1. |
SEJARAH SINGKAT |
|
Sawo yang disebut neesbery atau
sapodilas adalah tanaman buah berupa yang berasal dari Guatemala (Amerika
Tengah), Mexico dan Hindia Barat. Namun di Indonesia, tanaman sawo
telah lama dikenal dan banyak ditanam mulai dari dataran rendah sampai
tempat dengan ketinggian 1200 m dpl, seperti di Jawa dan Madura. |
2. |
JENIS TANAMAN |
|
Tanaman sawo dalam taksonomi tumbuhan
diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisio |
: Spermatophyta(Tumbuhan
berbiji) |
Subdivisio |
: Angiospermae(Berbiji tertutup) |
Klas |
: Dicotyledonae(Biji berkeping dua) |
Ordo |
: Ebenales |
Famili |
: Sapotaceae |
Genus |
: Achras atau Manilkara |
Spesies |
: Acrhras zapota. L sinonim dengan
Manilkara achras |
Kerabat dekat sawo dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
|
1) |
Sawo Liar atau
Sawo Hutan
Kerabat dekat sawo liar antara lain: sawo kecik dan sawo tanjung.
Sawo kecik atau sawo jawa (Manilkara kauki L. Dubard.) Sawo
kecik dimanfaatkan sebagai tanaman hias atau tanaman peneduh
halaman. Tinggi pohon mencapai 15 - 20 meter, merimbun dan
tahan kekeringan. Kayu pohonnya sangat bagus untuk dibuat
ukiran dan harganya mahal. Sawo tanjung (Minusops elingi)
memiliki buah kecil-kecil berwarna kuning keungu-unguan, jarang
dimakan, sering digunakan sebagai tanaman hias, atau tanaman
pelindung di pinggir-pinggir jalan.
|
2) |
Sawo Budidaya
Berdasarkan bentuk buahnya, sawo budidaya dibedakan atas dua
jenis, yaitu: |
|
a. |
Sawo Manilas
Buah sawo manila berbentuk lonjong, daging buahnya tebal,
banyak mengandung air dan rasanya manis. Termasuk dalam kelompok
sawo manila antara lain adalah: sawo kulon, sawo betawi, sawo
karat, sawo malaysia, sawo maja dan sawo alkesa.
|
|
b. |
Sawo Apel
Sawo apel dicirikan oleh buahnya yang berbentuk bulat atau
bulat telur mirip buah apel, berukuran kecil sampai agak besar,
dan bergetah banyak. Termasuk dalam kelompok sawo apel adalah:
sawo apel kelapa, sawo apel lilin dan sawo Duren
|
|
3. |
MANFAAT TANAMAN |
|
Manfaat tanaman sawo adalah sebagai makanan
buah segar atau bahan makan olahan seperti es krim, selai, sirup atau
difermentasi menjadi anggur atau cuka. Selain itu, manfaat lain tanaman
sawo dalam kehidupan manusia adalah:
1) |
Tanaman penghijauan di lahan-lahan
kering dan kritis. |
2) |
Tanaman hias dalam pot dan apotik hidup bagi keluarga; |
3) |
Tanaman penghasil buah yang bergizi tinggi;
dan dapat dijual di dalam dan luar negeri yang merupakan sumber
pendapatan ekonomi bagi keluarga dan negara;
|
4) |
Tanaman penghasil getah untuk bahan baku industri
permen karet; |
5) |
Tanaman penghasil kayu yang sangat bagus untuk pembuatan perabotan
rumah tangga. |
|
4. |
SENTRA PENANAMAN |
|
Pengembangan budidaya
sawo sudah meluas hampir di seluruh Indonesia. Pada tahun 1990 areal
penanaman sawo terdapat di 22 propinsi, kecuali N.T.T, Maluku, Irian
Jaya, dan Timor Timur. Provinsi yang termasuk katagori lima besar
sentra produsen sawo pada tahun 1993 adalah Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, D.I. Yogyakarta, dan Kalimantan Barat.
Produksi dan perdagangan mancanegara sawo manila sangat populer
di Asia Tenggara. Data statistik menunjukkan bahwa wilayah Asia
Tenggara merupakan produsen utama buah sawo manila ini. Pada tahun
1987, Thailand menghasilkan 53.650 ton dari jumlah 18.950 ha, Filipina
menghasilkan 11.900 ton dari lahan 4.780 ha, dan Semenanjung Malaysia
menghasilkan 15.000 ton dari lahan 1.000 ha.
|
5. |
SYARAT PETUMBUHAN |
|
5.1. |
Iklim
1) |
Tanaman ini optimal dibudidayakan pada
daerah yang beriklim basah sampai kering. |
2) |
Curah hujan yang dikehendaki
yaitu 12 bulan basah atau 10 bulan basah dengan 2 bulan
kering atau 9 bulan basah dengan 3 bulan kering atau
7 bulan basah dengan 5 bulan kering dan 5 bulan basah
dengan 7 bulan kering atau membutuhkan curah hujan 2.000
sampai 3.000 mm/tahun.
|
3) |
Tanaman sawo dapat berkembang
baik dengan cukup mendapat sinar matahari namun toleran
terhadap keadaan teduh (naungan). |
4) |
Tanaman sawo tetap dapat berkembang
baik pada suhu antara 22-32 derajat C. |
|
5.2. |
Media Tanam
1) |
Jenis tanah yang paling
baik untuk tanaman sawo adalah tanah lempung berpasir
(latosol) yang subur, gembur, banyak bahan organik,
aerasi dan drainase baik. Tetapi hampir semua jenis
tanah yang diginakan untuk pertanian cocok untuk ditanami
sawo, seperti jenis tanah andosol (daerah vulkan), alluvial
loams (daerah aliran sungai), dan loamy soils (tanah
berlempung).
