia menjadi terhambat dan
potensi masuknya partikel debu maupun bibit penyakit yang mampu
mengganggu sistem pernapasan ayam semakin besar. Kecepatan angin yang
terlalu berlebih juga bisa mengganggu fungsi sistem pernapasan ayam.
Kecepatan aliran udara yang langsung mengenai tubuh ayam dewasa
hendaknya tidak lebih dari 2,5-3 m/detik. Dan saat masa brooding kecepatan aliran udara hendaknya diatur < 0,3-0,6 m/detik.
Keberadaan gas yang berbahaya dalam kandang juga bisa mengganggu fungsi dan sistem pernapasan ayam. Gas tersebut antara lain :
- Amonia
Amonia
merupakan gas alkali, tidak berwarna dan mempunyai daya iritasi yang
tinggi. Gas amonia ini dihasilkan dari proses pengomposan (decomposition)
bahan organik atau dari subtansi nitrogen (seperti sisa protein atau
asam urat yang dibuang dari tubuh ayam) oleh bakteri. Amonia terdapat
dalam 2 bentuk, yaitu bentuk terikat atau terlarut dalam cairan feses
(NH4OH) dan bentuk gas (NH3).


Amonia
memiliki daya iritasi yang tinggi dan bisa diserap oleh mukosa membran
pada mata dan saluran pernapasan. Tingkat kerusakan akibat amonia sangat
dipengaruhi oleh konsentrasi gas ini. Konsentrasi amonia yang aman dan
belum menimbulkan gangguan pada ayam ialah dibawah 20 ppm (part per
million atau 1 : 1 juta).
Tingginya
kadar amonia pada kandang dapat dipicu oleh kadar protein ransum yang
terlalu berlebih sehingga dibuang bersama feses, suhu dan kelembaban
kandang yang tidak sesuai maupun karena ventilasi dan kualitas litter
yang kurang baik.
Kerusakan
yang diakibatkan tingginya kadar amonia pada sistem pernapasan ayam
antara lain merusak silia dan produksi lendir menjadi berlebih, gerakan
silia terganggu bahkan tidak berfungsi maupun mengakibatkan iritasi pada
konjungtiva mata.
- Hidrogen sulfida (H2S)
Hidrogen
sulfida merupakan gas beracun yang dihasilkan dari penguraian materi
organik, seperti feses oleh bakteri anaerob. Gas ini bisa merusak sistem
pernapasan ayam dan menghambat sistem enzim. Ayam yang menghirup
hidrogen sulfida dengan konsentrasi 2.000-3.000 ppm selama 30 menit akan
mengakibatkan frekuensi dan volume pernapasan menjadi terganggu dan
tidak teratur. Dan ayam akan mati saat menghirup H2S dengan kadar 4.000 ppm selama 15 menit.
- Ozon
Ozon
merupakan gas berwarna kebiruan yang dihasilkan dari reaksi oksigen
dengan sinar ultraviolet (UV). Saat terjadi kilat gas ozon juga bisa
terbentuk. Anak ayam yang menghidup ozon secara terus-menerus dengan
kadar 1-4 ppm maka pada hari ke-5 anak ayam ini akan mati. Sedangkan
ayam muda yang menghirup 0,3-0,7 ppm ozon akan mengalami haemorrhagie pada paru-paru maupun bronkus.
Kendalikan Faktor Pemicu Kerusakan Sinus dan Sistem Pernapasan Atas
Kerusakan
sinus dan sistem pernapasan atas akan memberikan konsekuensi
tersendiri. Ayam menjadi relatif mudah terserang bibit penyakit dan
penanganannya juga relatif lebih sulit. Sinus hanya memiliki sedikit
pembuluh darah, sama halnya dengan kantung udara. Akibatnya saat ayam
telah mengalami kerusakan sinus maka pengobatannya menjadi relatif lebih
sulit dan kasusnya tidak bisa diatasi secara tuntas. Fenomena ini
nampak pada kasus infeksi korisa, dimana ayam yang telah terinfeksi
korisa berperan sebagai carrier (pembawa penyakit). Dan suatu waktu, terutama saat kondisi ayam kurang fit maka bakteri korisa dapat menyerang kembali.
Menghindarkan
atau meminimalkan faktor penyebab kerusakan sinus dan saluran
pernapasan menjadi salah satu solusi yang perlu kita kedepankan. Pada
dasarnya pengendalian faktor-faktor tersebut bisa dikelompokkan menjadi 3
yaitu penerapan tata laksana pemeliharaan secara baik, pelaksanaan biosecurity secara ketat dan aplikasi obat maupun vaksin secara tepat.
- Mengendalikan faktor infeksius
Mycoplasma gallisepticum
merupakan bakteri yang tidak memiliki dinding sel. Kondisi ini akan
mengakibatkan bakteri ini relatif mudah mati saat berada di luar tubuh
induk semang (ayam). Pemilihan obat untuk mencegah atau mengatasi
serangan CRD juga harus diperhatikan.

