Ukuran
ikan lele untuk dikonsumsi umumnya 200 - 300 gram. Ukuran itu dapat
dicapai dalam waktu 4 - 6 bulan apabila persyaratan hidup dipenuhi,
yaitu makanan bermutu baik dan cukup jumlahnya, kondisi air jernih dan
tidak ada gangguan hama dan penyakit.
Di
Indonesia, pemeliharaan pembesaran ikan lele biasanya dilakukan sebagai
usaha/kegiatan sambilan. Tempat pemeliharaan menurut adanya air,
misalnya kolam-kolam pecomberan yang sempit. Dalam kondisi yang
demikian, ikan Lele memang dapat hidup, tetapi pertumbuhannya kurang
baik. Makanan yang diberikan biasanya seadanya. Karena itu data tentang
pertumbuhan ikan lele yang dipelihara oleh petani di Kabupaten Blitar
misalnya, dalam 1 tahun ikan lele baru mencapai ukuran 100-150 gram.
Karena itu seyogyanyalah teknik pembesaran ikan lele diperbaiki, agar
produksi dapat meningkat.
A. Pembesaran Lele di Kolam
Kolam untuk membesarkan ikan lele hendaknya tidak mudah mengalami kebocoran, karena lele mudah meloloskan diri dari lubang-lubang yang mungkin ada.
Kedalaman air seyogyanya antara 0,5 meter sampai 1 meter. Permukaan air 25 cm dari bibir kolam, supaya lele tidak mudah meloncat keluar. Tanggul harus tegak lurus. Untuk pengamanan, disarankan juga untuk memasang pagar dari bahan yang licin, seperti plastik gelombang, yang dipasang tegak di tepian kolam. Kolam pembesaran lele dapat berupa kolam tanah ataupun kolam dari beton/semens Ukuran kolam tidak tertentu. Namun perlu dikemukakan bahwa kolam yang sempit lebih mudah untuk mengawasinya daripada kolam yang besarkan lele dapat dipehhara dalam kepadatan tinggi karena oksigen bisa diambilnya dan udara.
Menurut
data yang dikemukakan oleh Huet (1975) pw duksi pembesaran ikan lele di
Thailand/lapat mencapal 1000 kg (1 ton) per are (1 are = 100 m2)
makanan yang di berikan berkadar protein 25 % dan faktor konversinya 6.
Hal ini dapat tercapai karena kolam yang terkontrol terhadap hama dan
penyakit. Kolam dibuat dan beton. Airnya bersih, bebas dari pencemaran,
sering-sering air dapat berganti walaupun tidak terlalu deras.
Di
Indonesia, kolam untuk pembesaran lele, apabila digunakan kolam yang
dasarnya tanah, memungkinkan untuk dipupuk supaya makanan alami di dalam
kolam menjadi banyak.
Adapun persyaratan kolam dan airnya dapat dirinci sebagai berikut :
v Air
tergenang atau setengah tergenang dengan kecepatan aliran sampai 10
liter per menit Apabila air terlalu aLs mungkin kurang cocok untuk lele,
karena ikan lele memang sifatnya tidak cocok untuk hidup di air
deras. , .
v Kolam dapat dari tanah atau dan semen.
v Air
selalu diganti, walaupun tidak perlu terlalu sering Maksudnya agar
kotoran-kotoran yang terkumpul , baik dari ikan itu sendiri maupun hasil
pembusukan sisa-sisa makanan tidak tertumpuk. Air yang mengandung
bahan-bahan pengotor, baik yang terlarut maupun yang mengendap, seperti
amonia, misalnya, mempunyai sifat menghambat pertumbuhan ikan (growth inhabiting actor). Jadi air harus segar dan bersih agar pertumbuhan ikan lebih cepat.
v Untuk menjaga masuknya hama dan penyakit ikan, perlu dipasang saringan.
Kolam-kolam
yang memperoleh air yang kurang baik dan tidak dapat dikendalikan,
bukan berarti tidak dapat dipakai untuk memelihara lele. Karena lele
daya tahannya relatif tinggi terhadap kondisi air yang jelek. Lele
dapat hidup di kolam comberan yang sempit sekalipun. Tentu saja,
produksinya tidak dapat dicapai setinggi kolam yang kondisinya serba
baik. Naawn demikian, memelihara lele di kolam-kolam pekarangan dan
comberan, dapat dianjurkan, sekedar untuk konsumsi keluarga.
B. Pemeliharaan Ikan Lele di Sawah
Sawah merupakan tempat yang baik dan potensial untuk pemeliharaan ikan. Namun berhubung obat-obatan pemberantas
hama padi (pestisida) banyak dipergunakan disawah, maka pemeliharaan
ikan menjadi terhambat pengembangannya. Pemeliharaan ikan sampai saat
ini masih dapat dilakukan apabila periode penyemprotan diatur. Misalnya dengan memindahkan ikan pada tempat tertentu selama satu minggu sesudah penyemprotan.
Adapun pengamanan itu, ialah :
- Jika padi akan disemprot, ikan yang ada di petakan sa wah digiring ke dalam "kolam kantong" yang sudah disiapkan. Dan untuk sementara dijaga agar air irigasi yang kena obat itu tidak masuk ke dalam kolam.
