TAG - BLOGQ

Tampilkan postingan dengan label ENZIM. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ENZIM. Tampilkan semua postingan

Penggunaan Enzim xilanase pada Pakan Unggas


PENDAHULUAN
Dalam usaha peternakan, pakan merupakan komponen utama dan menyumbang sekitar 60 – 70% dari total biaya produksi. Untuk dapat meningkatkan margin keuntungan usaha peternakan, perlu diupayakan pengadaan bahan baku pakan yang murah, mudah dan kontinyu tanpa bersaing dengan kebutuhan manusia, yaitu dengan pemanfaatan produk samping industri pertanian seperti dedak gandum. Penggunaan dedak gandum sebagai bahan baku pakan sumber energi sangat dibatasi oleh tingginya kandungan serat kasarnya. Oleh karena itu perlu diterapkan teknologi pengolahan pakan yang efisien untuk meningkatkan nilai nutrisi bahan pakan sehingga pemanfaatannya pada ternak menjadi optimal. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan enzim sebagai feed suplemen yang berfungsi untuk memecah komponen serat kasar menjadi produk yang lebih sederhana, yang dapat diserap langsung oleh ternak.
Pada dasarnya setiap jenis ternak menggunakan enzim untuk mencerna makanan yang mereka makan, baik dengan memproduksi sendiri enzim tersebut maupun oleh mikroba yang terdapat dalam alat pencernaannya. Namun demikian proses pencernaan tersebut tidak dapat sepenuhnya efisien. Sebagai contoh, babi, tidak dapat mencerna 15 – 25% pakan yang dimakannya (Bedforth dan Partridge, 2001). Oleh karena itu penggunaan enzim, sebagai feed suplemen diperlukan untuk dapat meningkatkan efisiensi pencernaan pakan.
Ransum yang mengandung biji-bijian seperti gandum, barley dan produk ikutan industri pertanian seperti pollard, dedak padi, gaplek mengandung serat kasar yang relatif tinggi, yang tidak dapat dicerna dengan baik oleh ternak monogastrik seperti unggas dan babi. Hal tersebut dapat diatasi dengan penambahan enzim pendegradasi serat seperti xilanase yang dapat menurunkan viskositas digesta sehingga dapat meningkatkan penyerapan nutrisi.
Penggunaan Enzim Dalam Industri Pakan
Pada usaha produksi ternak, komponen utama yang paling tinggi dalam biaya produksi adalah pakan ternak. Keuntungan yang akan diperoleh dari usaha tersebut akan bergantung pada rasio biaya pakan dan nilai nutrisi yang tersedia dalam pakan. Seringkali formulasi ransum dibatasi oleh faktor kemampuan ternak dalam mencerna berbagai komponen dalam bahan baku pakan, terutama serat. Inefisiensi penggunaan pakan ini dapat meningkatkan biaya usaha bagi peternak, juga dapat mencemari lingkungan (contoh pospor pada pakan) (Bedforth dan Partridge, 2001).
Untuk dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan, dapat ditambahkan enzim sebagai feed suplemen. Ada empat jenis enzim yang banyak digunakan dalam industri pakan, yaitu enzim pemecah serat, protein, pati dan asam pitat.
Suplementasi enzim xilanase pada pakan dasar gandum dapat menurunkan viskositas digesta dan meningkatkan pertambahan bobot badan ayam broiler usia 6 minggu hingga 14,72% dan 2,60% (Chiang et al., 2005). Xilanase dapat menurunkan viskositas digesta dengan cara menghidrolisis arabinoxilan menjadi arabinosa dan xilosa, sehingga mudah dimanfaatkan oleh unggas (Choct, 1997). Berdasarkan penelitian Ketaren et.al (2001), penggunaan pollard 30% dengan suplementasi enzim natugrain (xilanase dan β-glukanase ) dalam ransum ayam broiler menunjukkan pengaruh nyata terhadap konversi ransum dibandingkan penggunaan dedak padi 30% dengan level enzim 0,01%.
Pasar global enzim pada tahun 1995 diperkirakan senilai 1 juta US dollar dan diperkirakan meningkat sekitar 1.7 – 2 juta US Dollar pada tahun 2005, diperkirakan akan terus menigkat pada tahun-tahun yang akan datang, (Godfrey dan West, 1996) mengingat enzim juga berpengaruh positif terhadap kesehatan ternak.
Mekanisme Kerja Enzim Xilanase yang Diaplikasikan pada Ternak Unggas
Enzim merupakan senyawa protein dapat larut yang diproduksi oleh organisme hidup (Jacobs et al., 1965; Singleton dan Sainsbury, 2001). Enzim berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi pemecahan senyawa-senyawa organik yang komplek menjadi sederhana. Katalisator akan ikut serta dalam reaksi dan mengalami perubahan fisik selama reaksi, tetapi akan kembali kekeadaan semula bila reaksi telah selesai (Harper et al., 1979). Enzim juga dapat didefinisikan sebagai molekul biopolimer yang tersusun dari serangkaian asam amino dalam komposisi dan susunan rantai yang teratur dan tetap. Enzim diproduksi dan digunakan oleh sel hidup untuk mengkatalisis reaksi antara lain konversi energi dan metabolisme pertahanan sel (Richana, 2002).
Tubuh makhluk hidup dapat memproduksi enzim sendiri sesuai dengan kebutuhan, akan tetapi penambahan enzim pada ransum terkadang masih dibutuhkan. Penambahan enzim ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti adanya antinutrisi pada bahan pakan, rendahnya efesiensi kecernaan bahan pakan, dan ketidaktersediaan enzim tertentu dalam tubuh ternak. Xilanase dan ß-glucanase adalah contoh enzim yang digunakan untuk meningkatkan daya cerna pakan pada ternak monogastrik (Samadi, 2004).
Xilanase merupakan enzim yang mampu menghidrolisis ikatan 1,4-β yang terdapat pada hemiselulosa dalam hal ini ialah xilan atau polimer dari xilosa dan xilooligosakarida (Riyanto et al., 2001; Richana, 2002). Menurut Singleton dan Sainsbury (2001) xilanase dapat diklasifikasikan berdasarkan substrat yang dihidrolisis dan produk akhirnya, yaitu β-xilosidase, eksoxilanase, dan endoxilanase.
Hughes (2003) menyatakan bahwa xilanase mampu memecahkan polisakarida non pati yang tidak dapat larut dalam gandum, yaitu xilan. Menurut Williams (1997), enzim xilanase yang ditambahkan ke dalam ransum ternak unggas berbasis barley atau gandum atau pollard berhasil menurunkan efek antinutrisi dari polisakarida non pati. Enzim xilanase akan mengurangi viskositas cairan lambung pada usus halus, sehingga memperlancar saluran pencernaan dan meningkatkan penyerapan nutrisi. Xilanase juga merubah hemiselulosa menjadi gula sederhana sehingga nutrisi yang awalnya terjerat dalam dinding sel hemiselulosa akan dilepaskan dan dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Gula tersebut dapat dimanfaatkan oleh tubuh, sehingga ayam akan mendapatkan energi yang cukup dari makanan dengan jumlah yang lebih sedikit. Reaksi kimia tersebut sangat mendukung pemanfaatannya terutama untuk pakan ternak yang berasal dari tumbuhan, baik dalam bentuk segar maupun hasil olahan (limbah pertanian) untuk meningkatkan daya cerna polisakarida non pati dalam pakan.
Bedford dan Classen (1992) melaporkan bahwa campuran pakan ayam broiler dengan enzim xilanase yang berasal dari T. longibrachiatum mampu mengurangi viskositas pencernaan, sehingga meningkatkan pertambahan bobot badan dan efisiensi konversi ransum. Demikian juga dengan yang dilaporkan oleh Silversides dan Bedford (1999), penambahan enzim xilanase (2626-2860 U/g xilanase + 643-940 U/g protease) ke dalam ransum yang mengandung 56-64% gandum (2,5% serat kasar dalam ransum) memberikan pengaruh yang positif terhadap pertambahan bobot badan dan konversi ransum. Dusel et al. (1998) juga melaporkan bahwa enzim (6000 IU/g xilanase + 2000 IU/g protease) yang ditambahkan ke dalam pakan dengan kandungan gandum sebesar 73% (2,5% serat kasar dalam ransum) dapat menurunkan viskositas saluran pencernaan, meningkatkan EMSn dan pencernaan bahan organik serta lemak kasar. Lázaro et al. (2003) juga melaporkan bahwa penambahan enzim (864 IU xilanase dan 858 IU β-glukanase) ke dalam ransum broiler yang mengandung 50% gandum dapat menurunkan viskositas saluran pencernaan, mempercepat waktu transit ransum dalam saluran pencernaan dan meningkatkan performans ayam broiler.
Pertambahan bobot badan ayam pedaging yang diberi ransum basal pollard sebanyak 30% dengan suplementasi enzim xilanase 0,01% cenderung tumbuh lebih cepat dibanding ayam pedaging yang memperoleh ransum lain. Suplementasi enzim ke dalam ransum basal pollard mampu meningkatkan efisiensi penggunaan ransum sekitar 4%, sebaliknya suplementasi enzim ke dalam ransum basal dedak padi tidak mampu memperbaiki efisiensi penggunaan ransum ayam pedaging. Ini membuktikan bahwa enzim xilanase yang digunakan dalam penelitian ini lebih efektif apabila digunakan pada pollard, yang diketahui mengandung lebih banyak xilan/pentosan  atau glukan dibanding dedak. Peningkatan penampilan ayam pedaging yang diberi ransum basal pollard dengan suplementasi enzim xilanase ini, kemungkinan juga berkaitan dengan peningkatan kecernaan protein dan lemak disamping kenaikan kecernaan polisakarida non pati (Poultry Indonesia, 2006).
Pemanfaatan enzim xilanase juga telah dilakukan pada ayam petelur. Enzim xilanase dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kualitas telur, meskipun tidak mempengaruhi produksi telurnya. Penggunaan enzim xilanase (2000 U/kg; Avizyme 2300) dalam ransum ayam petelur berbasis gandum (75-77% berat kering total) dapat meningkatkan bobot telur dan putih telur serta meningkatkan kandungan putih telur (Silversides et al., 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Adams, C.A. 2000. Enzim Komponen Penting dalam Pakan Bebas Antibiotika. Feed Mix Special. http:/www.alabio.cbn.net.
AOAC.1984. Official Methode of Analysis of The Association of Official Analytical Chemist. Association of Official Analytical Chemist. Arlington.
Bradford, M.M. 1976. A Rapid and Sensitive Methode for The Quantitation of Microgram Quantities of Protein Utilizing The Principle of protein Dye-Binding. Anal.Biochem. 72:248-254
Bedford, M.R dan G.G. Partridge. (eds). 2001. Enzyme in Farm Animal Nutrition. CABI Publishing. U.K
Campbell, G.L. dan M.R. Bedford. 1992. Enzime Applications for Monogastric Feeds: A review. Can.J.Anim.Sci. 72:449 – 466.
Choct, M. 1997. Feed Non-Polisaccharides : Chemical Structure and Nutritional Significance. Proceedings Feed Ingridients Asia . American Soybean Association. Singapore.
Chaplin, M.F. dan C. Bucke. 1990. Enzyme Technology. Cambridge University Press. Cambridge.
Chiang, C.C., B.Yu. dan P.W.S. Chiou. 2005. Effect of Xylanase Supplementation to Wheat-Based Diet on The Performans and Nutrient Availability of Broiler Chickens. Asian-Aust.J.Anim.Sci. 18:1141-1146.
Eriksson , K.E.L., R.A. Blanchette dan P. Ander. 1990. Microbial and Enzymatic Degradation of Wood and Wood Components. Springer-Verlag. Berlin, Heidelberg.
Godfrey, T dan West, S.I. 1996. Introduction to Industrial Enzimology. In : Godfrey, T dan West, S.I. 1996. (eds). Industrial Enzymology. 2nd eds. McMillan.. UK. pp 1-8.
Ketaren, P.P, Purwadaria,T.,Sinurat, A.P. 2002. Penampilan Ayam Pedaging yang Diberi Ransum Basal Dedak atau Pollard dengan atau tanpa Suplementasi Enzim Xilanase. Prosiding. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Departemen Pertanian. Bogor.
Leeson, S dan Summers, D.J. 2001. Scott’s Nutrition of The Chicken. University Books.
Miller, G.L. 1959. Dinitrosalysilic Assay. Anal Chem. 31:426-428
Pantaya, P. 2003. Kualitas Ransum Hasil Pengolahan Steam Pelleting berbasis Wheat-Pollard yang Mendapat Perlakuan Enzim Cairan Rumen pada Performans Broiler. Tesis .Program PascaSarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rawashdeh, R., I. Saadoun., A. Mahasneh. 2005. Effect of Cultural Condition on Xylanase Production by Streptomyces sp (Strain lb 24D) and its Potensial to Utilize Tomato Pomace. African J.of Bitechnol. 4(3):251-255
Richana, N., P. Lestari., A. Thontowi dan Rosmimik. 2000. Catatan Penelitian Seleksi Isolat Bakteri Lokal Penghasil Xilanase. J.Mikrobiol.Indonesia 5:54-56.
Sheppy, C. 2001. The Current Feed Enzyme Market and Likely Trends. Dalam. Bedford, M.R dan G.G. Partridge. (eds). 2001. Enzyme in Farm Animal Nutrition. CABI Publishing. U.K
Sibbald, I.R. 1980. Metabolic Plus Endogenous Energy and Nitrogen Losses of Adult Cockerels: The Correction Used in The Bioassay True Metabolizable Energy. Poultry Sci. 60:805-811.
Steel, R. G.D., dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sunna, A., S.G.Prowe .,T.Stoffregen dan G.Antranikian. 1997. Characterization of Xylanases from The New Isolated Thermofilic Xylan-Degrading Bacillus thermoleovorans. Strain k-3D and Bacillus flavothermus strain LB-3A. FEMS. Microbiol.lett. 148:209-216.
Thomas,M., T. Van Vliet and A.F.B. Van der Poel. 1998. Physical Quality of Pelleting Animal Feed and Contribution of Feedstuff Component. Anim.Feed Sci.Tech.J. 70:59-78.
Tsujibo, H., K, Miyamoto., T.Kuda., K.Minami., T Sakamoto., T. Hasegawa., Y.Inamori. 1992. Purification, Properties and Partial Aminoacid Sequences of Thermostable Xylanase from Streptomyces thermoviolaeus OPC-520. Appl.Environ.Microbiol. 58:371-375
Utarti, E. 2000. Produksi dan Karakterisasi Enzim Xilanase Bakteri Thermofilik Bacillus sp M-35. Tesis. Pascasarjana. IPB
Vranjes, M.V., dan C. Wenk. 1995. The Influence of Extruded Vs Untreated Barley in The Feed, with and without Dietary Enzyme Supplement on Broiler Performance. Anim.Feed.Sci. and Tech. 54:21-32
Yang, R.C.A., C.R. McKenzie., D. Bilous, V.L. Seligny dan S.A. Narang. 1998. Molecular Cloning and Expression of Xylanase gene from Bacillus polymixa in Escherichia coli. Environ.microbiol. 54:1023-1029.
Yu, E.K.C., Tan, L.U.L., Chan, M.K.H. Deschatelet, L and Saddler, J.N. 1991. Production of Thermostable Xylanase by a Thermophilic Fungus Thermoascus aurantiacus. Enzyme and Microbiology Technology. 9:16-24

