Singkong (Manihot utilisima) yang dikenal juga sebagai ketela pohon atau
ubi kayu, merupakan sumber karbohidrat dan telah menjadi makanan pokok
andalan rakyat Indonesia setelah beras, jagung, dan sagu. Di Indonesia,
tanaman singkong telah dikenalkan sejak masa penjajahan Belanda. Tanaman
ini mempunyai sifat mudah tumbuh di daerah tropis dan subtropis.
Secara keseluruhan tumbuhan ini mudah dimanfaatkan, baik daunnya maupun
akarnya. Bagian akar disebut juga umbi dengan dagingnya berwarna putih
atau kekuning-kuningan bila dalam keadaan segar. Umbinya mengandung air
sekitar 60%, pati 25-35%, serta protein, mineral, serat, kalsium, dan
fosfat. Ubi kayu merupakan sumber energi yang lebih tinggi dibanding
padi, jagung, dan ubi jalar.
Tapi tahukah anda bahwa memakan singkong mentah dapat menimbulkan
keracunan? Ya.. singkong merupakan sumber HCN (Asam Sianida). Asam
sianida ini merupakan senyawa kovalen yang sangat beracun, tidak bewarna
dan terbentuk bila sianida direaksikan dengan sianida. Jika asam
sianida cepat terserap oleh alat pencernaan dan masuk kedalam aliran
darah lalu bergabung dengan hemoglobin di dalam sel darah merah. Keadaan
ini menyebabkan oksigen tidak dapat diedarkan dalam sistem badan.
Sehingga dapat menyebabkan sakit atau kematian dengan dosis mematikan
0,5-3,5 mg HCN/kg berat badan.
Umbi singkong juga tidak tahan disimpan lama tanpa perlakuan khusus
setelah dipanen kurang lebih selama dua hari. Pada saat itu, singkong
telah mengandung racun yang ditandai oleh perubahan warna daging buahnya
menjadi biru gelap. Berhati-hatilah terbentuknya warna biru gelap
tersebut menunjukan adanya kandungan racun pada singkong secara tidak
langsung. Gejala keracunan akut singkong ini diantaranya berupa gangguan
saluran cerna seperti mual, muntah, pusing, sukar bernapas atau
pernapasan, detak jantung cepat, kulit menjadi kebiruan, kejang-kejang.
Kandungan asam sianida pada setiap jenis singkong berbeda-beda. Biasanya
semakin pahit singkong, semakin tinggi kandungan asam sianidanya. Untuk
singkong manis kadar asam sianidanya rendah di bawah 40 mg/kg umbi
adalah relatif aman, tidak membahayakan kesehatan, dan berasa manis.
Sedikit saja singkong memiliki rasa pahit, maka singkong tersebut telah
mengandung kadar asam sianida di atas 50 mg/kg umbi segar atau 50–80
mg/kg umbi segar. Sementara itu, singkong menjadi membahayakan kesehatan
bahkan dapat mematikan bila kandungan asam sianidanya lebih dari 100
mg/kg umbi segar.
Bagi kita pengkonsumsi tidak usah terlalu cemas, walaupun begitu ada
tips untuk menghilangkan racun pada singkong mentah tersebut. Perebusan
dan perendaman dalam air mengalir dapat mengurangi kandungan racun yang
terkandung karena sifat dari asam sianida larut di dalam air.
Asam sianida bersifat mudah menguap di udara, terutama pada suhu di atas
25°C. karena sifat asam sianida yang mudah larut dalam air, Oleh karena
itu perendaman sangat diperlukan untuk mengurangi racun asam sianida.
Cara lain proses penjemuran pada sinar matahari dapat menguraikan asam
sianida sampai 80%. Pengupasan kulit perlu dilakukan karena justru dalam
kulit ini terdapat asam sianida dengan konsentrasi mencapai 15 kali
lebih besar dari konsentrasi asam sianida di dalam daging umbinya.
Tingkat racun sianida di dalam tubuh seseorang pun ditentukan dari daya
tahan tubuh untuk menoleransi racun tersebut. Bagi anak-anak dan orang
dewasa yang sedikit mengonsumsi protein dalam makanannya, mereka
tergolong sensitif terhadap racun sianida. Karena bagaimanapun juga
protein berfungsi membantu dalam proses penguraian racun atau lebih
dikenal detoksifikasi. Karena itu, mengonsumsi umbi singkong dan
beberapa jenis umbi-umbi lain yang mengandung sianida tetap
memperhatikan cara pengolahan untuk menghilangkan racunnya. Memilih
jenis singkong manis dan masih segar serta tetap mengonsumsi jenis-jenis
makanan lain yang mengandung protein, vitamin, dan mineral.
|
Written by @citras | |
Monday, 13 February 2012 |