- Sebaiknya untuk memberantas hama padi dipakai obat- obatan yang sekecil mungkin bahayanya bagi ikan maupun organisme-organisme air lainnya. Jenis obat-obatan yang tidak berbahaya itu, sudah ditentukan oleh Pemerintah (D'epartemen Pertanian). Pemakaian obat-obatan hendaknya dilakukan seperlunya saja.
- Sebaiknya dipilih bbat yang cukup diberikan 1 kali saja dalam suatu masa tanam. Agar pemeliharaan ikan tidak terlalu tergangggu.
Sawah
merupakan lingkungan hidup yang baik untuk ikan pada umumnya.
Makanan alami cukup berlimpah di dalam lumpur dan air sawah. Namun untuk
pemeliharaan ikan lele, sebenarnya lebih besar risiko hilangnya ikan,
karena lele suka pindah dari satu petak ke petak lain melalui pematang.
Sawah
untuk pemeliharaan ikan lele hendaknya dibuat caren-caren keliling dan
diagonal selebar 0,5 sampal 1 meter dengan kedalaman 1
meter.
Sekeliling
pematang harus dipasang pagar tegak dan waring (jaring kuralon) agar
ikan lele tidak mudah lolos, memanjat pematang. Saluran pemasukan dan
pengeuaran air mga harus diberi saringan penutup untuk menghalangi ikan
lele keluar dari situ. Pendeknya harus diadakan usaha pengamanan yang
lebih ketat daripadajika akan memelihara ikan ienis lain.
Caren-caren
yang dalam perlu untuk tempat berlindungnya ikan lele, agar aman dan
tenang, sehingga diharapkan lele tidak ingin berpindah ke tempat lain.
Segi positif yang dapat dikemukakan apabila ikan lele dipelihara di
sawah ialah bahwa lele suka sekali memakan serangga-serangga di antara
rumpun padi, sehingga padipun lebih terpelihara.
Walaupun besar resikonya, namun kenyataan menunjukkan bahwa ada petani berhasil dalam pemeliharaan lele di sawah.
C. Pemeliharaan Lele dalam Pecomberan
Comberan
ialah air kotoran atau limbah, khususnya limbah rumah tangga, yang
tidak tersalur dengan baik sehingga akan menimbulkan masalah pengotoran
yang dapat menjadi sumber penyakit karena lingkungan meniadi lembap
bahkan becek. Jika air comberan ditampung di dalam kolam atau bak
khusus, maka dapat juga dipakai untuk memelihara ikan lele Tetapi
dengan syarat kolam comberan itu tidak mengandung larutan air sabun
ataupun deterjen.
Di
kampung-kampung yang jauh dari kota, agaknya orang tidak terlalu banyak
mempergunakan sabun dan deterjen sehari-harinya. Maka kolam comberan
yang dibuat di belakang atau samping rumah dapat dipakai untuk
memelihara berbagai jenis ikan. Ikan yang dipelihara di pecomberan
gemuk-gemuk karena limbah yang ditampung jus mengandung sisa-sisa nasi,
lauk-pauk yang tidak termakan. Bahkan kotoran manusia (tinja) juga
terbuang ke dalam kolam tersebut sehingga juga dimakan oleh ikan yang
dipelihara.
Ikan
lele justru lebih cocok dipelihara di dalam pecomberan yang kotor
tetapi tidak mengandung sabun, dibanding dengan jenis ikan lain. Karena
ikan lele tahan hidup dalam keadaan air tergenang. Ikan lele dapat
menyembul ke permukaan air untuk mengambil napas dari udara. Lagipula
ikan lele tahan terhadap keadaan air yang agak busuk sekali
pun.
Sejak
dahulu, penduduk di perkampungan sekitar kota Jakarta, banyak yang
memelihara lele di pecomberan. Tetapi dewasa ini sudah sedikit kita
temukan orang memanfaatkan pecomberan karena sekarang banyak dipakal
deterjen atau sabun coiek yang sangat keras sehingga lele tidak mungkin
hidup di tempat pecomberan yang menampung limbahnya.
Beberapa
tahun terakhir ini, seorang penduduk di desa Siwarak, Ungaran-Jawa
Tengah, Bapak Mulyono Blanten, telah membuat kolam comberan khusus untuk
memelihara ikan lele di pekarangan rumahnya. Usaha itu telah berlanjut
menjadi usaha rumah tangga yang cukup lumayan hasilnya.
1. Konstruksi kolam/bak
Untuk
menampung air limbah rumah tangga, dibuat kolam dengan menggali tanah
sedalam 75 cm - 80 cm, lebar 2 m, panjang 4 m. Dapat juga ukurannya
diperkecil menjadi panjang 1,5 m, lebar 1 m, dan dalam 75 cm. Kolam itu
dasar dan dindingnya disemen (ditembok) supaya tidak bocor. Tinggi
tembokan dindmg tegaknya dilebihi sampai 25 cm di atas permukaan tanah.
Bibir tembokan itu dibuat sedikit menjorok ke dalam supaya lele sukar
melompatinya. Pada salah satu dinding sisi dipasang pipa sebagai lubang
pelimpasan air, jika terjadi hujan lebat, agar bak tidak terlalu penuh
dan luber.
Lele
suka bersembunyi di tempat gelap dan teduh maka di dasar bak dipasang
batu-batu atau genting tersusun sedemikian rupa sehingga lele dapat
bersembunyi di bawah/di sela-selanya.