Sumber : Dikutip berbagai sumber, by Indah, http://bit.ly/1axe5Is

LIPID

LIPID
Lipid adalah senyawa organik yang tidak dapat larut dalam air tetapi dapat diekstraksi dengan pelarut nonpolar seperti kloroform, eter dan benzena. Senyawa organik ini terdapat didalam sel dan berfungsi sebagai sumber energi metabolisme dan sebagai sumber asam lemak esensial yang mempunyai fungsi specifik dalam tubuh seperti untuk struktur sel dan pemeliharaan integritas membran-membran yang hidup. Fungsi lain dari lipid antara lain adalah sebagai komponen utama struktur sel, penyimpan bahan bakar metabolik, untuk mengangkut bahan bakar, sebagai pelindung dinding sel dan juga sebagai komponen pelindung kulit vertebrata. Lipid terdiri dari lemak, minyak, malam dan senyawa-senyawa lain yang ada hubungannya. Lipid merupakan komponen penting
dalam pakan ikan karena lipid dapatdijadikan sebagai sumber energi bagi ikan selain protein dan karbohidrat. Lipid berbeda dengan lemak. Perbedaan antara lemak dan minyak adalah pada titik cairnya, lemak cenderung lebih tinggi titik cairnya, molekulnya lebih berat dan rantai molekulnya lebih panjang. Oleh karena itu lipid merupakan salah satu sumber asam lemak essensial yang tidak bisa di sentesa oleh ikan. Sebagai sumber energi, lipid telah ditunjukan untuk memberikan beberapa protein untuk pertumbuhan. Lipid juga sumber penting sterol, phospolipid, dan vitamin lemak yang dapat larut. Asam lemak dari lipid mungkin juga bertindak sebagai pendahuluan pada steroid hormon dan prostaglandin.

Fungsi umum dari lipid

Fungsi yang umum adalah: Sumber energi berkenaan dengan metabolisme, adenosine triphosphate (ATP). Kandungan energi lipid berisi kira-kira dua kali lebih dari energi protein dan karbohidrat. Sumber dari asam lemak esensial (EFA) yang penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. EFA tidak bisa disintesis oleh organisme air dan akan disintesis jika jumlahnya tidak cukup untuk pertumbuhan dan harus disediakan pada pakan ikan,
misalnya : asam arachidonik(ARA), asam eicosapentaenoie (EPA), dan asam decosahexaenoic (DHA) adalah asam lemak esensial yang sangat penting di dalam pakan ikan dan krustasea. Komponen sellular yang penting dan selaput subsellular, misalnya: phospholipid dan asam lemak polyunsurated (PUFA). Sumber steroid yang melaksanakan fungsi penting seperti pemeliharaan sistem selaput, transportasi lipid dan prekursor dari hormon steroid. Asam lemak Salah satu unsur penting dari lipid adalah asam lemak. Asam lemak ini ada juga yang menyebutkan sebagai lipid dengan makna fisiologis. Berdasarkan kandungan unsurnya asam lemak mempunyai rumusan yang umum yaitu CH3 (CH2)n COOH , dimana: n variasi dari 0 sampai ke 24 dan pada umumnya suatu bilangan genap. Asam lemak diberi suatu nama umum disamping formulasi
bahan kimianya dan singkatan stenografi. Di dalam tatanama asam lemak, sebuah asam lemak di indentifikasi dengan formula: A:B n-3, A:B n-6, A:B n-9, kadang-kadang ditulis dengan huruf ?? (omega) dimana, A adalah banyaknya atom carbon dan banyaknya ikatan ganda, n-3, n-6, n-9 adalah posisi ikatan ganda dari metil berakhir pada asam lemak. Sebagai contoh tujuan kuatitatif untuk palmitoleic atau asam hexadecenoic adalah 16:l n-7 yang ini berarti bahwa asam palmitoleic mempunyai 16 karbon dan berisi pada ikatan rangkap terdapat pada posisi karbon ketujuh karbon. Berdasarkan jumlah ikatan rangkap pada asam lemak maka asam lemak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak mengandung ikatan rangkap. Sedangkan asam lemak tidak jenuh adalah asam lemak yang mengandung satu atau lebih ikatan rangkap. Asam lemak jenuh terdiri
dari unsur Carbon dari 1 – 24 yaitu format (1), asetat (2), propionat (3), butirat (4), valerat (5), kaproat (6), kaprilat/oktanoat (8), kaprat/dekanoat (10), laurat (12), miristat (14), palmitat (16), stearat (18), arakidat (20), behenat (22), lignoserat (24). Angka yang terdapat didalam kurung merupakan jumlah atom Carbon yang terdapat pada unsur asal lemak. Pada asam lemak tidak jenuh dapatdikelompokkan kedalam enam