|
2) |
Derajat keasaman tanah (pH
tanah) yang cocok untuk perkembangan tanaman sawo adalah
antara 6–7. |
3) |
Kedalaman air tanah yang
cocok untuk perkembangan tanaman sawo, yaitu antara 50
cm sampai 200 cm. |
|
5.3. |
Ketinggian Tempat
Tanaman sawo dapat hidup baik di dataran rendah maupun dataran
tinggi sampai dengan ketinggian 1.200 m dpl. Tetapi ada daerah-daerah
yang cocok sehingga tanaman sawo dapat berkembang dan berproduksi
dengan baik, yaitu dari dataran rendah sampai dengan ketinggian
700 m dpl. |
|
6. |
PEDOMAN BUDIDAYA |
|
6.1. |
Pembibitan |
|
Perbanyakan
tanaman apel dilakukan secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan
yang baik dan umum dilakukan adalah perbanyakan vegetatif,
sebab perbanyakan generatif memakan waktu lama dan sering
menghasilkan bibit yang menyimpang dari induknya. Teknik perbanyakan
generatif dilakukan dengan biji, sedangkan perbanyakan vegetatif
dilakukan dengan okulasi atau penempelan (budding), sambungan
(grafting) dan stek.
1) Persyaratan Bibit
|
|
Saat ini tanaman sawo sudah
dapat dikembangkan dalam dua tempat, yaitu di kebun dan di dalam
pot. Bibit yang dipilih sebaiknya bibit yang berasal dari cangkok
atau sambung, sebab bibit yang berasal dari biji lambat dalam
menghasilkan buah. Bibit dipilih yang sehat dengan daun yang
kelihatan hijau segar dan mengembang sempurna serta bebas hama
dan penyakit. Bibit dari cangkok dipilih yang memiliki cabang
atau ranting yang bagus dan sehat. |
2) |
Penyiapan Bibit |
|
Untuk memperoleh bibit tanaman
sawo ada beberapa cara, misalnya dari biji, sambung, dan cangkok.
a) |
Pembenihan
biji
Perbanyakan tanaman sawo secara generatif dengan biji
memiliki keunggulan dan kelemahan. Bibit yang berasal
dari biji memiliki perakaran yang kuat dan dalam. Akan
tetapi perbanyakan secara generatif hampir selalu memberikan
keturunan yang berbeda dengan induknya karena ada pencampuran
sifat kedua tetua atau terjadi proses segregasi genetis.
Tanaman sawo yang berasal
dari biji mulai berbuah pada umur ± 7 tahun.
Teknik pembibitan tanaman sawo dari biji melalui tahap
tahap sebagai berikut:
|
|
1. |
Pemilihan buah
Pilih buah tua yang matang di pohon, sehat, bentuknya
normal dan berasal dari pohon induk varietas unggul yang
telah berbuah. |
|
2. |
Pengambilan biji
- |
Belah buah menjadi beberapa bagian. |
- |
Ambil dan kumpulkan biji-biji sawo yang baik saja,
kemudian tampung dalam wadah. |
- |
Cuci dalam air yang mengalir atau air yang disemprotkan
sampai biji benar-benar bersih. |
- |
Keringkan biji selama 3 hari sampai 7 hari agar
kadar air biji berkisar antara 12-14%. |
- |
Masukkan biji ke dalam wadah tertutup rapat untuk
disimpan beberapa waktu. |
|
|
3. |
Pengecambahan benih
- |
Siapkan bak pengecambahan yang telah
diisi media pasir bersih setebal 10–15 cm. |
- |
Sebarkan biji sawo pada permukaan media, kemudian
tutup dengan pasir setebal 1–2 cm. |
- |
Siram media dalam bak pengecambahan dengan air
bersih hingga cukup basah. |
- |
Tutup permukaan bak pengecambahan dengan lembaran
plastik bening (tembus cahaya) untuk menjaga kestabilan
kelembaban media. |
- |
Biarkan biji berkecambah ditempat yang teduh
selama 7 hari sampai 15 hari. Biji sawo yang telah
berkecambah atau keluar akar sepanjang 2-5
mm dapat segera dipindahsemikan. |
|
|
|
b) |
Bibit Asal Enten (Grafting) |
|
|
Penyambungan
tanaman sawo sebagai batang atas dilakukan dengan tanaman
ketiau atau melali (Bassia sp.) sebagai batang bawahnya. Metoda
penyambungan yang dilakukan adalah metoda sambung pucuk (top
grafting). Tata laksana memproduksi bibit sawo dengan cara
sambung pucuk (top grafting) adalah sebagai berikut:
|
|
|
1. |
Persiapan
Siapkan alat dan bahan berupa pisau tajam, tali rafia atau
lembar plastik, gunting, kantong plastik bening, batang bawah
melali atau bassia umur 3-6 bulan atau berdiameter batang
0,3–0,7 cm, dan cabang atau tunas entres.