Di
sekitar kolam ditanami tanaman sebagai peneduh, misalnya keladi dan
singkong yang daun dan umbinya bermanfaat. Untuk sementara dapat juga
sebagian bak ditutup dengan meletakkan anyaman bambu di atasnya
Supaya air tidak mudah limpas, maka pengisian bak sebaiknya hanya sedalam 50 cm saja, lagipula supaya
Lele
tidak mudah melompat keluar. Bak/kolam semen yang baru saja dibuat
dinetralkan dulu dengan merendam sabut kelapa secukupnya selama 2 - 3
hari, seperti telah diuraikan pada bab di muka.
2. Penebaran benih
Benih lele yang mulai dipelihara sebaiknya berukuran 3 - 5 cm. Kepadatannya 400 ekor pada kolam 8 m2 (50 ekor/m2).
3. Pengelolaan
Masa pemeUharaan di kolam comberan adalah 6 bulan. Ke dalam kolam tersebut dimasukkan air limbah dan dapur berikut sisa-sisa makanan. Kolam comberan Pak Mulyono di Ungaran ini juga diisi dengan kotoran manusia yang juga akan dimakan oleh lele. Dapat juga diben pakan berupa daging bekicot yang dicacah, bungkil kelapa, bungkil kacang, ampas tahu, dan sebagainya yang sekiranya mudah didapat dan harganya tidak mahal.
Setelah dipelihara selama 2 bulan, benih lele akan menjadi 10 cm panjangnya, diadakan penjarangan. Diambil 60 % dari jumlah lele yang ada di situ, dan lele itu dapat dikonsumsi sendiri sebagai panen yang pertama.
Dua
bulan kemudian, jadi sudah 4 bulan pemeliharaan, lele tumbuh menjadi 15
cm panjangnya. Pada saat diadakan penjarangan lagi, dengan mengambil 60
% lagi dari yang ada, kira-kira sejumlah 90 ekor yang dapat dikonsumsi sebagai lauk yang merupakan panen kedua.
Sisanya masih ada 70 ekor, dipelihara lebih lanjut selama 2 bulan lagi. Ketika dipanen yang terakhir itu besarnya mencapai ukuran 4 - 5 ekor/kg. Maka panen akhir itu dapat diperoleh ikan lele sebanyak 15 kg dengan ukuran yang cocok untuk konsumsi di restoran. Sehingga panen akhir itu pun dapat dijual ke restoran dengan harga yang amat baik.
Ada
segi yang perlu mendapat perhatian bagi penyelenggara pembesaran di
pecomberan. Mengingat kotornya air, apalagi jika diberi makan tinja, ada
kekhawatiran lele itu dikotori oleh bakteri yang mungkin pathogen bagi manusia! Berhubung dengan itu, sebelum lele dimasak, harus diberok selama 2 - 3 hari. Cara memberok ialah ditaruh di dalam keranjang, lalu direndam di dalam air yang mengalir, agar kotoran-kotoran dan bakteri-bakteri tercuci dari badan lele.
4. Pemupukan
Apabila pemeliharaan ikan lele di sawah atau kolam yang
dasarnya tanah, maka pemupukan khusus ditujukan untuk memperbanyak
jenis makanan alami yang disukai oleh ikan lele itu. Telah dikemukakan
dalam bab terdahulu bahwa makanan alami ikan lele adalah orga- nisme hewani, baik yang hidup di dasar perairan maupun yang melayang-layang di air. Pupuk yang baik untuk memperbanyak organisme hewani itu ialah pupuk organik.
Jenis-jenis pupuk organik itu ialah :
v Berbagai
jenis daun-daunan (pupuk hijau). Daun-daun tumbuhan yang tidak
terpakai, seperti tanam- tanaman pagar, misalnya daun kipait, daun
kembang sepatu, daun keji beling, dan sebagainya, bahkan
rumput-rumputan dan jerami dapat dijadikan pupuk untuk kolam lele.
v Sampah
dapur dan sampah pasar yang berupa bahan-bahan yang mudah busuk dapat
dipakai sebagai pupuk, tetapi harus dipisahkan dari bahan yang tidak
dapat membusuk seperti plastik dan bahan-bahan kaleng dan kaca/gelas.
v Pupuk kandang yang terdiri atas kotoran berbagai jenis hewan, baik sekali untuk pupuk kolam.
v Kompos,
hasil pembusukan dan fermentasi bahan- bahan organik ini terkenal bagus
untuk pupuk yang dapat memperbanyak organisme hewani di kolam.
Cara pemupukan :
Cara pemakaian pupuk organik di kolam ialah :
- Diaduk dan dibenamkan di dalam lumpur dasar kolam secara merata.
- Dionggokkan di sudut-sudut kolam di dekat tempat pemasukan air. Pupuk itu dimasukkan ke dalam keranjang yang tidak terlalu kedap lubang-lubangnya. Keranjang berisi pupuk itu direndam dengan pancang yang ditancapkan di kolam agar tetap di tempatnya. Atau dibuat bilah-bilah bambu atau kayu agar pupuk itu tidak berserakan. Pupuk organik itu akan membusuk sedikit demi sedikit. Dalam prose pembusukan itu akan dihasilkan unsur-unsur hara di dalam air.