Kebutuhan asam lemak pada ikanAsam lemak yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan budidaya adalah asam lemak essensial yaitu asam lemak yang sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan namun tubuh (hati) kurang mampu mensisntesisinya oleh karena itu harus disuplai dari pakan. Sedangkan asam lemak essensial yaitu asam lemak yang dapat disintesa oleh tubuh. Asam lemak essesial (Essensial Fatty Acid/EFA) yang sangat diperlukan ikan terdiri dari asam lemak linoleat, asam lemak linolenat, asam lemak Eicosapentanoat (EPA) dan asam lemak Dokosaheksanoat (DHA). Komposisi asam lemak di dalam ikan adalah cenderung dipengaruhi oleh faktor seperti kadar garam, suhu dan makanan. Selain itu kebutuhan asam lemak essensial untuk setiap jenis ikan berbeda antar spesies terutama antara ikan air tawar dan air laut. Komposisi lemak tubuh sangat dipengaruhi oleh pakan ikan yang mengandung lemak, walaupun penambahan lemak pada pakan sebaiknya tidak lebih 18%. Tetapi
dalam lemak pakan harusdiperhatikan apakah terdapat komposisi asam lemak essensialnya. Sumber lemak bagi ikan dapat berasal dari berbagai bahan pakan yaitu minyak hewani atau minyak nabati, keduanya telah ditemukan dan bisa digunakan dalam makanan ikan. Komposisi asam lemak dari berbagai bahan baku pakan ikan dapat dilihat pada Tabel.. Jika dibandingkan dengan minyak nabati lain atau lemak minyak ikan mengandung berbagai macam asam lemak unsaturated pada rantai karbon panjang (20 atau 22 panjangnya rantai karbon), kebanyakan dari sumber hewani memliki asam lemak dari kelompok n-3 . Rantai panjang n-3 asam lemak biasanya menyusun 1/4 - 1/3 semua asam lemak di dalam minyak ikan, sedangkan, rantai panjang asam lemak di dalam kebanyakan minyak nabati jarang melebihi 5% dan sering kurang dari 1%. Kebutuhan lipid berkenaan dengan aturan makan ikan dapat diperoleh dari profil asam Ikan memerlukan asam lemak dari kelompok n-3 dan n-6 dalam
komposisii pakannya. Jenis asam lemak yang sangat diperlukan bagi ikan budidaya adalah asam linolenat ( 18:3n-3), asam linoleat ( 18:2n-6), asam eocosapentaenoat ( EPA, 20:5n-3) dan asam docosahexaenoat ( DHA, 22: 6n-3). Kekurangan asam lemak essensial pada komposisi pakan ikan dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan dan kondisi kekurangan asam lemak essensial dalam waktu yang brekepanjangan akan menyebabkan kematian ikan budidaya. Asam lemak essensial ( EFA) kebutuhan sangat berbeda antara satu jenis ikan dengan jenis ikan yang lainnya seperti telah dijelaskan pada Tabel diatas. Pada jenis ikan rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) memerlukan sekitar 1% 18:3n-3 dalam pakannya Kombinasi 18:3n-3 dan 18:2n-6 dalam berbagai proporsi tidak meningkatkan laju pertumbuhan atau konversi pakan ikan laut. Pada ikan karper (Cyprinus carpio), salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang paling lama dibudidayakan di dunia memerlukan jenis asam lemak dari
kelompok kedua-duanya yaitu: 18:2n-6 dan 18: 3n-3. Selain itu komposisi asam lemak dapat memberikan pertambahan berat badan yang terbaik dan konversi pakan yang baik dengan komposisi asam lemak campuran dari1% 18:2n-6 dan 1% 18:3n-3 pada ikan belut (Anguilla japonica). Pada ikan budidaya air panas yang lain.,membutuhkan antara 18:2n-6 dan 18:3n-3, tetapi pada level 0,5%.Pada ikan Herbivora didaerah tropis seperti Nila tilapia (Tilapia nilotica) membutuhkan asam lemak n-6 ataupun lebih dari n-3. kebutuhan asam lemak dalam komposisi pakan berkisar antara 18:2n-6 atau 20:4n-6 sebanyak 0,5% . Asam lemak n-3 (n-3 HUFA) adalah asam lemak esensial dari beberapa ikan air laut seperti red sea bream (Chrysophyrs majo), dan ikan buntut kuning (Seriola quinquerodiata). Kebutuhan asam lemak polyunsaturated rantai yang panjang harus diberikan untuk menambah atom karbon atau melepas hidrogen dari pakan,
sebagian besar ikan air laut air diperairan dingin membutuhkan asam lemak n-3 (Millamena, 2002). Penelitian tentang asam lemak esensial dibutuhkan untuk ikan air panas dan spesies ikan di filiphina menunjukkan bahwa beberapa spesies membutuhkan asam lemakantara n-3 dan n-6 sementara lainnya hanya n-3. Pada ikan bandeng yang di budidayakan pada air laut dibutuhkan n-3 HUFA dan pertumbuhan yang terbaikdidapatkan dengan menggunakan antara linolenic (18:3n-3) atau n-3 HUFA sebagai sumber lipid. Ikan laut kakap pada stadia juvenil membutuhkan antara n-3 dan n-6 PUFA dengan kadar 0,5% dalam komposisi pakannya atau pada perbandingan n-3/n-6 dengan rasio 1,0. Ikan Grouper membutuhkan n-3 HUFA sekitar 1%. Pada juveniludang windu (Penaeus monodon), sekitar 2,6% dari komposisi pakan PUFAnya dapat meningkatkan pertumbuhan sedangkan komposisi
18:2n-6 lebih besar daripada 5% memiliki efek negatif pada pertumbuhan. Kemudian, spesies yang berbeda membutuhkan EFA yang berbeda dan perbedaan lebih jelas pada ikan air panas dari pada ikan air dingin. Lemak pakan yang kekurangan asam lemak essensial akan memberikan dampak negatif bagi ikan budidaya. Hal ini dikarenakan lemak pakan yang tidak mengandung EFA akan mengakibatkan penurunan kandungan lemak pada hepatopankreas ikan carp. Akumulasi lemak pada hati hewan yang kekurangan EFA dapat mengganggu biosintesis lipoprotein. Selain itu berdasarkan hasil penelitian dari Watanabe (1988) kekurangan EFA akan sangat berpengaruh terhadap spawning/pemijahan rainbowtrout dan seabream merah, hal ini dikarenakan EFA berperan penting
pada fisiologi reproduksi sebagai tokoferol pada ikan. Selain itu pada rainbowtrout dewasa yang memakan lemak kekurangan EFA pada usia tiga bulan sebelum telur matang, maka telur yang dihasilkan memiliki daya tetas yang rendah. Dengan memberikan EFA sebanyak 1% yaitu asam lemak linoleat ternyata kondisi penetasan telur dapat ditingkatkan. Dampak negatif lainnya jika kekurangan EFA pada telur ikan yang telah dibuahi maka akan terjadi perubahan bentuk/deformasi tubuh dan larva menjadi abnormal. Dengan adanya perubahan bentuk tubuh, kecacatan larva maka pertumbuhan ikan tersebut akan terlambat. Biosintesis Asam lemak Lemak yang dikonsumsi oleh ikan akan dicerna didalam lambung akan dihidrolisis menjadi monogliserida dan asam lemak bebas dengan bantuan enzim lipase dan ditambah dengan proses saponifikasi dan
emulsi oleh asam empedu danlecithin dalam empedu. Akhir hidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak. Berdasarkan studi secara invitro pada ikan layang, ikan cod dan rainbow trout enzim lipase akan menghidrolisis triaslglyserol menjadi 2-monoasilglyserol dan asam lemak bebas. Hidrolisis 2-monoasilglyserol selanjutnya akan membentuk glyserol dan asam lemak bebas. Setelah dicerna selanjutnya akan dilakukan penyerapan, seperti diketahui bahwa asam lemak merupakan produk yang tidak larut dalam air maka asam lemak yang lebih rendah dan kolin akan diserap langsung didalam mukosa usus halus. Monogliserida dan asam lemak yang tidak larut diemulsi dan dilarutkan membentuk komplek koloid yaitu misel yang masuk kedalam sel epitel. Monogliserida disintesis disel berepitel membentuk
triglyserida. Triglyserida dan sedikit fosfolipid dan kolesterol bebas akan berkombinasi membentuk Chylomicron, yaitu komplek koloid yang besarnya 0,5 – 1,5 ,Chylomicron ini diserap kedalam sistem lipatik dan selanjutnya lewat melalui kantong torakic menjadi sistem yang sistemik dan dengan cepat diangkut oleh hati dan jaringan untuk katabolisme dan cadangan energi. Rantai panjang asam lemak, gabungan triglyserida dilakukan penyimpanan pada suhu yang lama dalam bentuk energi dalam lemak atau jaringan adipose hewan. Ketika energi diperlukan dalam jumlah besar, asam lemak dipecahkan untuk menghasilkan energi.





PROTEIN, asam LEMAK, enzim, hormon,vitamin, LIPID


Posted by royan
Sumber: Budidaya Ikan Jilid 2 oleh Gusrina
p:200

LIPID

LIPID
Lipid adalah senyawa organik yang tidak dapat larut dalam air tetapi dapat diekstraksi dengan pelarut nonpolar seperti kloroform, eter dan benzena. Senyawa organik ini terdapat didalam sel dan berfungsi sebagai sumber energi metabolisme dan sebagai sumber asam lemak esensial yang mempunyai fungsi specifik dalam tubuh seperti untuk struktur sel dan pemeliharaan integritas membran-membran yang hidup. Fungsi lain dari lipid antara lain adalah sebagai komponen utama struktur sel, penyimpan bahan bakar metabolik, untuk mengangkut bahan bakar, sebagai pelindung dinding sel dan juga sebagai komponen pelindung kulit vertebrata. Lipid terdiri dari lemak, minyak, malam dan senyawa-senyawa lain yang ada hubungannya. Lipid merupakan komponen penting
dalam pakan ikan karena lipid dapatdijadikan sebagai sumber energi bagi ikan selain protein dan karbohidrat. Lipid berbeda dengan lemak. Perbedaan antara lemak dan minyak adalah pada titik cairnya, lemak cenderung lebih tinggi titik cairnya, molekulnya lebih berat dan rantai molekulnya lebih panjang. Oleh karena itu lipid merupakan salah satu sumber asam lemak essensial yang tidak bisa di sentesa oleh ikan. Sebagai sumber energi, lipid telah ditunjukan untuk memberikan beberapa protein untuk pertumbuhan. Lipid juga sumber penting sterol, phospolipid, dan vitamin lemak yang dapat larut. Asam lemak dari lipid mungkin juga bertindak sebagai pendahuluan pada steroid hormon dan prostaglandin.