|
|
|
2. |
Pelaksanaan sambung pucuk |
|
|
|
- |
Potong ujung batang tanaman bassia pada
ketinggian 15–20 cm dari permukaan tanah. |
- |
Sayat batang bawah membentuk celah atau huruf V sepanjang
3–5 cm. |
- |
Sayat cabang entres sepanjang 4 cm membentuk baji seukuran
sayatan batang bawah dan buang sebagian daunnya. |
- |
Masukkan pangkal cabang entres ke celah batang bawah
hingga pas benar. |
- |
Ikat erat-erat hasil sambungan tadi dengan tali rafia
atau lembaran plastik. |
- |
Kerudungi hasil sambungan dengan kantong plastik bening
selama 10-15 hari. |
|
|
|
3. |
Pengakhiran |
|
|
|
Hasil sambungan dapat diperiksa setelah
10 hari sampai 15 hari kemudian. Caranya adalah dengan membuka
kerudung kantong plastik, kemudian mata entres atau bidang sambungan
diperiksa. Jika mata entres berwarna hijau dan segar berarti
penyambungan berhasil. Sebaliknya, bila mata entres berwarna
coklat dan kering berarti penyambungan gagal. |
|
c) |
Bibit Cangkok |
|
|
Perbanyakan
tanaman secara vegetatif dengan cangkok paling umum dipraktekkan
oleh pembibit tanaman tahunan, khususnya buah-buahan. Kelemahan
bibit cangkok adalah sistem perakaran kurang kuat karena tidak
memiliki akar tunggang. Keuntungan perbanyakan tanaman dengan
cangkok, antara lain adalah sebagai berikut: (1) cangkok mempercepat
kemampuan berbuah karena pada umur kurang dari satu tahun
tanaman sudah mulai berbunga atau berbuah; (2) cangkok memperoleh
kepastian kelamin serta sifat genetiknya sama dengan pohon
induk; (3) Habitus tanaman pada umumnya pendek (dwarfing)
sehingga memudahkan pemeliharaan dan panen. Tata laksana pembibitan
tanaman sawo dengan cangkok adalah sebagai berikut:
|
|
|
1. |
Persiapan
Siapkan alat dan bahan yang terdiri dari pisau, sabut kelapa
atau lembaran plastik, tali pembalut, kotak alat, tali, media
atau campuran tanah subur dengan pupuk kandang (1:1), dan
cabang yang cukup umur.
|
|
|
2. |
Pelaksanaan mencangkok
- |
Pilih cabang yang memenuhi persyaratan,
yaitu berukuran cukup besar, tidak terlalu muda ataupun
tua, pertumbuhannya baik, sehat dan tidak
cacat, serta lurus. |
- |
Tentukan tempat untuk keratan pada bagian cabang yang
licin. |
- |
Buat dua keratan (irisan) melingkar cabang dengan
jarak antara 3–5 cm. |
- |
Lepaskan kulit cabang bidang keratan tadi. |
- |
Kerik kambium hingga tampak kering. |
- |
Biarkan bekas keratan mengering antara 3 hari sampai
5 hari. |
- |
Olesi bidang sayatan dengan zat pengatur tumbuh akar,
seperti Rootone F. |
- |
Ikat pembalut cangkok pada bagian bawah keratan. |
- |
Letakkan media pada bidang karatan sambil dipadatkan
membentuk bulatan setebal ± 6 cm. |
- |
Bungkus media dengan pembalut sabut kelapa atau lembaran
plastik. |
- |
Ikat ujung pembalut (pembungkus) di bagian ujung keratan. |
- |
Ikat bagian tengah pembungkus cangkok, dan buat lubang-lubang
kecil dengan cara ditusuk-tusuk lidi. |
|
|
|
3. |
Pemotongan bibit cangkok
Setelah bibit cangkok menunjukkan perakarannya (1,5–3,5
bulan dari pencangkokan), potong bibit cangkok dari pohon
tepat dibawah bidang keratan.
|
|
|
4. |
Pendederan bibit cangkok
- |
Siapkan polybag berdiameter antara 15-25
cm atau sesuai dengan ukuran bibit cangkok. |
- |
Isi polybag dengan media berupa campuran tanah dan
pupuk kandang matang (1:1) hingga mencapai setengah
bagian polybag. |
- |
Lepaskan (buka) pembalut bibit cangkok. |
- |
Pangkas sebagian dahan, ranting, dan daun yang berlebihan
untuk mengurangi penguapan. |
- |
Tanamkan bibit cangkok tepat di tengah-tengah polybag
sambil mengatur perakarannya secara hati-hati. |
- |
Penuhi polybag dengan media hingga cukup penuh sambil
memadatkan pelan-pelan pada bagian pangkal batang bibit
cangkok. |
- |
Siram media dalam polybag dengan air bersih hingga
cukup basah. |
- |
Simpan bibit cangkok di tempat yang teduh dan lembab. |
- |
Biarkan dan pelihara bibit cangkok selama 1-1,5 bulan
agar beradaptasi dengan lingkungan setempat dan tumbuh
tunas-tunas dan akar baru. |
- |
Pindah tanamkan bibit cangkok yang sudah tumbuh cukup
kuat ke kebun atau dalam pot. |
|
|
|
5. |
Pengakhiran
Berhasil tidaknya cangkok dapat diketahui setelah 1,5-3,5 bulan
kemudian. Berdasarkan pengalaman para pembibit tanaman buah-buahan,
pembungkus (pembalut) cangkok yang berupa lembaran plastik lebih
cepat menumbuhkan akar dibandingkan sabut kelapa. |
3) Teknik Penyemaian
|
a) |
Pembuatan
media persemaian
Persemaian dapat dilakukan pada bedengan persemaian
atau menggunakan polybag. Tata laksana penyiapan
lahan persemaian berupa bedengan adalah sebagai
berikut: |
|
|
- Buat bedengan persemaian berukuran 100-150
cm, tinggi 30-40 cm, panjang tergantung keadaan
lahan, dan jarak tanam antar bedengan 50-60
cm.
