TAG - BLOGQ

Penyakit Viral Produksi Telur

Produksi telur yang menurun merupakan suatu kondisi yang tentu saja kurang menguntungkan bagi peternak. Pada dasarnya banyak faktor yang menjadi penyebab gangguan produksi telur, mulai dari tata laksana pemeliharaan yang tidak baik, kondisi kandang yang kurang nyaman (diluar comfort zone, red), kandungan nutrisi ransum dan feed intake yang tidak sesuai maupun adanya serangan penyakit, baik infeksius maupun non infeksius.
Newcastle disease (ND), egg drop syndrome (EDS), infectious bronchitis (IB) dan avian influenza (AI) menjadi 4 penyakit viral utama yang mengakibatkan penurunan produksi telur. Adanya infeksi salah satu atau komplikasi dari ke-4 penyakit tersebut bisa dipastikan akan berpengaruh pada produksi telur. Ayam petelur modern yang sekarang kita budidayakan memiliki potensi genetik yang sangat tinggi, dimana puncak produksi dapat mencapai 94,5-95% dan persistensinya semakin lama. Oleh karena itu gangguan atau adanya serangan penyakit akan mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit.

Kasus Penyakit
Kasus ND di semester 1 2008 ini menduduki peringkat ke-2 penyakit yang sering menyerang ayam petelur. Penyakit AI yang pada tahun sebelumnya, 2007 termasuk dalam 10 besar penyakit yang sering menyerang ayam, di semester 1 2008 belum menunjukkan keganasannya (ranking 12). Semoga kondisi ini terus berlangsung sampai dipenutup tahun. Data penyakit yang sering menyerang ayam tertera di tabel 1.
Penyakit IB dan EDS memang tidak termasuk penyakit 10 besar, meskipun demikian perhatian kita pada kedua penyakit ini jangan sampai terlewatkan. Program vaksinasinya harus dilakukan secara tepat, baik metode maupun waktu vaksinasinya.

Agen Penyakit
Agen penyakit ND berasal dari virus golongan paramyxo yang memiliki struktur RNA. Virus ini dikelompokkan menjadi 5 pathotype berdasarkan gejala klinis yang ditimbulkan, yaitu :
  • Viscerotropic velogenic ND virus
Menghasilkan serangan yang bersifat akut dan mematikan. Ciri khas yang sering ditemukan pada ayam yang terinfeksi virus ini ialah perlukaan dan haemorrhagie pada usus.
  • Neutropic velogenic ND virus
Serangan virus golongan ini seringkali menimbulkan kematian tinggi yang didahului munculnya gangguan pernapasan dan syaraf
  • Mesogenic ND virus
Tingkat kematian yang ditimbulkannya relatif rendah, ada gangguan pernapasan akut dan gangguan syaraf pada beberapa ayam
  • Lentogenic ND virus
Menimbulkan gangguan pernapasan yang sifatnya ringan
  • Asymtomatic enteric ND virus
Termasuk virus kurang mematikan dengan tempat bereplikasi terutama di saluran pencernaan.

EDS disebabkan oleh virus golongan adenovirus, yang mempunyai kemampuan mengaglutinasi sel darah merah. Virus EDS relatif stabil, mampu bertahan selama 3 hari pada suhu 56oC dan tahan terhadap kloroform. Namun virus ini akan mati saat dipanaskan selama 30 menit pada suhu 60oC atau disemprot dengan Formades atau Sporades.
Virus IB tergolong dalam kelompok coronavirus yang memiliki struktur RNA beruntai tunggal dan beramplop (lipoprotein). Virus ini mempunyai 3 protein spesifik, yaitu spike glycoprotein (S), membran atau matrix glycoprotein (M) dan protein nucleocapsid (N). Beach dan Shcalm (1936) maupun Beaudette dan Hudson (1937), mereka ahli virologi, menyatakan bahwa virus IB yang menyerang ayam umumnya ialah Massachusetts dan Connecticut. Selain ke-2 serotipe tersebut, ada 7 serotipe virus IB lainnya, yaitu Georgia, Delaware, Iowa 97, Iowa 69, New Hamshire Australian T, Arkansas dan California. Virus IB bersifat labil atau mudah mati oleh semua jenis desinfektan, sinar matahari maupun pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai.
Struktur virus IB (A) dan AI (B) sama-sama beramplop sehingga relatif mudah mati oleh berbagai macam desinfektan