Mycoplasma gallisepticum tidak memiliki dinding sel sehingga tidak semua obat efektif mengatasi CRD
Obat
yang efektif mengatasi CRD ialah yang memiliki cara kerja menghancurkan
inti sel atau menghambat pembentukan senyawa penting di dalam sel,
seperti asam folat atau protein. Hati-hati obat yang bekerja pada
dinding sel tidak akan efektif mengatasi CRD, karena bakteri CRD tidak
memiliki dinding sel. Golongan antibiotik yang efektif untuk mengatasi
CRD antara lain tylosin (Tycotil, Tyfural), tetracycline (Medoxy-LA, Medoxy-L) atau quinolon (Proxan-S, Neo Meditril, Doctril).
Bakteri korisa, H. paragallinarum
merupakan sel tunggal dan berkapsul yang relatif mudah mati saat diluar
tubuh ayam. Hanya saja saat telah menginfeksi ke dalam tubuh ayam dan
menduduki sinus infraorbitalis, bakteri ini bisa bertahan sampai akhir
hidup ayam. Oleh karena itu seringkali peternak mengkombinasikan antara
pengobatan dan vaksinasi dalam pengendalian korisa. Vaksinasi akan
menstimulasi terbentuknya titer antibodi dalam tubuh ayam sehingga saat
ada serangan korisa tubuh ayam sudah memiliki antibodi yang dapat
menekan serangan korisa itu. Hasil trial pemberian Medivac Coryza T Suspension mampu menstimulasi pembentukan titer antibodi yang protektif terhadap ke-3 serotipe bakteri korisa, yaitu A, B dan C. Medivac Coryza B juga menstimulasi pembentukan titer antibodi yang protektif. Trial ini dilakukan pada ayam specific pathogen free (SPF) yang diberi vaksin Medivac Coryza B pada umur 8 dan 17 minggu secara suntikan subkutan (0,5 ml per ekor).

Pengobatan korisa bisa dilakukan melalui air minum dengan Amoxitin, Proxan-S, Doctril, Neo Meditril, Duoko atau Erysuprim maupun secara injeksi dengan Gentamin, Vet Strep atau Kanamin.
Pada kasus yang parah, dimana ayam mengalami kebengkakan muka dan nafsu
makan dan minum berkurang maka aplikasi pengobatan sebaiknya dilakukan
secara injeksi.
Berbeda
dengan CRD dan korisa, serangan SHS tidak bisa dikendalikan dengan
pemberian obat, mengingat penyakit ini disebabkan virus avian pneumovirus. Vaksinasi SHS menjadi upaya pencegahan serangan SHS. Sedangkan pemberian obat seperti Therapy, Koleridin, Ampicol, Doctril atau Trimezyn saat serangan SHS akan membantu menekan adanya infeksi sekunder oleh bakteri.
Pengendalian
faktor infeksius di atas merupakan langkah yang spesifik pada
masing-masing kasus. Guna mendukung dan mengoptimalkan treatment di atas perlu dikombinasikan dengan penerapan tata laksana pemeliharaan dan biosecurity
yang baik, diantaranya dilakukan pengisolasian atau pemisahan ayam yang
terinfeksi dan atau telah parah, memperbaiki manajemen pemeliharaan
(ventilasi udara, ransum, dll) dan menekan jumlah tantangan bibit
penyakit dengan cara melakukan semprot (desinfeksi) kandang. Secara
lebih terperinci mengenai tata laksana dan biosecurity akan dibahas pada menekan faktor non infeksius.
- Menekan faktor non infeksius
Langkah menekan faktor non infeksius berkaitan erat dengan penerapan manajemen pemeliharaan dan biosecurity.
- Suplai oksigen harus terpenuhi secara kualitas dan kuantitas
- Sistem penapasan ayam berfungsi mensuplai udara atau oksigen ke dalam tubuh ayam. Jika udaranya kurang berkualitas, tentu akan mengakibatkan gangguan pada sistem pernapasan ayam. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan suplai oksigen yang baik ialah pengaturan ventilasi kandang, manajemen buka tutup tirai, penambahan exhaust fan dan pengaturan kepadatan maupun jarak kandang.

Penambahan exhaust fan perlu memperhatikan arah dan kecepatan angin
3. Atur suhu dan kelembaban kandang
Suhu yang nyaman bagi ayam ialah 25-28oC dengan kelembaban udara 60-70%. Suhu dan kelembaban yang tidak sesuai akan mengakibatkan ayam stres (bersifat immunosuppressive) sehingga sistem kekebalan tubuh menurun.
Kepadatan kandang, sirkulasi udara dan penambahan exhaust fan bisa menjadi solusi mempertahankan suhu dan kelembaban optimal.
4. Litter hendaknya berkualitas
Kondisi litter harus dijaga agar tidak lembab karena litter yang basah bisa memicu pembentukan amonia 300x lebih cepat. Pilih bahan litter yang memiliki daya serap air baik, contohnya sekam padi. Hati-hati saat mengganti air minum.
Sinus
dan saluran pernapasan atas berperan penting mensuplai oksigen dalam
jumlah cukup dan berkualitas. Oleh karena itu menjaga organ dan fungsi
sistem pernapasan tetap optimal menjadi kunci utama untuk mencapai
produktivitas ayam yang optimal. By: Pakan Ikan Madiun, Sumber: info.medion.co.id