- Sebarkan pupuk kandang sebanyak 2 kg/m2 sampai
3 kg/m2 luas bedengan, lalu campurkan merata
dengan lapisan tanah atas.
- Buat tiang-tiang persemaian setinggi 100-150
cm di sebelah dan 75-100 cm di sebelah barat,
kemudian pasang palang-palang dan atap persemaian
yang terbuat dari plastik atau daun kering.
- Ratakan dan rapikan bedengan persemaian, lalu
siram dengan air bersih hingga cukup basah.
|
|
|
Tata cara penyiapan
tempat semai dalam polybag adalah sebagai berikut:
|
|
|
- Siapkan polybag berdiameter 10-15 cm, media
campuran tanah subur, pupuk kandang halus (diayak),
dan pasir (1:1:1), atau campuran tanah dengan
pupuk kandang (1:1).
- Lubangi bagian dasar polybag untuk pembuangan
air.
- Isikan media ke dalam polybag hingga cukup
penuh.
- Simpan polybag yang telah diisi media di tempat
yang rata mirip bedengan dan diberi naungan.
|
|
b) |
Penyemaian |
|
|
- Semaikan biji sawo yang sudah berkecambah
(7-15 hari setelah tahap pengecambahan biji)
pada bedengan penyemaian atau dalam polybag
sedalam 1-2 cm. Jarak semai antar biji yang
disemai pada bedengan penyemaian diatur 10 cm
x 10 cm atau 15 cm x 15 cm. Penyemaian dalam
polybag cukup diisi satu butir biji sawo tiap
polybag.
- Siram media dengan air bersih hingga cukup
basah.
- Biarkan biji tumbuh menjadi bibit muda.
|
4) |
Pemeliharaan
Pembibitan/Penyemaian
Tata laksana pemeliharaan bibit dalam tempat penyemaian
adalah sebagai berikut: |
|
a) |
Lakukan penyiraman secara
kontinu tiap hari 1 kali sampai 2 kali, atau tergantung
pada cuaca dan keadaan media. |
|
b) |
Pupuklah tanaman muda
tiap 1 bulan sampai 3 bulan sekali dengan pupuk
NPK (15-15-15 atau 16-16-16) sebanyak 10 gram sampai
25 gram, yang dilarutkan dalam 10 liter air untuk
disiramkan pada media. |
|
c) |
Lakukan penyemprotan
pestisida bila ditemukan serangan hama dan penyakit
dengan menggunakan dosis rendah (30-50% dari dosis
anjuran). |
|
d) |
Pindah tanamkan bibit
dari bedengan persemaian secara cabutan ke dalam
polybag, atau dari polybag lama ke polybag baru
yang ukurannya lebih besar. |
|
e) |
Pelihara bibit sawo sampai
cukup besar atau setinggi 50-100 cm untuk siap ditanam.
|
5) |
Pemindahan
Bibit
Bibit sawo yang telah siap dipindahkan adalah bibit
yang telah mencapai ketinggian 50-100 cm. |
|
|
6.2. |
Pengolahan Media
Tanam |
|
1) |
Persiapan |
|
Penetapan areal untuk perkebunan sawo
harus memperhatikan faktor kemudahan transportasi dan
sumber air. |
2) |
Pembukaan Lahan |
|
a) |
Membongkar tanaman yang tidak diperlukan
dan mematikan alang-alang serta menghilangkan
rumput-rumput liar dan perdu dari areal tanam. |
b) |
Membajak tanah untuk menghilangkan bongkahan
tanah yang terlalu besar. |
|
|
6.3. |
Teknik Penanaman
1) |
Penentuan Pola Tanam |
|
Untuk tujuan mendapatkan buah
yang banyak, menanam sawo di kebun memang lebih tepat.
Penanaman tidak hanya dilakukan dengan satu atau dua buah
pohon, tetapi dalam jumlah yang banyak.
Tanaman sawo di kebun dapat tumbuh besar dengan tajuk
yang lebar. Mengingat hal ini maka penanaman sawo harus
dilakukan dengan jarak yang tidak terlalu rapat antara
tanaman yang satu dengan tanaman yang lain. Jarak tanam
untuk sawo yang dianggap cukup adalah 12 m x 12 m. Dengan
jarak tanam seperti ini, antara tanaman sawo yang satu
dengan yang lain tidak bersentuhan yang dapat mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan. Penanaman sebaiknya dilakukan
pada waktu musim penghujan. |
2) |
Pembuatan Lubang Taman |
|
Pembuatan lubang
tanam dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan yang lebih
baik bagi bibit yang akan ditanam. Untuk itu tanah tempat
penanaman dalam lubang tanam haru gembur karena sistem
perakaran bibit yang masih lemah.
Lubang tanam untuk sawo dapat dibuat dengan ukuran 60
cm x 60 cm x 60 cm. Tanah galian bagian atas ±
30 cm dipisah dengan tanah bagian bawah. Keduanya kemudian
dicampur dengan pupuk kandang sebanyak 20 kg sampai rata.
Pupuk kandang ini berfungsi sebagai pupuk dasar. Selama
dua minggu lubang tanam ini dibiarkan terjemur sinar matahari.