Avian influenza (AI) disebabkan oleh virus famili orthomyxoviridae, genus influenza virus A. Virus ini memiliki amplop dengan glikoprotein yang mempunyai aktivitas hemagglutinasi (HA) dan neuraminidase (NA). Sama halnya dengan virus IB, virus AI relatif tidak stabil saat berada di lingkungan. Virus ini mudah mati karena panas, sinar matahari, pelarut organik, deterjen maupun berbagai jenis desinfektan.

Gejala Klinis dan Perubahan Bedah Bangkai
Mengenal dan memahami gejala klinis dan perubahan bedah bangkai secara benar akan membantu kita mencegah kerugian yang lebih besar dari adanya serangan penyakit. Pengamatan tingkah laku ayam, kondisi feses, performan produktivitas, maupun tingkat dan kualitas telur secara seksama dan tepat dapat memberikan gambaran penyakit yang menyerang. Melakukan bedah bangkai juga akan semakin membantu dalam melakukan diagnosa penyakit. Beberapa hal yang perlu diamati untuk menentukan jenis penyakit yang menyerang sehingga produksi telur menurun, diantaranya :
  • Gangguan pernapasan
Batuk, susah bernapas, ngorok dan lendir keluar dari hidung merupakan gangguan pernapasan yang sering ditemukan pada serangan ND dan IB. Serangan AI yang low pathogenik juga menunjukkan gejala itu.
Peradangan dan perdarahan trakea adalah gejala perubahan bedah bangkai dari ayam yang terinfeksi ND, IB atau AI. Jika perdarahan atau peradangan terjadi di trakea bagian bawah (mendekati bronchus) besar kemungkinan penyebabnya ialah serangan virus IB.
Peradangan dan perdarahan trakea menjadi ciri umum dari serangan ND, IB atau AI

Peradangan dan perdarahan yang terjadi di trakea bagian bawah, yang dekat dengan bronchus seringkali penyebabnya ialah IB

  • Gangguan pencernaan
Feses yang berwarna hijau keputihan merupakan tanda serangan ND atau AI

Perubahan warna dan konsistensi dari feses dapat menjadi tanda spesifik bagi sebuah penyakit. Saat ND menyerang feses ayam akan mengalami perubahan warna dan konsistensi menjadi lebih encer dan berwarna hijau lumut. Selain itu, sebagian feses juga berwarna putih. Hampir sama pada serangan AI, feses menjadi lebih encer dan berwarna hijau muda keputihan. Lain halnya dengan serangan IB dan EDS yang tidak ditemukan perubahan pada feses.
Perdarahan berbentuk bintik-bintik pada salah satu organ pencernaan, yaitu proventrikulus menjadi ciri khas serangan ND atau AI. Selain perdarahan pada proventrikulus, virus AI juga menyebabkan perdarahan pada mesentrium usus sedangkan virus ND mengakibatkan perdarahan difteritik di lempeng peyer pada usus, perdarahan pada usus halus dan usus buntu (caecal). Infeksi virus IB dan EDS tidak menyebabkan perubahan pada saluran pencernaan.
Perdarahan pada proventrikulus bisa disebabkan infeksi virus ND (A) maupun AI (B)
Perdarahan pada usus halus akibat infeksi virus ND subtipe viscerotropik
Perdarahan di usus buntu akibat infeksi virus ND subtipe viscerotropik

Perdarahan difteritik di lempeng payer (payer patches) menjadi ciri khas velogenik viscerotropik ND

  • Gangguan syaraf
Gangguan syaraf lebih identik disebabkan oleh infeksi virus ND. Selain itu, serangan AI (HPAI) pada ayam pedaging juga dapat menyebabkan torticolis. Gangguan syaraf ini tidak muncul saat ayam terserang IB atau EDS.
Torticolis pada ayam yang terserang ND (A) dan AI (B)