Unsur
hara ini terutama akan menyuburkan pertumbuhan plankton nabati.
Plankton nabati adalah makanan dari zooplankton (jasad renik hewani) dan
larva serangga serta cacing-cacing. Zooplankton dan cacing-cacing
adalah makanan ikan lele.
Zooplankton
dan larva serangga serta cacing-cacing dapat juga secara langsung
memakan bahan organik yang membusuk. Bau pupuk yang membusuk di dalam
kolam dapat menarik serangga-serangga untuk bertelur.
Pupuk
organik untuk kolam ikan lele dapat digunakan dalam dosis tinggi, yaitu
10 ton per ha per tahun Pemupukan dapat dilakukan 2 x per tahun,
masing- masing sebanyak 5 ton per ha.
Pemupukan
sebaiknya diatur bertahap. Pemupukan pertama ialah pada waktu
persiapan kolam atau sebelum ikan ditebarkan. Dosis pemupukan pertama 3
ton per ha, atau 30 kg per are (1 are = 100 m2). Sisanya,
sebanyak 2 ton dipakai sebagai pupuk susulan; atau sebulan sekali kolam
diberi pupuk lagi sebagai tambahan, masing-masing 10 % dari dosis, yakni
0,5 ton per ha atau 50 kg per are. Dalam jangka waktu pemeliharaan 5
bulan dilakukan 4 kali pemupukan susulan masing-masing berselang 1
bulan.
Pengaturan
pemberian pupuk demikian itu didasarkan atas perhitungan bahwa pupuk
kandang akan membusuk perlahan-lahan, dan dalam 1 bulan sudah mulai
habis. Tetapi jika ditambah dengan pemupukan susulan kesuburan kolam
akan tetap dapat dipertahankan.
Mengenai
pupuk buatan seperti UREA, TSP, DS, tidak dianjurkan untuk kolam ikan
lele karena pupuk buatan itu tidak secara langsung menumbuhkan organisma
pakan lele melainkan memperbanyak fitoplankton saja.
Pada
umumnya pupuk kalsium atau kapur kerapkali dipergunakan untuk kolam
ikan. Dengan pengapuran, kolam dapat dipertahankan supaya keadaan pH
stabil. Penggunaan kapur untuk kolam lele terutama ditujukan untuk
pemberantasan penyakit, karena kapur hanya berguna untuk memperbaiki
asimilasi fosfat dan nitrat (unsur-unsur hara yang penting dalam
pertumbuhan fitoplankton). Sedangkan fitoplankton kurang diperlukan pada
pemeliharaan ikan lele. Bahkan harus diketahui bahwa penggunaan kapur
dapat membunuh organisme hewani seperti cacing-cacing dan larva insekta.
Penggunaan kapur pada kolam ikan lele harus dilakukan agak lama sebelum
kolam dipakai untuk pemeliharaan lele. Setelah penebaran kapur
berlangsung semmggu, hama/penyakit sudah terbasmi, barulah kolam dusi
air m untuk menumbuhkan jasad renik, lalu menyusul penebaran benih lele.
5. Mortalitas
Apabila kondisi air dan makanan yang diberikan serba cukup, kematian (mortalitas) ikan lele sangat kecil. Dalam usaha pembesaran, yang lamanya 6 bulan bahkan ada yang sampai 1 tahun, tidak jarang 90 % ikan lele yang dipelihara dapat dipanen kembali. Secara alamiah daya tahan ikan lele terhadap kondisi lingkungan yang buruk relatif tinggi.
Apabila dikelola dengan baik ikan lele relatif tahan terhadap penyakit. Dapatlah dikatakan bahwa apabila rangkaian kegiatan pengelolaan kolam, yakm pergantian
air seminggu sekali, makanan tambahan per hari 3 – 5 % dari berat badan, mutu makanan tambahan balk (20 – 25 % protein), pengontrolan terhadap hama dan penyakit secara preventif, semuanya dijalankan dengantekun, maka mortalitas pada ikan lele tidak perlu dikhawatirkan. Hal ini sesungguhnyajuga berlaku pada pemehharaansemuajenis ikan.
6. Kepadatan
Dalam
usaha budidaya yang intensif, dalam suatu unit areal kolam diusahakan
agar dapat dipelmara ikan sebanyak mungkin. Untuk ikan lele, kepadatan
penebaran dapat lebih tinggi daripada untuk ikan lam dalam kondisi air
yang sama. Maksudnya, suatu kolam di mana keadaan air tergenang atau
sedikit aliran air (stagnant dan/atau semistagnant). Jika untuk
memelihara ikan tawes atau karper, hanya mampu mencapai kepadatan 3
ekor/m2 Sedangkan untuk memelihara ikan lele dapat mencapai kepadatan 5 sampai 50 ekor per m menurut besarnya lele yang dipelihara.
7. Produksi kolam pembesaran lele
Dari 100 m2
kolam yang ditebari ikan lele sebanyak 1000 ekor, lama pemeliharaan
setahun dihasilkan 80 % x 1000 = 800 ekor yang beratnya 150 gram/ekor.
Sehmgga hasilnya : 120 kg/100 m2 (are) Produksi persatuan areal itu cukup luas, sehingga sulit atau tidak cocok jika diperhitungkan dalam areal hektaran.