Bila bibit telah siap, bisa langsung ditanam di lubang
tanam. Tetapi bila bibit belum siap tanam, maka tanah
galian bagian bawah dikembalikan ke bawah dan tanah galian
atas dikembalikan ke bagian atas. Sebagai tanda bahwa
di tempat itu ada lubang tanam, dapat ditandai dengan
kayu yang ditancapkan pada lubang tersebut. Setelah bibit
siap tanam maka lubang tanam digali lagi.
|
3) |
Cara Penanaman |
|
Sebelum ditanam, pembungkus
(polybag) harus dilepas dengan hati-hati agar tanahnya
tidak berantakan dan perakaran tidak rusak. Penanaman
dilakukan sedalam leher akar tegak di tengah lubang
tanam.Masukkan tanah bagian atas bekas galian lebih
dahulu, baru disusul tanah bagian bawah bekas galian.
Tanah di sekeliling akar tanaman dipadatkan agar tidak
terjadi rongga-rongga udara yang dapat menyulitkan akar
mencari makan.
|
|
6.4. |
Pemeliharaan Tanaman
- Penyiangan
Setelah satu bulan sampai dua bulan tanam, perlu dilakukan
penyiangan tanaman sawo untuk membersihkan rumput
dan gulma yang menggangu. Jika tanaman sudah tumbuh
besar gangguan tersebut tidak berarti, tetapi jika
tanaman masih kecil akan sangat berarti karena akan
mengganggu pertumbuhan tanaman sawo.
Gangguan tumbuhan parasit seperti benalu juga harus
diperhatikan. Jika kelihatan pada ranting pohon sawo
terdapat benalu atau parasit agar segera dibersihkan
dengan cara memotong ranting tempat benalu menempel.
Pemotongan sebaiknya dilakukan sebelum benalu berbunga.
Perlu pula dilakukan pemberantasan benalu pada pohon
lain di dekat tanaman sawo untuk mencegah penularan.
- Pembubunan
Pada saat melakukan penyiangan tanaman sawo, dapat
juga dilakukan pembubunan tanah di sekitar tanaman.
Pembubunan dilakukan untuk menggemburkan tanah di
sekitar tanaman sawo dan untuk memperkokoh batang
tumbuhnya.
- Pemupukan
Sebagai pedoman pemupukan dapat diberikan 250-500
gram urea/pohon/tahun sebelum tanaman sawo berbuah.
Pemupukan ini dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan
batang dan daun, karena urea adalah sumber N yang
berfungsi untuk merangsang pertumbuhan batang dan
daun.
Bila tanaman sudah waktunya berbuah, kurang lebih
berumur 4 tahun, dilakukan pemupukan dengan menggunakan
pupuk majemuk NPK (10-20-15) yang kandungan fosfor
(P) dan kaliumnya (K) tinggi sebanyak 500 gram per
pohon tiap tahun. Bila tidak ada NPK bisa diganti
dengan pupuk urea, DS, dan KCl sebanyak 108 gram,
277 gram, dan 144 gram. Unsur P bagi tanaman berfungsi
untuk mempercepat pembungaan, sedangkan unsur K berfungsi
untuk menjaga bunga dan buah supaya tidak mudah gugur.
Jumlah pupuk tersebut secara bertahap ditingkatkan
sampai 2 kg/pohon tiap tahun untuk tanaman sawo yang
telah berumur 15 tahun. Selain urea dan NPK yang diberikan,
perlu juga diberikan pupuk kandang sebanyak 10 kg/pohon
untuk memperbaiki struktur tanah. Pemberian pupuk
lanjutan tersebut dilakukan dua kali dalam setahun,
yaitu pada awal dan akhir musim hujan. Dosis yang
diberikan setengah dari yang disebutkan di atas.
Cara pemberian pupuk dengan menaburkan pupuk ke dalam
parit yang digali di bawah pohon mengelilingi lingkaran
tajuk dengan lebar dan kedalaman ± 10 cm. Dapat
juga ditanam pada empat lubang di bawah tajuk pohon
dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm untuk tiap lubang.
- Penyiraman
Pada awal tanaman sawo memulai kehidupannya,
perlu dilakukan penyiraman paling sedikit dua minggu
sekali jika tidak ada hujan. Pemberian air pada tanaman
sawo perlu dilakukan sampai tanaman berumur 3-4 tahun.
Semakin tua tanaman, semakin tahan terhadap kekeringan.
Kekurangan air pada waktu tanaman sawo sedang berbunga
atau berbuah dapat menyebabkan bunga atau buah mudah
gugut. Pemberian air yang baik dan teratur akan menghasilkan
buah dengan jumlah dan kualitas yang baik.
- Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan dengan pestisida atau insektisida dapat
dilakukan jika pada tanaman sawo terdapat hama dan
penyakit yang menyerangnya, yaitu:
a) |
Penyemprotan
dengan insektisida jenis Agrothion 50 EC dengan
dosis 3-4 cc/liter air untuk membunuh lalat
buah (Ceratitis capitata atau Dacus sp.)
|
b) |
Penyemprotan dengan
insektisida jenis Diasinon 60 EC dengan dosis
1-2 cc/liter air atau Basudin 50 EC dengan dosis
2 cc/liter air untuk membunuh kutu hijau (Lecanium
viridis atau Coccus viridis) dan
kutu coklat (Saissetia nigra) yang
menyerang ranting muda dan daun-daun tanaman
sawo yang menyebabkan ranting dan daun mengkerut,
layu, kering, dan terhambat pertumbuhannya. |
c) |
Penyemprotan
dengan fungisida Cuspravit OB 21 dengan dosis
4 gram/liter air setiap tiga minggu sekali
untuk mengatasi dan mencegah serangan jamur
upas yang disebabkan oleh jamur Corticium
salmonicolor.
