Apa
saja target produktivitas yang harus dicapai dari pemeliharaan ayam
petelur? Jawaban utama pasti jumlah produksi telur. Tapi tahukah
bahwa selain dilihat dari jumlah (kuantitas) produksi, target
produktivitas ayam petelur bisa pula dilihat dari kualitas telur yang
dihasilkan, seperti ukuran dan berat telur.
Sejak
pertama kali ayam bertelur, yaitu ketika mencapai umur 18 minggu
hingga afkir, ukuran dan berat telur memang tidak akan sama pada
setiap harinya. Dalam hal ini, seorang peternak harus memiliki respon
untuk menentukan apakah ukuran/berat telur yang dihasilkan
sesuai/mendekati standar atau jauh dari standar. Jauh dari standar,
artinya bisa lebih besar atau lebih kecil. Tidak sesuainya ukuran dan
berat telur bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang berbeda.
Faktor
yang Mempengaruhi
Ukuran
dan berat telur secara garis besar dipengaruhi oleh faktor genetik.
Meskipun demikian, faktor manajemen dapat pula terlibat dalam
menentukan besar kecilnya telur. Faktor-faktor manajemen tersebut
terdiri dari 3 hal yaitu berat badan, tingkat kematangan seksual dan
nutrisi ransum.
a.
Berat badan
Berat
badan berkorelasi positif dengan ukuran telur. Saat pertama kali
bertelur, pullet yang memiliki berat badan di bawah standar
akan memproduksi telur dengan ukuran lebih kecil. Demikian
sebaliknya, pullet dengan berat badan di atas standar saat
pertama kali bertelur, akan menghasilkan telur yang lebih besar
ukurannya. Keadaan tersebut akan berlangsung secara terus-menerus
selama ayam tersebut berproduksi
b.
Tingkat kematangan seksual
Faktor
ini juga berhubungan dengan berat badan, namun secara umum ayam yang
mengalami kematangan seksual terlalu dini (belum cukup umur) akan
memproduksi telur dengan ukuran kecil. Demikian juga sebaliknya
ketika kematangan seksual terlambat, maka ayam akan memproduksi telur
dengan ukuran besar (abnormal)
c.
Nutrisi ransum
Ukuran
dan berat telur sangat besar dipengaruhi oleh nutrisi ransum seperti
protein, asam amino tertentu seperti methionine dan lysine,
energi, lemak total dan asam lemak esensial seperti asam linoleat.
Terpenuhinya kebutuhan akan nutrisi tersebut, diharapkan bukan hanya
akan menghasilkan telur berkualitas (sesuai standar, red),
melainkan juga ikut berperan dalam meningkatkan jumlah produksi
telur. Tidak terpenuhinya kebutuhan dari salah satu nutrisi tersebut
melalui asupan ransum, maka akan mengurangi berat telur, bahkan jika
hal tersebut terjadi pada petelur produksi sebelum umur 40 minggu,
bisa berakibat pada penurunan jumlah produksi telur.
Dari
data penelitian terbaru, diinformasikan bahwa pengurangan kadar
protein dan asam linoleat dalam ransum petelur umur 47 minggu akan
menurunkan berat telur sebesar 0,7 g (selama periode umur 48-60
minggu) tanpa mempengaruhi jumlah produksinya
(www.thepoultrysite.com). Untuk asam amino yang paling signifikan
mempengaruhi berat telur adalah methionine. Bowmaker dan Gous
(1991) melaporkan bahwa pemberian methionine pada petelur (sebanyak
524 mg/ekor/hari) bisa meningkatkan rataan berat telur. Hal yang
perlu diperhatikan dalam memanipulasi kebutuhan nutrisi untuk
menghasilkan ukuran dan berat telur sesuai standar ialah adanya
hubungan negatif antara produksi telur dan ukuran telur. Dimana
biasanya pada kondisi normal (alami), peningkatan ukuran dan berat
telur akan menyebabkan penurunan produksi telur.
Bagaimana
Mengontrol Ukuran dan Berat Telur?
Meskipun
ukuran dan berat telur terutama dikendalikan oleh genetik, namun kita
masih bisa untuk mengontrol kualitas telur tersebut melalui perbaikan
manajemen. Berdasarkan ke-3 faktor di atas, maka penanganan yang bisa
dilakukan agar ukuran dan berat telur dapat dikontrol, antara lain:
- Lakukan kontrol berat badan secara rutin ketika periode starter dan grower (pullet) serta usahakan agar ayam tidak terlalu gemuk atau terlalu kurus (± 10% dari berat badan standar)
- Telur kecil yang disebabkan karena tingkat kematangan seksual terlalu dini, biasanya sulit untuk diatasi karena organ reproduksinya sudah tidak bisa diperbaiki lagi. Antisipasinya yaitu dengan memperhatikan masa pemeliharaan pullet, terutama terkait program pencahayaan. Untuk memperoleh telur dengan ukuran yang optimal, jangan memberi tambahan cahaya pada ayam periode grower sebelum ayam tersebut mencapai berat badan antara 1550-1600 gram (siap berproduksi)
- Berikan ransum dengan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ayam di tiap periode pemeliharaannya terutama untuk kandungan protein, asam amino, energi, asam lemak, kalsium, fosfor dan vitamin D (karena sangat berperan pada pembentukan telur)
- Berikan terapi supportif terutama dengan multivitamin yang membantu produksi telur seperti Top Mix, Aminovit dan Egg Stimulant. Suplementasi asam amino (methionine dan lysine), khususnya yang terkandung dalam Aminovit dan Top Mix mampu menambah produksi dan berat telur
Fungsi
Penting Suplementasi
Penambahan
feed supplement akan membantu meningkatkan performa ayam
petelur baik pertumbuhan maupun produksi telurnya. Vitamin, asam
amino atau mineral yang terkandung pada feed supplement
berfungsi sebagai komponen penyusun sebutir telur. Oleh karena itu,
dalam kasus mengontrol kualitas telur, pemberian feed supplement
juga penting untuk dilakukan. Salah satu contoh pengaruh suplementasi
terhadap produksi dan kualitas telur ditunjukkan oleh penelitian
Amrullah (2003) (Grafik 1 dan 2), dimana ayam yang diberi 0,1%
methionine (asam amino essensial, red) dalam 14% dan 16%
protein kasar di ransumnya ternyata memiliki kualitas telur yang
lebih baik (bobot telur) dan produksi yang lebih tinggi (henday)
dibanding yang tidak diberi suplementasi.
Mempertahankan ukuran dan berat telur sesuai dengan standar memang membutuhkan tindakan manajemen pemeliharaan yang tepat. Kontrol berat badan, ransum dan tingkat kematangan seksual menjadi faktor penting yang sangat berperan dalam mencapai hal tersebut. Dari segi nutrisi, pemberian feed supplement diketahui mampu melengkapi nutrisi ransum ayam petelur sehingga dapat memperbaiki produksi dan kualitas telur. Salam. By: Pakan Ikan Madiun, Sumber: info.medion.co.id