Di
Thailand, di sekitar kota Bangkok, terdapat cukup banyak perkolaman
pemeliharaan ikan lele. Jemsnya sama seperti yang dipelihara di
Indonesia, yakin Glorias batrachus. Jadi bukan lele bangkok yang nama
ilmiahnya Pangasius sutchif Suatu kolam yang luasnya 20 x 20 m2 dan kedalamannya 2,5 m di Bangkok itu dipakai untuk memelihara ikan lele dengan kepadatan 40 - 50 ekor/m2. Benih ikan yang ditebarkan mula-mula sebanyak 48.000 ekor benih gelondongan ukuran 6 cm (80 ekor/kg). Jadi pada kolam 400 m2
tersebut ditebari benih sebanyak 600 kg. Setelah masa pemeliharaan 5
bulan, dapat dipanen berupa ikan konsumsi yang besarnya 200 gram per
ekor, panjangnya 25 cm. Hasil yang diperoleh sebanyak 4.300 kg. Dengan
demikian ada satu kemungkinan bahwa ikan lele dapat mencapai produksi
107.500 kg/ha/musim (5 bulan). Jika dapat memelihara 2 x masa tanam per
tahun, maka dapat diperhitungkan jumlah produksi 215.000 kg/ha/tahun.
Penting
untuk diketahui bahwa di Bangkok itu ransum yang diberikan kepada ikan
lele terdiri atas 90 % daging ikan sisa-sisa (trash fish) yang dicacah
dan 10 % beras pecah. Ransum itu diberikan kepada ikan lele sebanyak 5 %
berat badan ikan per hari. Konversi makanan ersebut 6 : 1, berarti 6 kg
makanan menjadi 1 kg dagingkan.
Mengenai
jenis dan mutu ransum untuk ikan lele di Indonesia masih perlu
ditingkatkan. Para petani di Blitar, misalnya, mempergunakan daging
keong racun (bekicot) yang dicacah, dicampur dengan dedak. Tetapi
perbandingannya tidak tertentu. Maka hasil pertumbuhan ikan lelenya
tidak begitu pesat. Dalam satu tahun kan lele itu baru mencapai berat
100 gram saja.
Berbeda
dengan ikan karper yang sudah diusahakan secara besar-besaran, di
Indonesia saat ini pemeliharaan ikan lele masih dalam tahap
kecil-kecilan saja. Beberapa faktor penghambatnya ialah penyediaan benih
terbatas dan perkembangan harga yang belum setinggi ikan karper,
pertumbuhannya lambat, dan sebagai ikan yang karnivora, memerlukan
makanan tambahan yang banyak mengandung protein hewani supaya dapat
berkembang menjadi industri.
8. Penyakit dan Pemberantasannya
Sebagaimana
halnya ikan-ikan lain, ikan lele juga dapat terserang berbagai
penyakit. Berbagaijenis penyebab penyakit ikan seperti bakteri, virus,
Lernaea, cacing Dactylogyrus,dsin sebagainya telah tersebar luas dan
diduga selalu dan pasti ada di semua perairan. Oleh karena itu penularan
cepat terjadi. Penyakit ini dapat dihindarkan apabila kondisi tubuh
ikan itu selalu baik, sehingga daya tahan terhadap penyakit menjadi
tinggi.
Berbagai
jenis obat pencegah, perlu diberikan pada waktu ikan-ikan diangkat dari
kolam, sehabis diangkut dari atau ke daerah lain, atau sewaktu ikan
dipindahkan dari kolam ke kolam lain. Namun demikian sesudah ikan
dipindahkan dari kolam ke kolam lain, kemungkinan untuk terkena penyakit
juga tetap saja ada. Maka cara yang dapat dianjurkan untuk
menghindarkan penyakit ialah memelihara ikan-ikan sebaik
mungkin, menciptakan kesegaran air, dan memberi makanan yang cukup.
Sejak
beberapa tahun terakhir ini kerapkali ikan-ikan di negara kita
terserang penyakit yang menimbulkan banyak kerugian. Ikan-ikan yang mati
dapat mencapai berton-ton jumlahnya. Dapatkah ikan yang terkena
penyakit itu dimanfaatkan ? Dapat !
Di
Thailand pernah terjadi wabah besar yang menyebabkan banyak kematian
ikan lele dan ikan mas yang dibudidayakan secara besar-besaran di sana.
Maka bangkai ikan yang baru aja mati (belum busuk) dibuat tepung ikan.
Di Thailand juga dibuktikan bahwa ikan yang terkena penyakit bakterial
dapat dimakan orang jika tebih dahulu direbus hanya dalam waktu 5 menit
saja, tidak berbahaya bagi manusia yang memakannya. Lebih-lebih
jika digoreng di dalam minyak yang begitu panas, tentu lebih aman lagi.
Jadi memakan ikan me mang seharusnya dimasak sampai benar-benar masak,
angan hanya masak di luarnya saja !
Adapun jenis-jenis penyakit yang diketahui menyerang ikan lele ialah :
8.1 Penyakit bintik putih
Penyakit ini disebabkan oleh protozoa (binatang bersel satu) Ichthyophthirius multifiliis.
Gejala yang timbul berupa bintik-bintik putih pada permukaan kulit dan
juga insang ikan. Pada ikan yang kena penyakit cukup parah, kulit ikan
dan irisangnya segera rusak dan tidak berapa lama akan mati.