|
d) |
Penyemprotan
dengan fungisida Antracol 70 WP dengan dosis
2 gram/liter air atau Dithane M-45 80 WP dengan
dosis 1,8-2,4 gram/liter air untuk mengatasi
penyakit jamur jelaga yang disebabkan oleh
jamur Capnodium sp.
|
Penyemprotan dengan
fungisida Dithane M-45 80 WP dengan dosis 1,8-2,4
gram/liter air untuk mengatasi penyakit yang
disebabkan oleh jamur Phytopthora valmivora
Butl. Yang menyebabkan busuk buah sawo. |
|
- Pemangkasan
Jika dibiarkan tumbuh secara alami,
tanaman sawo dapat mencapai ketinggian 20 m. Pohon
dengan ketinggian seperti itu akan menyulitkan dalam
pemetikan buah. Agar tanaman sawo tidak terlalu tinggi,
maka dilakukan pemangkasan. Pemangkasan juga bertujuan
membentuk sistem percabangan yang baik dan kuat.
Ada dua tahap pemangkasan pada tanaman sawo, yaitu
pemangkasan bentuk dan pemangkasan pemeliharaan.
a) |
Pemangkasan Bentuk |
|
Pemangkasan
bentuk ditujukan untuk mengatur tinggi rendah
dan bentuk tajuk untuk memudahkan dalam pemetikan
buah serta pengontrolan terhadap hama dan
penyakit.
Pemangkasan pertama dilakukan ketika tanaman
telah mencapai tinggi 100- 160 cm. Pemangkasan
dilakukan pada musim penghujan dengan memotong
ujung batang hingga ketinggiannya tinggal
75-150 cm. Tempat pemangkasan harus sedikit
di atas ruas batang. Untuk mencegah penyakit,
luka bekas pangkasan dapat ditutup dengan
cat meni atau parafin. Beberapa hari setelah
pemangkasan akan tumbuh tunas-tunas baru.
Tiga dari tunas yang tumbuh sehat dan tidak
saling berdekatan dipilih sebagai cabang primer
dan tunas lainnya dibuang.
Pemangkasan ke dua dilakukan pada awal musim
penghujan berikutnya, tunas yang telah berumur
satu tahun dipangkas lagi hingga panjangnya
tinggal 25-40 cm. Pemangkasan ini dilakukan
tepat di atas mata tunas. Akibat pemangkasan
ini akan muncul tunas-tunas baru. Tiga sampai
empat tunas yang sehat dibiarkan tumbuh menjadi
cabang sekunder dan tunas yang lain dipotong.
Pemangkasan ke tiga yang merupakan pemangkasan
terakhir dilakukan pada awal musim penghujan
berikutnya, cabang-cabang sekunder dipotong
untuk membentuk cabang-cabang tersier. Pemotongan
dilakukan sampai jumlah cabang-cabang sekunder
tinggal dua pertiganya. Setelah pemangkasan
ini akan muncul tunas-tunas baru. Dua atau
tiga tunas dari masing-masing cabang sekunder
dibiarkan tumbuh, yang lainnya dibuang setelah
tumbuh sepanjang 10 cm.
|
b) |
Pemangkasan Pemeliharaan |
|
Pemangkasan
pemeliharaan ditujukan untuk mencegah serangan
penyakit, menumbuhkan tunas baru untuk mengganti
cabang tua yang tidak berproduktif lagi, serta
mengurangi kerimbunan sehingga sinar matahari
dapat dimasukkan ke mahkota tajuk.
Dalam pemangkasan ini yang perlu dipangkas
adalah cabang-cabang air yaitu cabang-cabang
yang tumbuh lurus ke atas dengan kecepatan
pertumbuhan lebih besar dibandingkan cabang-cabang
lain. Warna cabang air ini lebih muda dengan
jarak antar ruas cabang yang lebih panjang.
Selain cabang air yang perlu dihilangkan adalah
cabang yang tumbuh liar, cabang yang sakit
atau rusak, dan cabang yang terlalu rendah.
Pemangkasan pemeliharaan ini dapat dilakukan
setiap saat jika diperlukan.
|
|
|
|
7. |
HAMA DAN PENYAKIT |
|
7.1. |
Hama
1. |
Lalat
buah(Dacus sp.)
Gejala:terdapat bintik-bintik
kecil berwarna hitam atau cokelat pada permukaan kulit,
tetapi dagin buah sudah membusuk.
Pengendalian:(1) membersihkan
(sanitasi) sisa-sisa tanaman di sekitar tanaman dan
kebun; (2) membungkus buah sejak stadium muda; (3) memasang
perangkap lalat buah yang mengandung bahan metyl eugenol,
misalnya M-Atraktan, dalam botol plastik bekas; (4)
menyemprotkan perangkap lalat buah, seperti Promar yang
dicampur dengan insektisida kontak atau sistemik; (5)
menginfus akar tanaman dengan larutan insektisida sistemik,
seperti Tamaron, dengan konsentrasi 3-5% pada fase sebelum
berbunga; (6) menyemprot tanaman dengan insektisida
kontak, seperti Agrothion 50 EC dengan dosis 3-4 cc/liter
air. |
2. |
Kutu hijau (Lecanium
viridis atau Coccus viridis) dan Kutu cokelat(Saissetia
nigra)
Menyerang ranting muda dan daun tanaman sawo dengan cara
menghisap cairan yang terdapat di dalamnya. Selain menghisap
cairan, kutu-kutu ini juga menghasilkan embun madu yang
dapat mengundang kehadiran cendawan jelaga. Pengendalian:dengan
penyemprotan insektisida, seperti Diasinon 60 EC dengan
dosis 1-2 cc/liter air atau Basudin 50 EC dengan dosis
2 cc/liter air yang disemprotkan langsung ke kutu-kutu
tersebut. |
|
7.2. |
Penyakit
1. |
Jamur
Upas
Penyebab: jamur Corticium
salmonocolor. Spora dari jamur ini menular kemanamana
oleh hembusan angin.