Fungsi umum dari lipid

Fungsi yang umum adalah: Sumber energi berkenaan dengan metabolisme, adenosine triphosphate (ATP). Kandungan energi lipid berisi kira-kira dua kali lebih dari energi protein dan karbohidrat. Sumber dari asam lemak esensial (EFA) yang penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. EFA tidak bisa disintesis oleh organisme air dan akan disintesis jika jumlahnya tidak cukup untuk pertumbuhan dan harus disediakan pada pakan ikan,
misalnya : asam arachidonik(ARA), asam eicosapentaenoie (EPA), dan asam decosahexaenoic (DHA) adalah asam lemak esensial yang sangat penting di dalam pakan ikan dan krustasea. Komponen sellular yang penting dan selaput subsellular, misalnya: phospholipid dan asam lemak polyunsurated (PUFA). Sumber steroid yang melaksanakan fungsi penting seperti pemeliharaan sistem selaput, transportasi lipid dan prekursor dari hormon steroid. Asam lemak Salah satu unsur penting dari lipid adalah asam lemak. Asam lemak ini ada juga yang menyebutkan sebagai lipid dengan makna fisiologis. Berdasarkan kandungan unsurnya asam lemak mempunyai rumusan yang umum yaitu CH3 (CH2)n COOH , dimana: n variasi dari 0 sampai ke 24 dan pada umumnya suatu bilangan genap. Asam lemak diberi suatu nama umum disamping formulasi
bahan kimianya dan singkatan stenografi. Di dalam tatanama asam lemak, sebuah asam lemak di indentifikasi dengan formula: A:B n-3, A:B n-6, A:B n-9, kadang-kadang ditulis dengan huruf ?? (omega) dimana, A adalah banyaknya atom carbon dan banyaknya ikatan ganda, n-3, n-6, n-9 adalah posisi ikatan ganda dari metil berakhir pada asam lemak. Sebagai contoh tujuan kuatitatif untuk palmitoleic atau asam hexadecenoic adalah 16:l n-7 yang ini berarti bahwa asam palmitoleic mempunyai 16 karbon dan berisi pada ikatan rangkap terdapat pada posisi karbon ketujuh karbon. Berdasarkan jumlah ikatan rangkap pada asam lemak maka asam lemak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak mengandung ikatan rangkap. Sedangkan asam lemak tidak jenuh adalah asam lemak yang mengandung satu atau lebih ikatan rangkap. Asam lemak jenuh terdiri
dari unsur Carbon dari 1 – 24 yaitu format (1), asetat (2), propionat (3), butirat (4), valerat (5), kaproat (6), kaprilat/oktanoat (8), kaprat/dekanoat (10), laurat (12), miristat (14), palmitat (16), stearat (18), arakidat (20), behenat (22), lignoserat (24). Angka yang terdapat didalam kurung merupakan jumlah atom Carbon yang terdapat pada unsur asal lemak. Pada asam lemak tidak jenuh dapatdikelompokkan kedalam enam

Kebutuhan asam lemak pada ikanAsam lemak yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan budidaya adalah asam lemak essensial yaitu asam lemak yang sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan namun tubuh (hati) kurang mampu mensisntesisinya oleh karena itu harus disuplai dari pakan. Sedangkan asam lemak essensial yaitu asam lemak yang dapat disintesa oleh tubuh. Asam lemak essesial (Essensial Fatty Acid/EFA) yang sangat diperlukan ikan terdiri dari asam lemak linoleat, asam lemak linolenat, asam lemak Eicosapentanoat (EPA) dan asam lemak Dokosaheksanoat (DHA). Komposisi asam lemak di dalam ikan adalah cenderung dipengaruhi oleh faktor seperti kadar garam, suhu dan makanan. Selain itu kebutuhan asam lemak essensial untuk setiap jenis ikan berbeda antar spesies terutama antara ikan air tawar dan air laut. Komposisi lemak tubuh sangat dipengaruhi oleh pakan ikan yang mengandung lemak, walaupun penambahan lemak pada pakan sebaiknya tidak lebih 18%. Tetapi
dalam lemak pakan harusdiperhatikan apakah terdapat komposisi asam lemak essensialnya. Sumber lemak bagi ikan dapat berasal dari berbagai bahan pakan yaitu minyak hewani atau minyak nabati, keduanya telah ditemukan dan bisa digunakan dalam makanan ikan. Komposisi asam lemak dari berbagai bahan baku pakan ikan dapat dilihat pada Tabel.. Jika dibandingkan dengan minyak nabati lain atau lemak minyak ikan mengandung berbagai macam asam lemak unsaturated pada rantai karbon panjang (20 atau 22 panjangnya rantai karbon), kebanyakan dari sumber hewani memliki asam lemak dari kelompok n-3 . Rantai panjang n-3 asam lemak biasanya menyusun 1/4 - 1/3 semua asam lemak di dalam minyak ikan, sedangkan, rantai panjang asam lemak di dalam kebanyakan minyak nabati jarang melebihi 5% dan sering kurang dari 1%. Kebutuhan lipid berkenaan dengan aturan makan ikan dapat diperoleh dari profil asam Ikan memerlukan asam lemak dari kelompok n-3 dan n-6 dalam
komposisii pakannya. Jenis asam lemak yang sangat diperlukan bagi ikan budidaya adalah asam linolenat ( 18:3n-3), asam linoleat ( 18:2n-6), asam eocosapentaenoat ( EPA, 20:5n-3) dan asam docosahexaenoat ( DHA, 22: 6n-3). Kekurangan asam lemak essensial pada komposisi pakan ikan dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan dan kondisi kekurangan asam lemak essensial dalam waktu yang brekepanjangan akan menyebabkan kematian ikan budidaya. Asam lemak essensial ( EFA) kebutuhan sangat berbeda antara satu jenis ikan dengan jenis ikan yang lainnya seperti telah dijelaskan pada Tabel diatas. Pada jenis ikan rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) memerlukan sekitar 1% 18:3n-3 dalam pakannya Kombinasi 18:3n-3 dan 18:2n-6 dalam berbagai proporsi tidak meningkatkan laju pertumbuhan atau konversi pakan ikan laut. Pada ikan karper (Cyprinus carpio), salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang paling lama dibudidayakan di dunia memerlukan jenis asam lemak dari
kelompok kedua-duanya yaitu: 18:2n-6 dan 18: 3n-3. Selain itu komposisi asam lemak dapat memberikan pertambahan berat badan yang terbaik dan konversi pakan yang baik dengan komposisi asam lemak campuran dari1% 18:2n-6 dan 1% 18:3n-3 pada ikan belut (Anguilla japonica). Pada ikan budidaya air panas yang lain.,membutuhkan antara 18:2n-6 dan 18:3n-3, tetapi pada level 0,5%.Pada ikan Herbivora didaerah tropis seperti Nila tilapia (Tilapia nilotica) membutuhkan asam lemak n-6 ataupun lebih dari n-3. kebutuhan asam lemak dalam komposisi pakan berkisar antara 18:2n-6 atau 20:4n-6 sebanyak 0,5% . Asam lemak n-3 (n-3 HUFA) adalah asam lemak esensial dari beberapa ikan air laut seperti red sea bream (Chrysophyrs majo), dan ikan buntut kuning (Seriola quinquerodiata). Kebutuhan asam lemak polyunsaturated rantai yang panjang harus diberikan untuk menambah atom karbon atau melepas hidrogen dari pakan,
sebagian besar ikan air laut air diperairan dingin membutuhkan asam lemak n-3 (Millamena, 2002). Penelitian tentang asam lemak esensial dibutuhkan untuk ikan air panas dan spesies ikan di filiphina menunjukkan bahwa beberapa spesies membutuhkan asam lemakantara n-3 dan n-6 sementara lainnya hanya n-3. Pada ikan bandeng yang di budidayakan pada air laut dibutuhkan n-3 HUFA dan pertumbuhan yang terbaikdidapatkan dengan menggunakan antara linolenic (18:3n-3) atau n-3 HUFA sebagai sumber lipid. Ikan laut kakap pada stadia juvenil membutuhkan antara n-3 dan n-6 PUFA dengan kadar 0,5% dalam komposisi pakannya atau pada perbandingan n-3/n-6 dengan rasio 1,0. Ikan Grouper membutuhkan n-3 HUFA sekitar 1%. Pada juveniludang windu (Penaeus monodon), sekitar 2,6% dari komposisi pakan PUFAnya dapat meningkatkan pertumbuhan sedangkan komposisi
18:2n-6 lebih besar daripada 5% memiliki efek negatif pada pertumbuhan. Kemudian, spesies yang berbeda membutuhkan EFA yang berbeda dan perbedaan lebih jelas pada ikan air panas dari pada ikan air dingin. Lemak pakan yang kekurangan asam lemak essensial akan memberikan dampak negatif bagi ikan budidaya. Hal ini dikarenakan lemak pakan yang tidak mengandung EFA akan mengakibatkan penurunan kandungan lemak pada hepatopankreas ikan carp. Akumulasi lemak pada hati hewan yang kekurangan EFA dapat mengganggu biosintesis lipoprotein. Selain itu berdasarkan hasil penelitian dari Watanabe (1988) kekurangan EFA akan sangat berpengaruh terhadap spawning/pemijahan rainbowtrout dan seabream merah, hal ini dikarenakan EFA berperan penting
pada fisiologi reproduksi sebagai tokoferol pada ikan. Selain itu pada rainbowtrout dewasa yang memakan lemak kekurangan EFA pada usia tiga bulan sebelum telur matang, maka telur yang dihasilkan memiliki daya tetas yang rendah. Dengan memberikan EFA sebanyak 1% yaitu asam lemak linoleat ternyata kondisi penetasan telur dapat ditingkatkan. Dampak negatif lainnya jika kekurangan EFA pada telur ikan yang telah dibuahi maka akan terjadi perubahan bentuk/deformasi tubuh dan larva menjadi abnormal. Dengan adanya perubahan bentuk tubuh, kecacatan larva maka pertumbuhan ikan tersebut akan terlambat. Biosintesis Asam lemak Lemak yang dikonsumsi oleh ikan akan dicerna didalam lambung akan dihidrolisis menjadi monogliserida dan asam lemak bebas dengan bantuan enzim lipase dan ditambah dengan proses saponifikasi dan
emulsi oleh asam empedu danlecithin dalam empedu. Akhir hidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak. Berdasarkan studi secara invitro pada ikan layang, ikan cod dan rainbow trout enzim lipase akan menghidrolisis triaslglyserol menjadi 2-monoasilglyserol dan asam lemak bebas. Hidrolisis 2-monoasilglyserol selanjutnya akan membentuk glyserol dan asam lemak bebas. Setelah dicerna selanjutnya akan dilakukan penyerapan, seperti diketahui bahwa asam lemak merupakan produk yang tidak larut dalam air maka asam lemak yang lebih rendah dan kolin akan diserap langsung didalam mukosa usus halus. Monogliserida dan asam lemak yang tidak larut diemulsi dan dilarutkan membentuk komplek koloid yaitu misel yang masuk kedalam sel epitel. Monogliserida disintesis disel berepitel membentuk
triglyserida. Triglyserida dan sedikit fosfolipid dan kolesterol bebas akan berkombinasi membentuk Chylomicron, yaitu komplek koloid yang besarnya 0,5 – 1,5 ,Chylomicron ini diserap kedalam sistem lipatik dan selanjutnya lewat melalui kantong torakic menjadi sistem yang sistemik dan dengan cepat diangkut oleh hati dan jaringan untuk katabolisme dan cadangan energi. Rantai panjang asam lemak, gabungan triglyserida dilakukan penyimpanan pada suhu yang lama dalam bentuk energi dalam lemak atau jaringan adipose hewan. Ketika energi diperlukan dalam jumlah besar, asam lemak dipecahkan untuk menghasilkan energi.