Penyakit
ini banyak timbul pada kolam yang airnya tidak berganti (air
tergenang). Pada air yang mengalir, penyakit inijarang terjadi.
Pencegahan
Untuk mencegah agar tidak berjangkit penyakit bintik putih, air kolam harus sering diganti atau dialir air baru yang segar dan jernih
Pengobatan
Apabila
ikan sudah telanjur terserang penyakit ini biasanya sulit disembuhkan.
Usaha yang perlu didahulukan ialah bagaimana supaya penyakit ini tidak makin meluas dan menyerang ikan-ikan yang lain.
Pencegahan ini dilakukan dengan cara membuang air kolam. Harus dijaga agar air buangan ini tidak menularkan kepada ikan di kolam-kolam lain.
Kemudian kolam dibiarkan kering selama 2 - 3 hari, lalu diadakan pengapuran dengan kapur yang panas (CaCO3). Dosisnya 10 kg per 100 m2. Setelah dibiarkan 3 hari, kolam dapat dipakai lagi dengan aman.
Beberapa obat yang dapat dipakai untuk mengobati penyakit bintik putih ialah :
Malachyte green. 1 gram (berupa serbuk) untuk air kolam 10 m2, pengobatan diulang setiap 2 hari, dalam 10 hari, ikan akan sembuh. Dalam pengobatan cara ini, apalagi yang dilakukan cukup lama, kolam harus diaerasi dan ikan diberi makanan yang cukup baik.
Formalin.
Ikan yang sakit dimandikan setiap hari dengan cara merendam dalam
larutan formalin 30 % (dalam dosis 1 : 4000), lamanya perendaman 1 jam.
Garam dapur.
Larutan garam dapur sebanyak 30 mg per liter dengan waktu perendaman 1
menit dan dilakukan setiap hari, selama 3 - 5 hari berturut-turut. Cara
ini juga dapat menyembuhkan penyakit bintik putih.
8.2 Penyakit bakterial
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas dan Pseudomonas telah banyak dijumpai menyerang ikan lele dan menimbulkan kematian massal pada lele di negeri kita. Wabah ini telah terjadi di akhir tahun 1981, menyerang ikan lele yang dipelihara di kolam maupun yang hidup di perairan umum (danau, sungai, waduk).
Penyakit ini menimbulkan kerusakan pada organ dalam (hati, limpa), daging, dan menimbulkan gejala bisul-bisul yang menyebabkan borok-borok. Jadi, akibatnya memang sangat parah dan sukar diobati.
Pencegahan
Pada
umumnya bibit penyakit, apalagi berupa bakteri yang sangat kecil dan
sudah tersebar di semua perairan, sukar sekali diberantas sampai tuntas.
Karena air merupakan media penular yang membawa bibit-bibit penyakit secara luas. Maka cara pencegahanlah yang harus dipahami benar-benar oleh petani ikan. Harus dimengerti bahwa ikan akan terhindar dari timbulnya wabah penyakit apabila ikan Selalu dalam kondisi yang baik. Kondisi baik artinya makanan cukup, keadaan ingkungan baik, bersih dari segala macam pencemaran, agar ikan-ikan berdaya tahan tinggi untuk membentuk kekebalan alamiah terhadap berbagai penyakit. Tindakan untuk menciptakan kekebalan alamiah itu, tercakup di dalam kegiatan pengelolaan perkolaman dan pemeliharaan ikan.
Pengobatan
Untuk ikan yang telanjur sakit, apabila belum begitu parah, dapat diobati dengan beberapa obat, antara lain antibiotika.
Antibiotika
Obat-obat antibiotika seperti Kemicitin, Tetrasklin, Streptomisin yang berupa serbuk, dicampurkan ke dalam makanan ikan. Dosisnya harus diperhitungkan agar setiap 100 gram berat ikan, dapat .memakan 1 mg antibiotika itu per hari. Lama pemberian obat ini 2 - 3 minggu.
Perlu diketahui bahwa apabila piemakaian antibiotika tidak sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan, atau
perhitungannya kurang cermat, maka lama-keamaan bakteri akan kebal
terhadap obat itu. Akibatnya, obat tersebut tidak mempan lagi untuk
memberantas jenis bakteri tertentu.
Antibiotika juga dapat diberikan dengan disuntikkan. Dosisnya, larutan chloramphenicol (kemicitin) 1 : 1,5, sebanyak 1 - 2 ml disuntikkan ke dalam rongga perut (intra abdomincal cavity) untuk setiap berat badan ikan 200 gram. Penyuntikan perlu diulang setiap 2 - 3 hari sampai jangka waktu 2 minggu. Kalau cara ini berhasil, biasanya dapat terlihat gejala penyebuhan dari hari ke hari.
8.3 Penyakit oleh jamur
Ada jamur yang tumbuh di dalam lingkungan air seperti Saprolegnia dan Achlya. Jamur ini tumbuh pada
ikan-ikan yang sebelumnya memang sudah menderita luka-luka, lemah,
sakit, atau pada ikan yang sudah mati. Jamur juga menyerang telur ikan
yang gagal menetas, dan kemudian menulari telur-telur lain yang sehat.
