Angkat Belut Sawah ke Pasar Internasional
Hj Komalasari tidak lebih dari seorang ibu rumah tangga biasa seperti kebanyakan wanita berstatus menikah lainnya.
Namun
berkat ketekunannya, warga Kampung Tugu, Desa Pasir Halang. Kecamatan
Sukabumi,ini mampu mengubah belut yang berasal dari sawah menjadi
peluang bisnis internasional.
Apa yang menyebabkan Anda tertarik berbisnis belut? Dari mana ide awal membuat belut olahan?
Semua
ini sebenarnya buah dari kegiatan yang saya tekuni. yaitu mengikuti
secara aktif pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga (PKK) dan posyandu
yang ada di sekitar tempat tinggal pada 1980. Anda tahulah seperti apa
kegiatan ibu-ibu PKK. Memasak atau membuat kerajinan tangan yang
diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan. Seperti halnya saya, banyak
sekali menu makanan yang dipelajari bersama-sama. Dalam perjalanannya,
saya berpikir untuk membuat suatu usaha bersama dengan memanfaatkan
potensi yang ada di kampung. Ide awalnya sangat sederhana, kala itu
wilayah Kampung Tugu hampir sebagian besar berupa persawahan.
Tentunya
di areal persawahan mudah sekali ditemukan belut. Dari situlah saya
coba untuk mengolah belut menjadi dagangan atau usaha PKK. Sebagai
langkah awal, saya hanya memiliki modal Rp 15.000. Uang sebesar itu saya
manfaatkan untuk membeli belut dari para petani. Saat itu harga
pembeliannya masih sangat murah, sekitar Rp3.000/kg. Ini adalah langkah
awal yang menjadikan saya seperti saat ini. Orang bilang sekarang saya
menjadi orang sukses.
Apa produk olahan yang pertama kali dibuat dan diperdagangkan?
Saya
masih ingat, keterampilan memasak yang dimiliki belum terlampau hebat
dan bervariasi. Karena itu saya coba untuk mengolah belut menjadi
dendeng. Di samping itu pengolahan dendeng ini relatif mudah dan tidak
terlampau rumit meracik bumbunya.Tenaga yang terlibat pada usaha
pembuatan dendeng ini hanya 10 orang, semuanya merupakan kader PKK dan
posyandu.
Selain itu peralatan untuk memasaknya pun masih sangat
sederhana, seperti kompor minyak tanah dan pisau. Pokoknya segala
peralatan dapur yang ada di rumah saya gunakan untuk membuat olahan
belut.
Pemasarannya seperti apa?
Karena awalnya ini hanya
usaha bersama, kemasan produk yang dihasilkannya pun masih sangat
seadanya, yakni dendeng belut dikemas dengan plastik yang diberi kertas
untuk penamaan produk. Penamaan produk yang dicantumkan pada kemasan itu
juga disesuaikan dengan nama PKK dan posyandu, yakni Flamboyan. Di era
1980-an, penamaan posyandu atau PKK biasanya diambil dari nama bunga.
Seiring dengan perjalanan usaha saya, kini nama Flamboyan menjadi nama
perusahaan yang saya dirikan.
Kalau soal metode pemasarannya,
saya ambil pola pemasaran dari mulut ke mulut serta hubungan lintas
posyandu dan PKK.Temyata ini adalah pangsa pasar yang cukup bisa
diandalkan. Buktinya jumlah produk setiap harinya terus meningkat
sehingga pemasarannya dikembangkan ke warung-warung dan toko.
Ada
pengalaman menarik kalau mengingat bagaimana saya memasarkan belut
olahan ini.Tidak sedikit pemilik toko, terutama dari warga keturunan,
menolak hasil produk saya. Alasannya barang dagangan yang akan saya
titipkan itu sangat menjijikkan.Diakui.dulu, masyarakat masih sangat
jarang mengonsumsi belut karena binatang ini kan selalu tumbuh di dalam
tanah sawah yang kesannya sangat kotor dan bau.
Tapi penolakan
ini saya jadikan sebagai tantangan. Saya terus menawari para pemilik
toko itu untuk mau menerima titipan barang dagang saya. Eh, siapa
sangka, hasil produkbelut olahan ini temyata banyak sekali yang
meminati. Kondisinya jadi berubah, semula pemilik toko menolak produk
saya, tapi kini mereka yang memin ta saya untuk menyuplai belut olahan
dalam jumlah banyak.
Apakah Anda pernah menemui kendala saat memulai bisnis ini?