PROTEIN, asam LEMAK, enzim, hormon,vitamin, LIPID


Posted by royan
Sumber: Budidaya Ikan Jilid 2 oleh Gusrina
p:200

PROTEIN % PAKAN

Kebutuhan protein pada ikan

Protein didalam tubuh sangat dibutuhkan untuk pemeliharaan, pembentukan jaringan, penggantian jaringan-jaringan tubuh yang rusak dan penambahan protein tubuh dalam proses pertumbuhan. Kebutuhan protein dalam pakan
secara langsung dipengaruhi oleh jumlah dan jenis-jenis asam amino essensial, kandungan protein yang dibutuhkan, kandungan energi pakan dan faktor fisiologis ikan (Lovel, 1989). Protein dapat juga digunakan sebagai sumber energi jika kebutuhan energi dari lemak dan
karbohidrat tidak mencukupi dan juga sebagai penyusun utama enzim, hormon dan antibodi. Oleh karena itu
pemberian protein pada pakan ikan harus pada batas tertentu agar dapat memberikan pertumbuhan yang optimal bagi ikan dan efisiensi pakan yang tinggi. Selain itu protein sangat penting bagi kehidupan karena merupakan protoplasma aktif dalam semua sel hidup dan berperan sebagai instrumen molekuler yang mengekspresikan informasi genetik, unsur struktural didalam sel dan jaringan. Protein yang dibutuhkan
ikan bersumber dari berbagai macam bahan dimana kualitas protein bahan bergantung pada komposisi asam amino. Jumlah kebutuhan protein maksimum merupakan tingkat kualitas protein yang tinggi dalam kandungan pakan yang diperlukan untuk pertumbuhan maksimum. Untuk menentukan kebutuhan protein suatu jenis ikan dapat dilakukan dengan melakukan percobaan pemberian pakan yang
akan membantu dalam penggunaan uji kandungan protein dari sumber yang nilai biologinya tinggi. Respon yang akan memberikan keuntungan dan daya tahan paling tinggi biasanya diperoleh dari komposisi pakan ikan terbaik. Protein yang terdapat dalam jaringan tubuh ikan dapat digunakan sebagai ukuran untuk menentukan kebutuhan protein. Cara ini dilakukan dengan menganalisis kandungan nitrogen dalam jaringan dengan interval dua minggu sampai tidak ada penurunan nitrogen yang tertahan pada jaringan.
Jumlah kandungan protein yang minimal dari suatu pakan untuk menghasilkan pertumbuhan maksimum sangat bergantung pada jenis ikan yang dibudidayakan. Berdasarkan penelitian beberapa spesies ikan kebutuhan kandungan protein pada ikan budidaya berkisar dari 27% sampai 60%. Sumber protein tinggi untuk ikan dapat diperoleh pada beberapa bahan baku antara lain adalah telor utuh, kasein, kombinasi kasein dan agar-agar. Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan protein
untuk pertumbuhan ikan yang maksimum antara lain adalah : jenis, ukuran ikan atau umur, temperatur air, protein yang berkualitas seperti yang telah dikemukanan sebelumnya dengan mengetahui komposisi asam amino. Ikan yang berukuran lebih kecil mempunyai kebutuhan protein lebih tinggi dibanding ikan yang lebih tua pada jenis ikan yang sama itu.







Kebutuhan protein pada ikan, PROTEIN, apa itu protein, asam nukleat, enzim, hormon,vitamin, asam amino essensial, pakan ikan
Posted by royan
Sumber: Budidaya Ikan Jilid 2 oleh Gusrina