Jamur terdapat di setiap jenis perairan air tawa terutama yang
mengandung banyak bahan organik. Jamur itu hidup sebagai saprofit pada
jaringan tubuh bukan merupakan penyakit sejati, karena jamur tidak dapat
menyerang ikan yang betul-betui sehat. Melainkan menyerang ikan yang
luka-luka atau sudah lemah.
Jamur,
khususnya Saprolegnia, dapat menyerang semua jenis ikan di segala macam
lingkungan. Tanda adanya jamur ini terlihat sebagai serabutputih
seperti kapas yang tumbuh pada bagian tubuh ikan yang teruka. Ikan yang
diperlakukan kurang cermat waktu penangkapan, dan pengangkutan, sering
menderita luka-l uka yang kemudian terserang jamur.
Pencegahan
Ikan
jangan sampai terluka, dengan cara penangan an yang cermat, tidak
menempatkan ikan dalam tempat yang sempit sehingga berdesakan.
Pengobatan
Penyakit
ikan yang disebabkan oleh jamur dapa diobati dengan tiga cara, yaitu
direndam larutan kalium permanganat, larutan garam dapur, dan larutan malachyte green. Ikan direndam dalam larutan Kalium permanganat 1 gram per 100 liter, selama 60 - 90 menit. Ikan direndam dalam larutan garam dapur (10 gram per liter) selama 1 menit.
Kerap kali para ahli menganjurkan untuk mengobati penyakit
jamur dengan larutan malachyte green. Serbuk malachyte green dilarutkan
dalam air sebagai larutan buku (1 mg serbuk dilarutkan dalam 450 ml
air). Untuk merendam ikan, 1 - 2 ml larutan baku itu dilarutkan (diencerkan) dalam 1 liter air, untuk dipakai merendam ikan selama 1 jam.
Pada penetasan telur ikan, juga sangat perlu untuk dibiasakan mengobati dengan cara merendam telur ikan di dalam malachyte green. Dosisnya 1 gram per 200 liter air, lamanya perendaman ½ sampai 1 jam.
Pencegahan
jamur pada telur ikan ini sangat perlu apabila telur ikan ditetaskan di
dalam corong-corong penetas pada pembenihan ikan secara buatan.
8.4 Penyakit lain
Berbagai
jenis penyakit yang menyerang ikan, selalu ada kemungkinan juga
menyerang ikan lele. Tetapi sampai saat ini belum ada data yang pasti
mengenai jenis-jenis penyakit lainnya. Penyakit Lernaea pernah dijumpai
menginfeksi ikan lele tetapi tampaknya tidak mematikan. Memang
jenis-jenis ikan mempunyai kekebalan yang berbeda terhadap berbagai
penyakit. Sesuatu parasit dapat menghinggapi seekor ikan, tetap ikannya
tidak menjadi sakit, melainkan menjadi penyebar atau penular bagi
ikan-ikan jenis lain yang peka.
9. H a m a
Yang dimaksud dengan hama ialah binatang-binatang yang menyebabkan matinya atau hilangnya ikan karena dimakan atau dirusak tubuhnya. Hama ikan yang dimaksud adalah binatang-binatang yang agak besar ukurannya, jadi lain dengan parasit yang menyebabkan suatu gejala penyakit. Hama dibedakan dari parasit atau penyakit karena hama tidak menimbulkan imunitas pada ikan, sedangkan penyakit dan parasit menimbulkan daya tahan tersebut.
Hama ikan itu antara lain : serangga yang menusuk dan mengisap ikan sampai mati. Misalnya, bebeyasan (bahasa Sunda), insekta genus Notonecta. Serangga ini datang menyerbu kolam pemeliharaan ikan dalam jumlah besar. Apabila kolam dipupuk dengan bahan organik biasanya dia datang berbondong-bondong. Terutama ikan-ikan kecil mati ditusuk dan diisap cairan tubuhnya oleh serangga ini. Serangga Notonecta ini kira-kira ebesar
butiran beras, karena itu oleh orang Sunda disebut bebeyasan (beyas =
beras). la dapat terbang berpindah dari satu kolam ke kolam lain. Korban
benih ikan yang disebabkan oleh hama ini dapat cukup besar. Cara pemberantasannya pun sulit karena serangga ini segera terbang meninggalkan kolam apabila kolam diberi obat yang dapat mematikannya.
Petani
mencari akal dengan menuangkan minyak tanah dan sedapat mungkin
meratakan minyak itu di permukaan kolam, agar serangga yang muncul ke
permukaan air, akan mengisap minyak tanah, lalu mati. Tentu saja minyak
tanah tidak boleh terlalu banyak di tuangkan ke dalam kolam pemeliharaan
ikan, karena akan meracuni ikan. Maka itu tidak dianjurkan.
Pemakaian
pestisida juga belum dapat dianjurkan, karena belum diteliti dan belum
ditemukan jenis insektisida yang efektif terhadap pemberantasan
serangga Notonecta ini. Walaupun demikian untuk ikan lele bahaya
serangga ini tidak begitu besar, karena ikan lele yang masih kecil
biasanya dipelihara di dalam kolam kecil yang mudah diawasi. Petani yang
rajin, jika melihat di kolam ada Notonecta, akan segera membersihkan
kolamnya dengan sebuah waring untuk menyerok serangga itu, lalu
mematikannya. Jadi, secara mekanis saja. Untunglah untuk ikan yang
sudah agak besar, Notonecta tidak begitu membahayakan.