Tentu
saja.Tidak selamanya bisnis akan berjalan mulus. Kendala utama dalam
bisnis ini adalah keterbatasan modal. Beberapa kali saya sempat harus
menghentikan dan memulai kembali bisnis belut ini. Permintaan sangat
tinggi, tapi saya tidak bisa memenuhinya karena modal yang ada sangat
kecil.
Sebagai pengusaha kecil, saya tentunya tidak bisa berdiri
sendiri. Peran pemerintah saat itu belum optimal, apalagi bagi para
pengusaha belut. Sektorini masih dipandang kecil.
Kabarnya belut olahan hasil produk Anda sudah dipasarkan hingga ke mancanegara?
Alhamdulillah
ini berkat ketekunan dalam usaha. Semula belut ini dipasarkan secara
lokal, terutama di Sukabumi saja. Lambat laun menjalar sampai hampir ke
seluruh daerah di Indonesia. Bahkan beberapa tahun terakhir ini,
permintaan datang dari luar negeri seperti Malaysia dan Korea.Tapi kedua
negara ini lebih tertarik belut segar, bukan dalam bentuk olahan. Dalam
satu bulan permintaan belut segar untuk satu negara bisa mencapai 5
ton. Di sana belut dijadikan bahan dasar kosmetik serta obat-obatan.
Pemasaran
hingga ke luar negeri ini adalah berkat kepedulian pemerintah daerah
maupun pusat. Peran serta pemerintah telah mendongkrak usaha yang saya
tekuni. Bahkan selama satu tahun saya sempat menjadi tenaga pengajar di
Universitas Pasundan,Bandung, pada jurusan teknologi pangan.
Dari mana belut-belut itu diperoleh agar kebutuhan pasar lokal dan luar negeri terpenuhi?
Sejak
pertama kali merintis usaha belut, saya cenderung mendapatkannya dengan
cara membeli dari para petani walau sebenarnya peluang untuk beternak
belut terbuka lebar. Tapi itu bukan tujuan saya. Sebab langkah ini saya
awali dengan niat untuk kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat
sekitar. Hampir setiap harinya saya membeli belut dari petani dengan
harga Rp25.000/kg. Ini harga yang cukup untuk mendongkrak perekonomian
masyarakat.yang sama,yakni belut. Apakah Anda merasa tersaingi?
Sedikit
pun tidak pernah merasa takut usaha saya akan tersaingi.Tapi sebaliknya
ini menjadi motivasi bagi saya untuk terus memajukan usaha. Tidak
sedikit anak didik saya mengikuti jejak yang sama, bahkan mereka banyak
yang sukses.Terlepas dari itu agar usaha tetap berjalan, saya tidak
pernah berhenti untuk berinovasi.
Berapa kapasitas produksi saat ini?
Pada
saat rintisan awal, jumlah produksi hanya mampu sekitar 5 kg per
minggu.Ta pi sekarang ini, dalam satu hari jumlah produksi bisa mencapai
200 kg, terdiri atas 150kg untuk olahan, 50 kg untuk pemenuhan pesanan
belutsegar.Akumulasinya, dalam satu bulan angka produksi belut bisa
mencapai 4,5 ton.
Apa rencana ke depan dengan bisnis Anda yang
telah sukses ini? Saya akan tetap berada di jalur usaha belut. Sebab ini
adalah bisnis yang benar-benar saya rintis dari nol. Diharapkan di
kemudian hari ini akan menjadi bisnis keluarga dan masyarakat. Saat ini
saya masih melakukan regenerasi untuk penerus bisnis.
Apa kuncinya untuk menjalankan sebuah bisnis, terutama bagi wirausaha yang baru merintisnya?
Tekun
dan ikhlas. Ini adalah kunci kesuksesan. Ikhlas yang dimaksudkan adalah
tidak putus asa ketika mengalami kegagalan dan mengalami kerugian.Tekun
menjalani tanpa harus terpengaruh oleh bisnis lainnya. Harus fokus
sampai menuai keberhasilan. 11. Menurut Anda, apa saja potensi alam
Indonesia ini yang masih bisa digarap oleh masyarakat?
Banyak
sekali potensi alam yang belum tersentuh dan tergarap oleh masyarakat.
Contohnya potensi di perikanan. Bukan hanya belut saja yang bisa
dijadikan potensi bisnis, tapi ikan nila dan lele juga temyata jauh
memiliki potensi.
toni Kamajaya
Sumber: Harian Seputar Indonesia 27 November 2011,hal. 8