(( Penciptaan produk-produk zat aditif baru
dengan nilai ekonomis tinggi serta mampu bersaing di pasar masih terbuka
lebar bagi industri pakan dengan nilai bisnis yang cukup besar. ))
Beberapa
alternatif zat aditif pengganti antibiotik telah ditawarkan bagi
peternak untuk memicu produksi dan reproduksi seperti pro- dan
prebiotik, asam-asam organik, minyak esensial (essential oil) dan
berbagai jenis enzim.
Senyawa-senyawa aditif tersebut terbukti
mampu meningkatkan produksi ternak tanpa mempunyai efek samping bagi
ternak dan konsumen yang mengkonsumsinya.
Bagaimana menjelaskan masing-masing?
Pro- dan Pre-biotik
Lingkungan
menyenangkan untuk pertumbuhan bakteri menguntungkan (penurunan pH
dengan memproduksi asam laktat) akan tercipta dengan mensuplai probiotik
pada ransum ternak.
Bakteri asam laktat seperti Lactobacillus
bulgaricus, Lactobacilus acidophilus, Bifidobacteria thermophilum dan
jenis fungi seperti Saccharomyces cerevisiae adalah contoh-contoh
probiotik yang telah diproduksi secara komersial.
Probiotik pun
dapat mengurangi produksi racun dan menurunkan produksi amonium dalam
saluran pencernaan. Fungsi zat aditif ini tidak jauh berbeda dengan
antibiotik yaitu mengatur komposisi mikroflora dalam saluran pencernaan.
Adapun
prebiotik adalah oligosakarida yang tidak dapat dicerna oleh hewan
monogastrik (ayam dan babi). Senyawa ini digunakan sebagai substrat
untuk merangsang pertumbuhan bakteri yang menguntungkan seperti
Bifidobacteria dan Lactobacilli.
Pemberian 0,1 – 0,5% dalam ransum dapat meningkatkan bakteri yang menguntungkan dan menurunkan populasi bakteri yang merugikan.
Dalam penerapannya, penggunaan pro- dan prebiotik bukan merupakan hal baru dalam dunia peternakan.
Asam-asam Organik
Perkembangan
biotekhnologi yang begitu pesat mengilhami industri-industri pakan
ternak untuk memproduksi asam-asam organik dalam bentuk komersial
seperti asam asetat, propionat laktat dan citrat yang dikemas dalam
bentuk cair.
Asam-asam organik sebenarnya diproduksi secara
otomatis dalam tubuh ternak melalui proses fermentasi selanjutnya
digunakan sebagai sumber energi.
Penambahan asam-asam organik
dalam pakan ternak dapat meningkatkan produktifitas ternak. Peningkatan
performance ternak terjadi melalui penciptaan lingkungan yang serasi
bagi perkembangan mikroflora menguntungkan.
Dengan lingkungan
yang menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri tertentu (melalui penurunan
keasaman) dapat mengaktifkan serta merangsang produksi enzim-enzim
endegenous dan berakibat meningkatnya absorbsi nutrisi dan konsumsi
pakan untuk pertumbuhan, produksi dan reproduksi.
Minyak Esensial (Essential oil)
Indonesia
merupakan negara yang sangat kaya akan keaneka ragaman sumber daya alam
hayati. Berbagai hasil penelitian menunjukkan potensi Indonesia melalui
penambahan minyak esensial dalam pakan ternak.
Penambahan minyak
esensial dalam pakan ternak ini dapat memperbaiki performance ternak
melalui meningkatnya nafsu makan ternak, meningginya produksi
enzim-enzim pencernaan serta stimulasi antiseptik dan antioksidan dari
minyak atsiri tersebut.
Saat ini dikenal lebih kurang 2600 jenis
minyak esensial yang dihasilkan melalui ekstraksi berbagai jenis
tanaman. Jamak diketahui bahwa setiap tanaman mempunyai komponen
bioaktif yang spesifik.
Di dalam tubuh makhluk hidup senyawa
bioaktif tersebut mempunyai aktifitas microbial, sebagai antioksidan,
bersifat antibotik dan juga meningkatkan kekebalan tubuh.
Beberapa
contoh minyak esensial yang terdapat pada tanaman misalnya
cinnamaldehyde (cinnamon), eugenol (clove), allicin (garlic) dan methol
(peppermint).
Enzim
Walaupun dalam tubuh makhluk hidup
enzim dapat diproduksi sendiri sesuai dengan kebutuhan, penambahan
enzim pada ransum kadang kala masih dibutuhkan. Saat ini telah
terindentifikasi lebih kurang 3000 enzim.
Enzim sendiri merupakan
senyawa protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat
reaksi pemecahan senyawa-senyawa yang komplek menjadi sederhana.
Beberapa
faktor menjadi pemicu munculnya kebutuhan ini. Misalnya, antinutrisi
faktor pada bahan pakan (lekctins dan trypsin inhibitor), rendahnya
efesiensi kecernaan bahan pakan, dan ketidak tersediaan enzim tertentu
dalam tubuh ternak.
Xylanase dan ß-glucanase adalah contoh-contoh enzym yang digunakan pada ternak monogastrik untuk meningkatkan daya cerna ternak.
Penambahan
enzim protease dapat untuk mengatasi rendahnya kemampuan ternak muda
untuk mencerna protein pada kacang kedele (glycin dan ß-conglycin).
Bahan-bahan
baku pakan yang kaya karbohidrat seperti gandum, barley, jagung dan
lainnya, mengikat unsur phosphor dalam bentuk asam phytat (myo-inositol
hexaxy dihidrogen phosphat) sehingga tidak mampu dicerna oleh ternak.
Phytase sebagai enzim yang mampu meningkatkan penyerapan posphor dapat
dipikirkan sebagai alternatif.
Dengan mensuplai phytase yang
berasal dari Aspergillus atau Trichoderma strains dalam ransum ternak
dapat meningkatkan ketersediaan phospor, Ca, Zn dan asam amino bagi
ternak. Polusi lingkungan melalui Eutropication juga dapat dicegah
dengan penambahan phytase dalam pakan ternak.
Penciptaan
produk-produk zat aditif baru dengan nilai ekonomis tinggi serta mampu
bersaing di pasar masih terbuka lebar bagi industri pakan dengan nilai
bisnis yang cukup besar. (Samadi/Inovasi/YR)
Sumber : Dikutip berbagai sumber, Google, http://bit.ly/19XAPzn