  • Gangguan sistem reproduksi
Keempat penyakit penurun produksi telur ini semuanya menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi ayam. Pada perkembangannya, virus AI memiliki 2 mekanisme dalam mengganggu organ reproduksi ayam, yaitu pembendungan pembuluh darah di ovarium dan rusaknya permukaan ovarium pada saat budding exit atau keluarnya virus dari sel. Kedua mekanisme ini akan mengakibatkan penurunan produksi telur.
Pembendungan pembuluh darah di ovarium oleh virus AI

Permukaan ovarium yang rusak yang terjadi pada saat budding exit virus AI

Perubahan pada organ reproduksi akibat ND yaitu indung telur mengecil, selaput telur membengkak dan terjadi perdarahan. Begitu juga pada infeksi virus EDS, uterus (oviduk) menjadi kendur dan terdapat oedema (pembengkakan) pada jaringan subserosa-nya.
Pada kasus serangan IB, ovarium tidak berkembang, lunak seperti bubur, berdarah, membengkak dan lembek. Selain itu sering dijumpai kasus pecahnya kuning telur pada rongga perut. Kasus cyctic oviduct juga semakin meningkatkan keparahan serangan IB.
Cyctic oviduct yang muncul akibat infeksi virus IB akan mengganggu produksi telur, baik dari segi kualitas maupun kuantitas

Kerusakan atau gangguan pada sistem reproduksi akibat infeksi salah satu penyakit penurun produksi telur tersebut akan mengakibatkan produksi telur menurun, baik secara kuantitas (jumlah) atau kualitas (mutu). Penurunan produksi telur akibat serangan virus ND bisa mencapai 100%, IB berkisar 10-50%, EDS menurun 20-40% dan AI bisa mencapai 80%.
Kerabang telur menjadi kasar, tipis, lembek dan pigmentasi warnanya berkurang bisa disebabkan oleh serangan ND, EDS, IB atau AI. Selain itu, bentuk telur menjadi tidak normal atau lebih kecil. Pada serangan IB, perubahan pada kualitas telur akan nampak secara jelas saat kita memecahkan telur. Konsistensi atau kekentalan putih telur menjadi lebih encer akibat infeksi virus IB.
Konsistensi putih telur menjadi lebih encer akibat IB

  • Perubahan organ pendukung
Pembengkakan ginjal lebih disebabkan adanya infeksi virus IB. Namun jika ginjal mengalami perdarahan maka penyebabnya ialah serangan AI. Serangan ND dan EDS tidak menunjukkan perubahan pada ginjal. Perdarahan pada lemak abdomen biasanya disebabkan serangan ND atau AI. Sedangkan perdarahan pada lemak jantung lebih disebabkan karena AI.

Gangguan pada ginjal dapat berupa pembengkakan ginjal akibat serangan IB (A) maupun perdarahan pada ginjal akibat AI (B)
Jengger berwarna kebiruan atau sianosis yang merupakan ciri khas serangan AI, juga bisa muncul pada saat ayam terinfeksi virus ND, terutama ND tipe velogenic.

Sanosis pada jengger ayam akibat infeksi virus ND tipe velogenik
Perbedaan antara penyakit ND, EDS, IB dan AI dapat dilihat pada tabel 2.
Pengendalian ND, EDS, IB dan AI
ND, EDS, IB dan AI termasuk penyakit viral, oleh karenanya cara pengendalian yang paling tepat minimal mencakup 3 aspek, yaitu penerapan biosecurity secara ketat, pelaksanaan tata laksana pemeliharaan secara baik dan vaksinasi secara tepat. Saat penyakit tersebut telah menginfeksi maka tindakan yang bisa kita lakukan antara lain pemberian vitamin untuk meningkatkan stamina tubuh ayam, desinfeksi kandang dan peralatan, pemberian obat untuk mencegah infeksi sekunder oleh bakteri maupun melakukan vaksinasi darurat, terutama jika serangan belum parah dan kondisi ayam masih relatif sehat. Vaksinasi darurat ini biasanya dilakukan pada kasus serangan ND maupun IB. Untuk kasus EDS dan AI relatif jarang dilakukan vaksinasi darurat, terlebih lagi vaksin yang tersedia berbentuk inaktif sehingga respon pembentukan titer antibodi yang protektif relatif lama. Meskipun demikian revaksinasi EDS dan AI bisa berhasil (tergantung kondisi ayam atau tingkat keparahan penyakit).
  • Biosecurity ketat
Biosecurity bisa disebut sebagai “garda depan” dalam pencegahan serangan penyakit. Penerapan biosecurity yang baik akan menurunkan tantangan bibit penyakit yang berada di sekitar ayam sehingga kesempatan menginfeksi ke dalam tubuh ayam menjadi sedikit. Pelaksanaan biosecurity yang perlu ditekankan antara lain :
  • Desinfeksi kandang secara rutin, misalnya 2 x seminggu
  • Peralatan kandang, seperti tempat ransum dan air minum direndam dalam larutan desinfektan selama 30 menit setiap 3-4 hari sekali
  • Desinfeksi personal maupun sarana transportasi yang masuk ke lokasi kandang
  • Personal maupun peralatan kandang sebaiknya tidak ditukar atau bergantian antar kandang
  • Antisep, Neo Antisep maupun Medisep relatif aman digunakan untuk sanitasi air minum maupun semprot kandang pada saat ada ayam. Mediklin, Sporades dan Formades lebih cocok digunakan untuk desinfeksi atau penyemprotan kandang kosong (tidak ada ayam)