Serangga
lain yang sering menyerang ikan dengan menusuk dan mengigitnya sampai
mati ialahjentik-jentik dari capung. Untunglah jentik capung ini tidak
begitu banyak jumlahnya dan tidak pernah ada data penyerangan hebat dari
capung ini.
Hama
lain yang harus diperhatikan ialah binatan mamalia (binatang menyusui)
seperti linsang, kucing liar, musang air atau berang-berang. Binatang
jenis ini secara periodik dapat menyerbu suatu kolam atau sawah di mana
ikan dipelihara. Dapat datang sendiri-sendiri tetapi kadang datang
berbondong-bondong. Binatang ini terjun ke air, mengejar dan menangkap
ikan, dan memakannya sampai kenyang. Karena itu dapat menghabiskan seisi
kolam dalam waktu 1 - 2 malam berturut-turut. Berang-berang itu pada
siang hari berdiam di sarang- sarangnya di rimbunan tumbuhan di daratan
di sekitar perkampungan atau tepi hutan. Pemberantasannya dengan
menangkap habis (membasmi) binatang ini. Jadi seperti tikus hama padi,
daya upaya orang untuk memberantasnya dengan berbagai akal dan cara.
Kalau perlu ada juga dipergunakan racun. Kepekaan berang-berang terhadap
racun juga seperti halnya tikus.
Membersihkan semak-semak di sekitar perkampungan merupakan usaha agar berang-berang tidak memperoleh lingkungan hidup yang baik.
Ada
orang yang mencoba menangkap berang-berang dengan memasang perangkap.
Tetapi hasilnya tentu tidak dapat memberantasnya secara tuntas.
Berbagai
jenis binatang pemakan ikan merupakan hama yang cukup serius dan harus
diperhatikan. Pada kolam pemeliharaan yang letaknya di pekarangan,
burung mudah dihalau, sehingga tidak menimbulkan banyak kerugian. Tetapi
untuk pemeliharaan di sawah, burung ini cukup merisaukan. Cara
pemberantasan juga sulit; sama halnya dengan masalah burung pemakan
padi.
Binatang
lain, seperti ular, ikan-ikan buas seperti ikar. gabus, belut dan
bahkan katak, juga merupakan hama bagi ikan yang dipelihara termasuk
ikan lele. Cara pemberantasan yang efektif dan tuntas juga belum di
peroleh. Usaha sedapat mungkin iyalkah yaitu menangkap sewaktu terlihat
didalam atau doi sekitar kolam.
Terakhir yang dapat juga di sebut musuh peternak ikan iyalahpencuru (bukan hama) pencurian adalah pemhambat bagi setiap usaha.
10. Modernisasi budidaya ikan lele
Usaha
budidaya ikan lele belum di selenggarakan oleh secara moderent dan
intensif cara pemijahan dan dan pembesaran masih secara kecil-kecillan
dan hasilnya belum memuasakan.
Hal–hal tersebut di bawah ini perlu terus menurus di tingkatkan yaitu :
v Percobaan pemijahan dan ransangan hormone.
v Meneteskan
telur yang dihasilkan di dalam corong penetesan agar terkontrol dengan
dengan maksud menekan mortalitasnya sekecil mengkin.
v Mengadakan
percobaan tentang sususnan makanan ikan lele agar perumbuhan cepat
namun harga makanan harus memadai nilai produksinya.
v Mengadakan percobaan untuk menanggulangi penyakit dan hama.
Di
Filipina, di mana ikan lele juga digemari sejak tahun 1975, telah
dilakukan percobaan injeksi hormon. Tetapi belum berhasil untuk
memproduksi ikan lele dalam jumlah besar.
Di
Indonesia, apa yang sudah dilakukan oleh petani di Blitar, yang membuat
kreasi berupa pembuatan kotak-kotak pemijahan bagi ikan lele, seperti
yang disajikan dalam bab di muka merupakan langkah baik sekali. Karena
dapat lebih menguasai teknik yang memudahka pengontrolan anak-anak lele
yang baru menetas, untuk menekan mortalitasnya.
Pertumbuhan
ikan lele yang dipelihara oleh petani kita, sampai sekarang hasilnya
masih belum memuaskan. Dalam waktu 1 tahun ikan lele yang dipelihara
baru mencapai 100 - 150 gram. Sebagai bandingan, di Thailand ikan
lelejenis yang sama dengan yang kita pelihara, yakni Clarias batrachus,
dapat mencapai berat badan rata-rata 200 gram dalam waktu 4 bulan.
Faktor
penting dalam percepatan pertumbuhan ikan ialah mutu dan banyaknya
makanan yang diberikan harus baik. Ini harus dapat diusahakan oleh para
petani untuk memperbaikinya. Dapatlah dimaklumi bahwa setiap
modernisasi hanyalah dapat dilakukan secara bertahap.
Mulai
sekarang, berhubung meningkatnya permintaan akan ikan lele untuk
konsumsi kota (restoran), dibarengi dengan harganya yang meningkat,
merupakan dorongan bagi para petani untuk mengadakan modernisasi dalam
teknik budidaya ikan lele.
By: Pakan Ikan Madiun, Budidaya Ikan Lele, Sumber:http://penyuluhp.blogspot.com, Diposkan oleh Penyuluh Perikanan