ASAM AMINO

Kebutuhan asam amino essensial
dalam pakan ikan

Pakan ikan sangat dibutuhkan bagi ikan yang dibudidayakan dalam suatu wadah budidaya. Fungsi utama pakan ini adalah sebagai
penyedia energi bagi aktifitas sel-sel tubuh. Dalam tubuh ikan energi yang berasal dari pakan dipergunakan untuk proses hidupnya
yaitu tumbuh, berkembang dan bereproduksi. Dalam tubuh ikan berisi sekitar 65-75% protein pada suatu basis berat kering. Protein
sangat menentukan dalam menyusun formulasi pakan ikan. Asam amino yang berasal dari protein ini sangat diperlukan olehberbagai sel untuk membangun dan
memperbaiki jaringan rusak. Kelebihan Asam amino digunakan sebagai sumber energi atau dikonversi ke lemak. Informasi
tentang kebutuhan protein kotor ikan menjadi nilai yang menentukan dandata tentang kebutuhan asam amino
untuk setiap ikan penting karena mutu protein sangat bergantung kepada komposisi asam amino nya dan penyerapannya. Penentuan
tentang kebutuhan asam aminosangat penting karena akan sangat membantu dalam melakukan perancangan diet uji amino yang digunakan untuk menentukan kebutuhan asam amino yang diperlukan bagi ikan. Protein dalam pakan ikan akan saling keterkaitan dengan zat nutrien
lainnya, misalnya protein bersama dengan mineral dan air merupakan bahan baku utama dalam pembentukan sel-sel dan jaringan
tubuh. Protein bersama dengan vitamin dan mineral ini berfungsi juga dalam pengaturan suhu tubuh,
pengaturan keseimbangan asam basa, pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh serta pengaturan metabolisme dalam tubuh. Oleh
karena itu ikan yang dibudidayakan harus memperoleh asam amino dari protein makanannya secara terus
menerus yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan sel dan pembentukan jaringan tubuhnya. Melalui sistem peredaran darah,
asam amino ini diserap oleh seluruh jaringan tubuh yang memerlukannya. Pertumbuhan somatik, pertumbuhan
kelanjar reproduksi, perkembangan dan pembangunan jaringan baru ataupun perbaikan jaringan yang
rusak selalu membutuhkan protein secara optimal yang terutama diperoleh dari asam-asam amino essensial yang bersumber dari
pakan ikan yang dikonsumsi. Ikan tidak mempunyai kebutuhan protein yang mutlak namun untuk menunjang pertumbuhannya ikan
membutuhkan suatu campuran yang seimbang antara asam-asam aminoesensial dan non esensial. Protein yang dibutuhkan ikan
dipengaruhi faktor-faktor yang bervariasi seperti ukuran ikan, temperatur air, kecepatan pemberian
pakan, ketersediaan dan kualitas pakan alami, kandungan energi keseluruhan yang dapat dihasilkan
dari pakan dan kualitas protein. Kualitas pakan dikatakan rendah apabila kadar asam-asam amino
esensial dalam proteinnya juga rendah. Pemilihan bahan dan komposisi bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan pakan
akan sangat menentukan kelengkapan dan keseimbangan antara asam-asam amino esensial dan tak esensial. Ikan dapat tumbuh
normal apabila komposisi asam amino esensial dalam pakan tak jauh berbeda (mirip) dengan asam amino
dalam tubuhnya. Oleh karena itu adanya variasi keseimbangan antara asam amino esensial dan non esensial dalam pakan diharapkan
dapat memacu pertumbuhan ikan. Cepat tidaknya pertumbuhan ikan ditentukan oleh banyaknya protein
yang dapat diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh sebagai zat pembangun. Oleh karena itu agar
ikan dapat tumbuh secara normal, pakan harus memiliki kandungan energi yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan energi metabolisme sehari-hari dan memiliki kandungan protein yang cukup tinggi untuk
memenuhi kebutuhan pembangunan sel-sel tubuh yang baru. Keseimbangan antara energi dan
kadar protein sangat penting dalam laju pertumbuhan, karena apabila kebutuhan energi kurang, maka
protein akan dipecah dan digunakan sebagai sumber energi. Pemakaian sebagian protein sebagai sumber energi ini akan menghambat
pertumbuhan ikan, mengingat protein sangat berperan dalam pembentukan sel baru. Pemberian pakan yang tepat dengan
kisaran nilai kalori/energi yang memenuhi persyaratan bagi pertumbuhan ikan dan dengan kandungan gizi yang lengkap akan
dapat meningkatkan nilai retensi protein. Retensi protein merupakan gambaran dari banyaknya protein
yang diberikan, yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk membangun ataupun memperbaiki sel-sel tubuh
yang rusak, serta dimanfaatkan bagi metabolisme sehari-hari. Dalam proses pencernaan, protein
akan dipecah menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana yaitu asam amino dan dipeptida. Ada dua jenis
enzim yang terlibat dalam proses pencernaan protein, yaitu enzim endopeptidase yang berfungsi
memutuskan ikatan peptida pada rantai polipeptida dan enzim eksopeptidase yang berfungsi
memutuskan gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (-NH2) yang dimiliki protein. Asam amino
dan dipeptida dapat masuk kedalam aliran darah dengan cara transpot aktif. Kualitas protein berbeda-beda
tergantung pada jenis dan jumlah asam amino penyusunannya. Penentuan kualitas protein dapat
dilakukan dengan membandingkan komposisi asam amino esensial yang dikandung bahan makanan dengan
standar kebutuhan asam amino esensial pada hewan uji. Persentase terendah dari kandungan asam amino esensial pada makanan
terhadap pola standar tersebut dinamakan sebagai skore asam amino. Adapun yang dimaksud dengan asam amino esensial
pembatas adalah asam amino esensial yang mempunyai presentase terendah yang terkandung dalam suatu protein
bahan makanan. Dalam penyusunan komposisi bahan-bahan pembuat pakan ikan, harus diperhitungkan terlebih dahulu
kelengkapan asam amino esensial pada bahan dan kebutuhan tiap jenis ikan terhadap asam amino esensial
dan non esensial. Kebutuhan setiap jenis ikan terhadap asam amino esensial dan non esensial berbedabeda,
sehingga perlu dipertimbangkan adanya keseimbangan antara asam-asam amino esensial dan non esensial yang
terkandung pada protein bahan dasar pembuat pakan ikan tersebut.Tidak semua bahan makanan yang
merupakan sumber protein hewani maupun nabati mengalami defisiensi asam amino yang sama. Oleh
karena itu, defisiensi pada salah satu asam amino pada suatu bahan dapat disubstitusi dengan asam amino
yang sama dari bahan yang berbeda. Arginin merupakan asam amino yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan
optimal ikan muda. Disamping berperan dalam sintesia protein, arginin juga berperan dalam biosintesis urea.
Histidin merupakan asam amino esensial bagi pertumbuhan larva dan anak-anak ikan. Histidin diperlukan
untuk menjaga keseimbangan nitrogen dalam tubuh. Perubahan-perubahan konsentrasi isoleisin, leusin dan valin dalam
serum dipengaruhi oleh peningkatan kadar protein pakan. Peningkatan konsentrasi dari salah satu asam
amino berantai cabang ini, misalnya leusin, akan memberikan pengaruh pada konsentrasi isoleisin dan valin
dalam serum. Pengamatan ini memberikan indikasi leisin mungkin mampu mempermudah jaringan tubuh dalam menyerap asam-asam
amino berantai cabang. Lisin merupakan asam amino esensial pembatas dalam protein nabati. Defisiensi lisin dalam pakan
ikan dapat menyebabkan kerusakan pada sirip ekor (nekrosis), yang apabila berkelanjutan dapat menyebabkan terganggunya
pertumbuhan. Tingkat penggunaan lisin dipengaruhi oleh kadar arginin, urea dan amonia. Ketika terjadi
degradasi arginin, maka penggunaan lisin akan meningkat. Metionin (essensial) dan sistein (non
essensial) merupakan asam amino yang mengandung sulfur. Sistein mampu mereduksi sejumlah metionin
yang diperlukan bagi pertumbuhan optimal. Kebutuhan metionin pada ikan biasanya berkaitan dengan
kadar metionin dalam serum dan kadar makanan yang dicerna. Metionin juga merupakan asam amino pembatas dalam beberapa
bahan makanan sumber protein nabati. Defisiensi metionin dapat mengakibatkan penyakit katarak pada rainbow trout.
Fenil alanin (essensial) dan tirosin (non essensial) keduanya mempunyai struktur kimia yang mirip
sehingga keduanya bisa saling menggantikan. Fenil alanin dantirosin diklasifikasikan sebagai asam
amnino aromatik. Keduanya diperlukan dalam jumlah yang cukup untuk mendorong sintesis protein
dan fungsi-fungsi fisiologis lain pada ikan. Ikan mampu dengan segera mengubah fenil alanin menjadi tirosin
atau menggunakan tirosin untuk melakukan metabolisme yangdiperlukan bagi asam amino fenil alanin tersebut. Oleh karena itu untuk menentukan kebutuhan asam
amino aromatik khususnya fenil alanin, dalam pengujian haruslah digunakan bahan pangan tanpa
tirosin atau berkadar tirosin rendah. Triptofan merupakan asam aminopembatas dalam bahan makanan
sumber protein nabati. Defisiensi triptofan pada ikan salmon menyebabkan lordosis dan skoliosis
sedangkan pada ikan rainbow trout menyebabkan nekrosis pada sirip ekor, kerusakan pada operculum insang dan katarak pada mata.
Selain menyebabkan penyakit pada mata, defisiensi triptopan juga akan meningkatkan kadar kalsium, magnesium, sodium dan potasium dalam ginjal dan hati ikan. Kebutuhan asam amino essensial
dan nonessensial pada ikan sangat ditentukan oleh jenis bahan baku pembuatan pakan. Hal ini dapatmengakibatkan kekurangan asam
amino esensial yang disebabkan oleh penggunaan komposisi pakan yang kandungan proteinnya sedikit
atau tidak mencukupi kebutuhan asam amino esensial. Dapat juga disebabkan adanya bahan kimia
yang dapat mempengaruhi komposisi pakan, pemanasan yang berlebih saat pembuatan pakan dan penguapan dari pakan tersebut.
Ketidakseimbangan asam amino kaitannya dengan asam amino yang saling bertentangan atau asam
amino yang berbahaya yang dapat menyebabkan pertumbuhan pada ikan tidak optimal. Pertentangan asam amino terjadi ketika asam amino yang diberikan melebihi jumlah yang dibutuhkan. Hal ini dapat meningkatkan kebutuhan asam amino lain yang serupa. Contohnya adalah pertentangan leucin dengan isoleucin dan arginin dengan lisin yang diamati pada
beberapa jenis ikan. Asam amino bersifat racun apabila diberikan dengan jumlah yang berlebih. Efek negatif yang ditimbulkan tidak dapat diperbaiki dengan penambahan asam amino ke dalam komposisi
pakan. Di dalam perumusan komposisi pakan, komposisi pakan yang direkomendasikan tentang asam amino esensial harus dengan hatihati dalam memilih dan mengkombinasikan dua atau lebih
sumber protein. Keterbatasan kandungan asam amino dalam salah satu sumber asam amino dapat dilengkapi dengan sumber lain yang
melimpah dengan kandungan asam amino yang sama sehingga menjadi suatu pakan ynag lebih baik. Cara lain untuk mengetahui kebutuhan
asam amino esensial dari suatu organisme adalah dengan penambahan pada komposisi pakan dengan asam amino L kristal.
Pelarutan nutrisinya dapat diperkecil dengan penggunaan pakan yangmengandung air stabil sehingga
dapat menghemat penggunaan pengikat atau memanfaatkannya dalam praktek pemberian pakan. Sejauh ini kebutuhan asam amino
Kebutuhan asam amino pada ikanseperti tabel diatas diperoleh dengan cara melakukan penelitian. Menurut
Millamena (2002) ada dua metoda yang digunakan untuk menentukan apakah suatu asam amino tersebut termasuk dalam kelompok asam
amino essensial dan non essensial yaitu: Metoda pertumbuhan & Metoda radio isotop. Metoda pertumbuhan digunakan oleh
Halver (1957) untuk mengetahui penggunaan satu rangkaian asam amino diet uji yang berisi kristal Lamino sebagai sumber nitrogen.
Pakan dirumuskan berdasarkan pada pola asam amino seperti protein telor ayam utuh, protein telor ikan Chinook, atau kantung kuning
telur ikan Chinook. Untuk sepuluh amino, percobaan dilakukan dengan melakukan pemberian pakan dengan menggunakan pakan dasar yang
berisi semua asam amino dan pakan uji yang tidak mengandung asam amino. Ikan uji dilakukan penimbangan berat badan setiap dua
kali untuk mengukur pertumbuhan dan mengetahui pengaruh pakan uji tersebut. Selain itu sampel ikan uji
juga diberi pakan yang kekurangan asam amino untuk melihat pertumbuhan yang terjadi dan dibandingkan dengan ikan yang
diberi pakan dengan asam amino yang lengkap, setelah itu penyelidik menggunakan suatu diet test serupa untuk menentukan asam amino esensial yang lain pada ikan. Pada Metoda rasio isotop yang
digunakan oleh Cowey et al. (1970), ikan uji disuntik secara intraperitoneal dengan menggunakan
radio aktif yang diberi label 14C glukosa dan dibiarkan hidup dengan mengkonsumsi pakan alami selama 7 hari. Ikan uji kemudian dimatikan
dan dibuat larutan yang homogen dan melakukan isolasi protein. Dari hasil isolasi tersebut kemudian
protein tersebut dilakukan hidrolisasi dan asam amino yang diperoleh dipisahkan dengan menggunakan
peralatan chromatografi dan menghitung radio aktifitas.