Gejala: (1) Stadium rumah laba-laba,
yaitu ditandai dengan munculnya meselium tipis berwarna
mengkilat seperti sutera atau perak. pada stadium ini
jamur belum masuk ke dalam kulit tanaman sawo; (2) Stadium
bongkol, yaitu stadium dimana jamur membentuk gumpalan-gumpalan
hifa di depan lentisel; (3) Stadium corticium, yaitu
stadium dimana jamur membentuk kerak berwarna merah
muda yang berangsur-angsur berubah menjadi lebih muda
lalu menjadi putih. Kerak yang terbentuk terdiri dari
lapisan basidium yang pada setiap basidiumnya terdapat
basidiospora. Kulit tanaman sawo yang terdapat di bawah
kerak tersebut akhirnya busuk; (4) Stadium necator,
yaitu stadium dimana jamur membentuk banyak piknidium
yang berwarna merah. Piknidium ini terdapat pada sisi
cabang atau ranting yang lebih kering.
Pengendalian: (1) Pada stadium
laba-laba, penyakit ini dapat diatasi dengan cara menggosok
tempat yang terserang jamur sampai hilang. Bekas luka
gosokan diolesi dengan cat meni, ter, atau carbolineum;
(2) Penyemprotan dengan fungisida yang mengandung tembaga
berkadar tinggi seperti Cupravit OB 21 dengan dosis
4 gram/liter air setiap tiga minggu sekali untuk menghindari
munculnya serangan lagi; (3) Pemotongan pada bagian
tanaman yang terserang apabila jamur sudah mencapai
stadium bongkol, corticium, atau necator. Pemotongan
dilakukan pada bagian yang sehat jauh dari batas bagian
yang sakit. Bagian yang dipotong kemudian diolesi dengan
fungisida dan dibakar. |
2. |
Jamur Jelaga
Penyebab:jamur Capnodium sp.
Gejala: serangan jamur ini berupa
warna hitam seperti beludru yang menutupi permukaan daun
sawo. Serangan lebih lanjut dapat menutupi seluruh daun
dan ranting tanaman sawo.Jika serangan jamur ini berjumlah
banyak, proses fotosintesa tanaman sawo akan terganggu
sehingga pertumbuhan terhambat. Serangan yang terjadi
pada saat tanaman berbunga dapat mengakibatkan buah yang
terbentuk hanya sedikit. Jika yang terserang adalah buah,
dapat menyebabkan kerontokan atau berkurangnya kualitas
buah. Pengendalian: (1) melenyapkan
serangga yang menghasilkan embun madu terlebih dahulu
dengan insektisida; (2) dilakukan penyemprotan dengan
fungisida seperti Antracol 70 WP dengan dosis 2 gram/liter
air atau Dithane M-45 80 WP dengan dosis 1,8-2,4 gram/liter
air. |
3. |
Busuk buah
Penyebab:jamur Phytopthora
palmivora Butl.
Gejala: mula-mula kulit buah berbercak-bercak
kecil berwarna hitam atau cokelat, kemudian melebar dan
menyatu secara tidak beraturan, daging buah membusuk dan
berair, serta kadang-kadang buah berjatuhan (gugur).
Pengendalian: (1) dengan cara
pemotongan buah yang sakit berat, pengumpulan dan pemusnahan
buah yang terserang; (2) penyemprotan fungisida, seperti
Dithane M-45 80 WP dengan dosis 1,8 gr – 2,4 gram/liter
air.
|
4. |
Hawar Benang Putih
Penyebab:jamur (cendawan)
Marasmius scandens Mass, yang tumbuh pada permukaan
batang dan cabang tanaman sawo.
Gejala:daun-daun mengering dan
berguguran. Pada ranting yang mengering terdapat benang-benang
jamur berwarna putih.
Pengendalian: (1) dengan cara
mengurangi kelembaban kebun, memotong bagian tanaman yang
sakit berat; (2) mengoleskan atau menyemprotkan fungisida,
seperti Benlate dengan dosis 2 gr/1 air.
|
|
|
8. |
P A N E N |
|
8.1. |
Ciri dan Umur Panen
Tanaman sawo yang dikembangbiakkan dengan pencangkokan dapat
menghasilakan buah hanya sampai 3-5 tahun, sedangkan yang melalui
penyambungan antara 5-6 tahun.
Buah sawo kadang-kadang matang tidak serempak sehingga pemanenan
dilakukan dengan bertahap dengan cara memilih buah yang sudah
menunjukkan ciri fisiologis untuk dipanen (tua). Ciri-ciri buah
sawo yang sudah tua adalah ukuran buah maksimal, kulit berwarna
cokelat muda, daging buah agak lembek, bila dipetik mudah terlepas
dari tangkainya, serta bergetah relatif sedikit. Pemetikan buah
yang masih muda sebaiknya dihindari karena memerlukan waktu
yang lama untuk pemeramannya dan rasa buah tidak manis (sepat). |
8.2. |
Cara Panen
Umumnya pohon sawo cukup tinggi, buahnya terdapat di ujung batang
muda yang jumlahnya hanya sedikit, sehingga untuk mengetahui
buah yang cukup tua sangat sulit. Oleh karena itu, pemanenan
dilakukan dengan cara memanjat pohon. Apabila belum mencapai
buahnya, dapat disambung dengan galah. Namun penggunaan galah
ini sering menyebabkan buah jatuh dan pecah.