  • Tata laksana pemeliharaan yang baik
Tata laksana pemeliharaan tidak hanya mencakup operasional pemeliharaan, seperti pemberian ransum dan air minum, tetapi perkandangan (struktur kandang yaitu ketinggian kandang, atap, jarak kandang) dan sistem manajemen pendukung (sistem instalasi air minum, gudang ransum dan peralatan) juga perlu diperhatikan. Pemberian feed supplement secara rutin, misalnya Fortevit, Vita Stress atau Vita Strong diperlukan untuk menjaga kondisi ayam tetap optimal sehingga lebih tahan terhadap serangan bibit penyakit. Selain itu, pemberian antibiotik broad spektrum pada saat serangan penyakit juga diperlukan untuk mencegah infeksi sekunder oleh bakteri.
  • Vaksinasi tepat
Vaksinasi adalah sebuah upaya membentengi ayam dari serangan penyakit dengan menstimulasi sistem kekebalan tubuhnya membentuk antibodi yang protektif. Program vaksinasi ND, EDS, IB dan AI sangat dipengaruhi oleh kondisi farm. Alangkah lebih baiknya jika program vaksinasinya disesuaikan dengan waktu serangan penyakit, jenis vaksin yang digunakan (aktif atau inaktif, tunggal atau gabungan) dan umur ayam. Vaksin yang bisa digunakan antara lain Medivac ND Hitchner B1, Medivac ND La Sota, Medivac ND Clone 45, Medivac IB H-120, Medivac IB H-52, Medivac ND-IB, Medivac ND Emulsion, Medivac AI, Medivac AI N2, Medivac ND-IB Emulsion, Medivac ND-EDS Emulsion, Medivac ND-AI Emulsion dan Medivac ND-EDS-IB Emulsion.

Saat ayam telah terinfeksi maka dapat diberikan vaksinasi darurat dengan :
  • Medivac ND Clone 45 saat serangan ND
  • Medivac IB H-120 saat terserang IB
  • Medivac ND-IB saat terinfeksi ND dan IB (komplikasi)
Pemantauan atau monitoring titer antibodi memiliki peranan yang sangat penting, yaitu waktu pelaksanaan revaksinasi menjadi lebih tepat. Saat 2-3 minggu sebelum berproduksi telur, lakukan pemeriksaan titer antibodi ND, EDS, IB dan AI guna memastikan titer antibodi protektif sehingga mampu memberikan perlindungan optimal terhadap serangan ke-4 penyakit tersebut. Pemantauan titer antibodi terhadap ke-4 penyakit tersebut juga harus dilakukan secara rutin pada saat masa produksi, misalnya setiap 1 bulan sekali. Lakukan revaksinasi jika titer antibodi dibawah atau mendekati standar protektif. Kendalikan ND, EDS, IB dan AI secara tepat agar produksi telur optimal.By: Pakan Ikan Madiun, Sumber: info.medion.co.id 

HALAMAN FACEBOOK