PROTEIN, apa itu protein, asam nukleat, enzim, hormon,vitamin, asam amino essensial, pakan ikan
Posted by royan
Sumber: Budidaya Ikan Jilid 2 oleh Gusrina

KARBOHIDRAT

Karbohidrat merupakan salah satumakro nutrien dan menjadi
sumber energi utama pada manusia dan hewan darat. Pada ikan, tingkat
pemanfaatn karbohidrat dalam pakan umumnya rendah pada khususnya
hewan karnivora, karena pada ikan sumber energi utama adalah
protein. Ikan karnivora lebih sedikit mengkonsumsi karbohidrat
dibandingkan dengan omnivora dan herbivora. Selain itu ikan yang hidup
diperairan tropis dan air tawar biasanya lebih mampu memanfaatkan karbohidrat daripada
ikan yang hidup diperairan dingin dan air laut. Ikan laut biasanya lebih
menggunakan protein dan lemak sebagai sumber energi daripada karbohidrat, tetapi peranan
karbohidrat dalam pakan ikan sangat penting bagi kehidupan dan
pertumbuhan ikan. Berdasarkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa
ikan yang diberi pakan dengan kandungan protein tinggi tanpa
karbohidrat dapat menyebabkan penurunan laju pertumbuhan dan
retensi protein tubuh. Selain itu pakan yang mengandung karbohidrat
terlalu sedikit akan menyebabkan terjadinya tingkat katabolisme protein
dan lemak yang tinggi untuk mensuplai kebutuhan energi ikan
dan menyediakan metabolisme lanjutan (intermedier) untuk sintesis
senyawa biologi penting lainnya, sehingga pemanfaatan protein untuk
pertumbuhan berkurang. Oleh karena itu pada komposisi pakan
ikan harus ada keseimbangan antara karbohidrat, protein dan lemak,
dimana ketiga nutrien tersebut merupakan sumber energi bagi ikan
untuk tumbuh dan berkembang. Karbohidrat merupakan senyawa
organik yang tersusun dari atom karbon (C), hidrogen (H) dan
Oksigen (O) dalam suatu perbandingan tertentu. Karbohidrat
berdasarkan analisa proksimat terdiri dari serat kasar dan bahan ekstrak
tanpa nitrogen. Karbohidrat biasanya terdapat pada tumbuhan termasuk
pada gula sederhana, kanji, selulosa, karet dan jaringan yang
berhubungan dan mengandung unsur C,H,O dengan rasio antara
hidrogen dan oksigen 2:1 yang hampir serupa dengan H2O dan
kemudian dinamakan ”karbohidrat”. Formula umum karbohidrat adalah
Cn (H2O)2. Karbohidrat adalah sumber energi yang murah dan dapat menggantikan
protein yang mahal sebagai sumber energi. Selain itu karbohidrat
merupakan Protein sparing effect yang artinya karbohidrat dapat
digunakan sebagai sumber energi pengganti bagi protein dimana
dengan menggunakan karbohidrat dan lemak sebagai sumber bahan
baku maka hal ini dapat mengurangi harga pakan. Pemanfaatan
karbohidrat sebagai sumber energi dalam tubuh dapat juga dipengaruhi
oleh aktivitas enzim dan hormon. Enzim dan hormon ini penting untuk
proses metabolisme karbohidrat dalam tubuh seperti glikolisis, siklus
asam trikarboksilat, jalur pentosa fosfat, glukoneogenesis dan
glikogenesis. Selain itu dalam aplikasi pembuatan pakan
karbohidrat seperti kanji, zat tepung, agar-agar, alga, dan getah dapat
juga digunakan sebagai pengikat makanan (binder) untuk
meningkatkan kestabilan pakan dalam air pada pakan ikan dan
udang. Pemanfaatan Karbohidrat Pakan oleh Ikan Karbohidrat pakan umumnya
berbentuk senyawa polisakarida, disakarida dan monosakarida.
Karbohidrat tersebut berasal dari tumbuhan (zat tepung, serat,
sellulosa dan fruktosa) dan dari hewan (mangsa) berbentuk glikogen.
Ikan tidak memiliki kelenjar air liur (salivary gland) sehingga proses
pencernaan karbohidrat pada ikan dimulai dibagian lambung.
Pencernaan karbohidrat secara intensif terjadi disegmen usus yaitu
dengan adanya enzim amilase pankreatik. Pada segmen usus,
amilum (zat tepung) dan glikogen akan dihidrolisis oleh enzim amilase
menjadi maltosa dan dekstrin, Kemudian maltosa dan dekstrin ini
akan dihidrolisa oleh enzim laktase atau sukrose menghasilkan
galaktosa, glukosa dan fruktosa. Pada dinding usus, galaktosa dan
fruktosa akan diubah menjadi glukosa. Dalam bentuk glukosa itulah
karbohidrat dapat diserap oleh dinding sel (enterosit) lalu masuk
kedalam pembuluh darah. Ikan tidak memiliki enzim pencerna
karbohidrat yang memadai di dalam saluran pencernaannya, sehingga
nilai kecernaan karbohidrat pakan umumnya rendah. Aktivitas enzim
amilase dalam menghidrolisa pati pada ikan omnivora seperti ikan
tilapia dan ikan mas lebih tinggi daripada ikan karnivora seperti ikan
rainbowtrout dan yellowtail. Nilai kecernaan karbohidrat ini sangat
dipengaruhi oleh sumber dan kadar karbohidrat dalam pakan serta jenis
dan ukuran ikan. Nilai kecernaan beberapasumber karbohidrat oleh
beberapa ikan budidaya dapat dilihat pada Tabel 5.7 Karbohidrat yang
berstruktur kompleks memiliki nilai kecernaan yang rendah daripada
karbohidrat yang berstruktur sederhana. Perbedaan sumber pati
juga dapat menyebabkan perbedaan nilai kecernaan karbohidrat danbergantung juga pada rasio
amilosa/amilopektin. Dimana semakin tinggi rasio amilosa/
amilopektin maka kecernaan karbohidrat semakin tinggi. Beberapa
perlakuan yang biasa dilakukan pada saat membuat pakan ikan adalah
dengan melakukan pengukusan pati dimana dengan melakukan
pengukusan maka akan dapat meningkatkan nilai kecernaan dari
karbohidrat tersebut. Hal ini dikarenakan pengukusan dapat
menyebabkan sel-sel pati menjadi lunak dan pecah sehingga lebih
mudah dicerna.Karbohidrat berserat dalam wujud bahan kimia sangat sukar dicerna
oleh beberapa jenis ikan dan tidak membuat suatu kontribusi yang baik
kepada kebutuhan gizi ikan. Tingkatan kebutuhan serat kasar
dalam tubuh ikan diperlukan secara khas dan terbatas kurang dari 7%.
Ketersediaan berbagai formulasi karbohidrat pada komposisi nilai
yang gizi belum jelas, karbohidrat yang dapat dicerna (karbohidrat
dengan bobot molekul kecil dan panjang rantai lebih pendek sepertiglukosa). Pada ikan mas dan ikan air
tawar lainnya dapat memanfaatkan karbohidrat lebih efektif
dibandingkan dengan ikan air laut. Ikan air laut lebih efektif
menggunakan glukosa dan dekstrin sebagai sumber zat tepungnya.
Udang windu menggunakan zat tepung lebih baik dengan glukosa
dan dextrin. Kebutuhan optimum Karbohidrat Pakan Pertumbuhan ikan budidaya secara
maksimal dapat tercapai jika kondisi lingkungan pemeliharaan dan
makanan terjamin secara optimum. Fungsi utama karbohidrat sebagi
sumber energi di dalam pakan harus berada dalam kondisi yang seimbang
antara ketiga makro nutrien (protein, lemak dan karbohidrat). Pakan yang
mengandung karbohidrat terlalu tinggi dapt menyebabkan
menurunnya pertumbuhan ikan budidaya. Beberapa penelitian telah
menunjukkan pertumbuhan ikan dan tingkat efisiensi pakan yang rendah
bila kandungan karbohidrat dalam pakannya tinggi. Ikan sebagai organisme air kurang
mampu memanfaatkan karbohidrat sebagai sumber energi utama dalam
pakannya dibandingkan dengan hewan darat dan manusia, namun
dari hasil beberapa penelitian hewan air seperti ikan masih sangat
membutuhkan karbohidrat dalam komposisi pakannya. Pada ikan
rainbowtrout yang diberi pakan dengan kandungan protein tinggi,
terjadi laju glukoneogenesis yang tinggi, sedangkan yang diberi pakan
dengan kandungan protein rendah dan karbohidrat tinggi didapatkan
laju glukoneogenesis yang rendah (Cowey et al, 1977). Kebutuhan
karbohidrat untuk setiap jenis dan ukuran ikan juga dipengaruhi oleh
kandungan lemak dan protein pakan. Pakan yang mengandung
karbohidrat dan lemak yang tepat dapat mengurangi penggunaan
protein sebagai sumber energi yang dikenal dengan Protein Sparring
Effect. Terjadinya Protein Sparring Effect oleh karbohidrat dapat
menurunkan biaya produksi pakan dan mengurangi pengeluaran limbah
nitrogen ke lingkungan. Kebutuhan karbohidrat pakan bagi
pertumbuhan ikan budidaya bervariasi menurut spesies, sumber
karbohidrat dan kondisi lingkungannya (Tabel 5.8.). Pada
tabel tersebut jelas terlihat bahwa ikan karnivora umumnya mempunyai
kemampuan yang lebih rendah dalam memanfaatkan karbohidrat
pakan dibandingkan dengan ikan omnivora atau herbivora. Penyebab
rendahnya kemampuan ikan dalam memanfaatkan karbohidrat pakan
tersebut antara lain disebabkan oleh nilai kecernaan sumber karbohidrat,
aktivitas enzim karboksilase ikan, kemampuan penyerapan glukosa
serta kemampuan sel memanfaatkan glukosa dalam darah. Secara umum
kandungan karbohidrat pakan yang dapat dimanfaatkan secara optimal
oleh ikan karnivora berkisar antara 10 – 20%, ikan omnivora dapat
memanfaatkan karbohidrat pakan secara optimal pada tingkat 30 –
40% dalam pakannya.


PROTEIN, KARBOHIDRAT, asam nukleat, enzim, hormon,vitamin


Posted by royan
Sumber: Budidaya Ikan Jilid 2 oleh Gusrina
p:187

KUALITAS PROTEIN

Evaluasi kualitas protein
Protein yang terdapat dalam suatu bahan pakan dapat dikatakan bermutu jika memberikan
pertumbuhan positif pada ikan budidaya atau protein dikatakan
mutunya tinggi apabila komposisi asam amino yang terkandung di
dalamnya menyerupai bentuk asam amino yang dibutuhkan oleh ikan dan
tingkat kecernaannya tinggi. Mutu protein biasanya dievaluasi dengan
metode biologi dan kimia. Metode kimia menentukan kuantitas atau
jumlah protein/asam amino pada bahan pakan sedangkan metode
biologi dengan cara menentukan reaksi ikan terhadap protein dalam
kaitannya dengan pertumbuhan dan pertahanan. Dalam metode biologi,
berat tubuh dan nitrogen digunakan sebagai ukuran untuk mutu protein
dimana metode biologi lebih akurat dibanding metode kimia. Menurut
Millamena (2002) perhitungan Protein Effisiensi ratio (PER), nilai
biologi (BV) dan kebutuhan protein bersih (NPU) adalah sebagai berikut:

Perbandingan Efisiensi Protein (PER)

PER = Penambahan bobot (gram) / Kandungan protein dalam pakan (gram)












PROTEIN, apa itu protein, asam nukleat, enzim, hormon,vitamin, kualitas protein


Posted by royan
Sumber: Budidaya Ikan Jilid 2 oleh Gusrina
p:184

PROTEIN - Asam Amino ?

Dalam menyusun komposisi pakan ikan saat ini para peneliti sudah
melakukan penyusunan komposisi pakan berdasarkan kebutuhan asam
amino setiap jenis ikan. Hal ini dikarenakan komposisi kebutuhan
asam amino setiap jenis ikan sangat berbeda dan sangat menentukan laju
pertumbuhan dari ikan yang dibudidayakan. Asam amino merupakan bahan dasar yang
dihasilkan dari proses pemecahanatau hidrolisis dari protein. Asam
amino ini membangun blok protein.Istilah amino datang dari -NH2 atau suatu kelompok amino yang
merupakan bahan dasar alami dan asam datang dari perbandingan -
COOH atau suatu kelompok karboxyl,oleh karena itu disebutlah asam amino. Dalam molekul protein asam
amino membentuk ikatan peptida (ikatan antara amino dan kelompok
karboxyl) di dalam rantai yang panjang disebut rantai polipeptida.
Ada banyak asam amino di alam tetapi hanya dua puluh yang terjadi
secara alami. Asam amino sangat dibutuhkan oleh ikan untuk tumbuh
dan berkembang. Dalam pengelompokkannya dibagi menjadi
dua yaitu asam amino essensial dan nonessensial.

pengelompokkan asam amino (Millamena, 2002)

Asam amino essensial
Arginin
Histidin
Isoleucin
Leucin
Lysin
Methionin
Phenylalanin
Threonin
Tryptophan
Valin

Asam amino nonessensial
Alanin
Asparagin
Asam Aspartad
Cystein
Asam Glutamat
Glutamin
Glycin
Prolin
Serin
Tyrosin

Asam amino di golongkan menjadi asam amino essensial dan asam
amino non essensial. Asam amino essensial adalah asam amino yang
tidak bisa dibuat atau disintesis oleh organisme mendukung pertumbuhan
maksimum dan dapat menjadi penyuplai dari asam amino.
Kapasitas dari pakan ikan memiliki kandungan asam amino yang
dibutuhkan ikan berbeda-beda. Esensialitas dari suatu asam amino
akan tergantung pada ikan yang diberi pakan. Sebagai contoh,
glycine diperlukan oleh ayam tetapibukanlah penting bagi ikan. Asam
amino non esensial yaitu asam amino yang dapat dibentuk atau
disintesis dalam jaringan dan tidak perlu ditambahkan dalam komposisi
pakan.


Asam amino esensial

Ada sepuluh asam amino esensial (EAA) yang diperlukan oleh
pertumbuhan ikan yaitu: arginin, histidin, isoleucin, leucin, methionin,
phenylalanin, threonin, tryptophan dan valin. Kesepuluh asam amino ini
merupakan senyawa yang membangun protein dan ada beberapa asam amino merupakan
bahan dasar dari struktur atau unsur lain. Methionin adalah prekursor dari
cyestein dan cystin. Methionin juga sebagai penyalur metil (CH3).
Beberapa kelompoknya terdiri dari creatin, cholin, dan banyak unsur lain.
Jika suatu basa hydrogen (OH) ditambahkan ke ph penylalanin, maka
tyrosin dibentuk. Tyrosin diperlukan untuk hormon thyroxin, epinephrin
dan norepinephrin dan melanin pigmen. Arginin menghasilkan
ornithin ketika urea dibentuk dalam siklus urea. Perpindahan suatu
karboksil (COOH) digolongkan dalam bentuk histamin. Tryptophan adalah
prekursor dari serotonin atau suatu vitamin, asam nikotinik. Semua ikan
bersirip membutuhkan ke sepuluh asam amino esensial.


Asam amino non essensial

Asam amino non esensial yang dibutuhkan untuk ikan adalah: alanine, asparagirie, asam aspartad,
cyestin, asam glutamat, glutamin,glycin, prolin, serin dan tyrosin. Asam
amino non esensial asam amino yang dapat secara parsial menggantikan atau memberikan
asam amino yang sangat dibutuhkanatau harus ada dalam komposisi pakan.







PROTEIN, apa itu protein, asam nukleat, enzim, hormon,vitamin,Asam amino
Posted by royan
Sumber: Budidaya Ikan Jilid 2 oleh Gusrina

PROTEIN

Protein merupakan nutrisi utama yang mengandung nitrogen dan merupakan unsur utama dari jaringan dan organ tubuh hewan dan juga senyawa nitrogen lainnya seperti asam nukleat, enzim, hormon,vitamin dan lain-lain. Protein dibutuhkan sebagai sumber energi utama karena protein ini terus menerus diperlukan dalam makanan untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan yang rusak. Protein mengandung karbon sebanyak 50-55%, hidrogen 5-7%, dan oksigen 20-25% yang bersamaan dengan lemak dan karbohidrat, juga mengandung nitrogen sebanyak 15-18%, rata-rata adalah 16% dan sebagian lagi merupakan unsur sulfur dan sedikit mengandung fosfat dan besi. Oleh karena itu beberapa
literatur mengatakan bahwa protein adalah makro molekul yang terdiri dari karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen dan boleh juga berisi sulfur.Kadar nitrogen pada protein dapat
dibedakan dari lemak dan karbohidrat serta komponen bahan
organik lainnya. Protein berasal dari bahasa Yunani
yaitu Proteos yang berarti pertama atau utama. Hal ini dikarenakan
protein merupakan makromolekul yang paling berlimpah didalam sel
hidup dan merupakan 50% atau lebih berat kering sel. Protein dalam setiap
sel mahluk hidup tersimpan dalam jaringan dan organ dan sebagaikomponen utama jaringan tubuh ikan.
Nutrient ini di perlukan untuk pertumbuhan dan perbaikan serta
perawatan jaringan dan organ. Tidak ada bahan gizi lain yang dapat
menggantikan peran utamanya dalam membangun dan memperbaiki
sel dan jaringan yang rusak. Sebagai tambahan protein juga berperan
untuk kontraksi otot dan komponen enzim, hormon dan antibodi. Protein
dalam bentuk komplek sebagai heme, karbohidrat, lipid atau asam nukleat.
Hewan air harus mengkonsumsi protein untuk menggantikan jaringan
tubuh yang aus/rusak (perbaikan) dan untuk mensintesis jaringan baru
(pertumbuhan dan reproduksi). Selain itu protein mempunyai
peranan biologis karena merupakan instrumen molekuler yang
mengekspresikan informasi genetik. Semua protein pada makhluk hidup
dibangun oleh susunan yang sama yaitu 20 macam asam amino baku,
yang molekulnya sendiri tidak mempunyai aktivitas biologi. Dari 20
macam asam amino ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu asam
amino essensial sebanyak 10 macam merupakan asam amino
yang sangat dibutuhkan oleh tubuh tetapi tubuh ikan tidak dapat
mensintesisnya, dan asam amino non essensial sebanyak 10 macam
yaitu asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh dan dapat disintesis
dalam tubuh ikan itu sendiri. Dalam bab ini akan dipelajari tentang
sepuluh asam amino yang penting yang diperlukan oleh ikan dan
struktur bahan kimia, membedakan antara asam amino essensial dan
asam amino non-essensial; asam amino yang diserap ikan; efekdefisiensi dan kelebihan dari asam
amino berkenaan dengan aturan makan ikan ; prosedur bagaimana cara menentukan kebutuhan asam
amino secara kwantitatif dan kwalitatif pada ikan; metoda
mengevaluasi mutu protein; danbagaimana cara menentukan kebutuhan protein beberapa jenis
ikan budidaya.


















































Posted by royan
Sumber: Budidaya Ikan Jilid 2 oleh Gusrina

AMILASE

Amilase (alfa, beta dan glukoamilase) merupakan enzim yang penting dalam bidang pangan dan bioteknologi. Amilase dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti tanaman, binatang dan mikroorganisme. saat ini sejumlah enzim amilae telah diproduksi secara komersial. Penggunaan mikrobia dianggap lebih prosepektif karena mudah tumbuh, cepat menghasilkan dan kondisi lingkungan dapat dikendalikan.
Produksi enzim amilase dapat menggunakan berbagai sumber karbon. Contoh-contoh sumber karbon yang murah adalah sekam, molase, tepung jagung, jagung, limbah tapioka dan sebagainya. Jika digunakan limbah sebagai substrat, maka limbah tadi dapat diperkaya nutrisinya untuk mengoptimalkan produksi enzim. Sumber karbon yang dapat digunakan sebagai suplemen antara laian: pati, sukrosa, laktosa, maltosa, dekstyrosa, fruktosa, dan glukosa. Sumber nitrogen sebagai suplemen antara lain: pepton, tripton, ekstrak daging, ekstrak khamir, amonium sulfat, tepung kedelai, urea dan natrium nitrat.
Dalam proses produksi selain bahan baku, maka yang juga perlu diperhatikan adalah mikrobia yang dipakai dan faktor lingkungan. Parameter-parameter yang perlu diperhatikan adalah suhu dan lama inkubasi, kelembapan, pH awal, jumlah inokulum dan sebagainya.
pada akhir fermentasi maka biomass padat yang dihasilakn dicampur dengan aquadest dan digojog kuat (blender) kemudian disaring. Ampas yang ada dicampur lagi dengan aquadest dan diperlakukan sama. filtrat yang diperoleh kemudian disentrifugasi 10.000 rpm selama 15 menit dan supernatan yang jenrnih digunbakan sebagai sumber enzim kasar.
Sumber enzim kasar dapat diukur aktivitas enzimnya denngan cara campur enzim dengan larutan soluble starch 1% dalam bufer sodium asetat 0,1 M (pH 6,0) pada suhu 50 C selama 5 menit. Ukur glukosa yang dihasilkan. Satu unit aktivitas dijabarkan sebagai jumlah enzim yang memberikan 1 mg glukosa per menit pada 50 C.







Posted By Royan
Disadur dari berbagai sumber Pengembangan Produk & Teknologi Proses Nur hidayat

HALAMAN FACEBOOK