Pada buah yang jatuh tetapi tidak pecah, akan terjadi penggumpalan
getah di sekitar bijinya. Ada anggapan bahwa penggumpalan getah
ini disebabkan karena buah terserang penyakit. Walapun terdapat
gumpalan getah di sekitar biji, tetapi tidak mengurangi rasa
manis buah sawo tersebut.
Untuk menjaga agar buah tidak pecah sewaktu dipetik, sebaiknya
sebelum pemetikan, pada bagian bawah pohon diberi jaring agar
buah tidak langsung jatuh ke tanah dan sebaiknya pemetikan dilakukan
sebelum buah terlalu tua.
|
|
9. |
PASCA PANEN |
|
9.1. |
Pengumpulan
Setelah semua buah yang sudah tua dipanen, kemudian dilakukan
pengumpulan buah-buah tersebut. Kumpulkan buah-buah tersebut
dalam suatu wadah atau tempat, setelah semua terkumpul, kemudian
dilakukan pencucian untuk menghilangkan kulit yang kasar atau
kulit gabusnya. |
9.2. |
Penyortiran dan Penggolongan
Penyortiran dan penggolongan buah sawo hasil panen dilakukan
untuk memisahkan buah yang baik dari yang jelek dan memisahkan
buah yang berukuran sama. Untuk buah yang sudah sangat rusak,
sebaiknya dibuang, tetapi buah yang rusak sedikit dapat dipisahkan
untuk dijual ketempat yang dekat dengan harga murah. |
9.3. |
Penyimpanan
Buah sawo yang sudah diberi perlakuan (pencucian dan pengasapan)
mempunyai kulit yang sangat tipis sehingga mudah rusak dan
tidak tahan lama dalam penyimpanannya. Ada beberapa cara penyimpanan
agar buah lebih tahan lama, salah satunya dengan mengatur
temperatur ruang penyimpanan.
Buah sawo yang masak bila disimpan dalam temperatur ruang
hanya tahan 2 hari sampai 3 hari, tetapi bila dalam ruangan
yang mempunyai temperatur 0 derajat C, buah sawo tetap dalam
keadaan baik selama 12 hari sampai 14 hari. Kelembaban (nisbi)
yang dibutuhkan dalam ruang penyimpanan adalah 85-90%. Buah
sawo yang yang belum masak akan tahan disimpan selama 17 hari
dalam ruangan yang bertemperatur 15 derajat C.
|
9.4. |
Pengemasan dan Transportasi
1) |
Pengemasan
Pengemasan buah-buahan di Indonesia, masih menggunakan
keranjang bambu. Bentuk dan kapasitasnya bervariasi,
biasanya kapasitas kemasan antara 40 kg sampai 100 kg.
Dalam pengemasan buah digunakan bahan-bahan pembantu,
misalnya daun kering, daun pisang, merang, dan kertas
koran.
|
2) |
Pengangkutan
Umumnya, petani penghasil buah di Indonesia mengangkut
hasil panennya dengan kreativitas sendiri. Pengangkutan
hasil ini dalam volume kecil, yaitu dari ladang ke tempat
penampungan, pembeli, atau ke pusat-pusat pengumpul
sehingga pemasaran tahap pertama dapat berlangsung.
|
|
9.5. |
Pengasapan dan Pemeraman
Pengasapan dan pemeraman dilakukan agar buah cepat masak dan
empuk. Tata laksana pengasapan dan pemeraman adalah sebagai
berikut:
1) |
Buat lubang pada tanah berbentuk
segi empat. Ukuran lubang disesuaikan dengan jumlah buah
sawo. |
2) |
Hamparkan dan gamal (Glyricidae) atau daun pisang di
bagian dasar dan semua sisi lubang |
3) |
Masukkan buah sawo secara teratur ke dalam lubang, kemudian
tutup dengan daun gamal atau daun pisang. |
4) |
Masukkan potongan bambu gelondongan untuk menghembuskan
asap ke dalam lubang. |
5) |
Timbun lubang tanah hingga cukup tebal. |
6) |
Bakar dedaunan kering, lalu asapnya diarahkan
ke dalam lubang melalui potongan bambu. |
7) |
Tutup atau ambil gelondongan bambu. |
8) |
Biarkan buah sawo diperam selama sehari semalam. |
|
9.6. |
Penanganan Lain
Buah sawo dapat diawetkan dalam air gula atau dibuat selai untuk
pengoles roti, dan dapat juga dibuat serbat atau dicampur ke
dalam es krim. Sari buah sawo dapat digodok menjadi sirup dan
difermentasikan menjadi anggur dan cuka.
|
|
10. |
ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN |
|
10.1. |
Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya sawo dalam lima tahun pertama seluas
0,5 ha di daerah Bogor pada tahun 1999.
1) |
Biaya produksi lima tahun pertama |
|
|
1. |
Nilai tanah : 1/2 ha, @
m2 x Rp. 10.000,- |
Rp. 5.000.000,- |
|
2. |
Nilai sarana produksi |
|
|
|
- Bibit: 35 batang @ Rp. 12.000,-
- Pupuk kandang: 1500 kg @ Rp. 100,-
- Urea: 150 kg @ Rp. 1.500,-
- NPK: 150 kg @ Rp. 1.500,-
- Hormon/mineral: 40 liter @ Rp. 3.500,-
- Insektisida: 35 liter @ Rp. 5.000,-
- Fungisida: 35 liter @ Rp. 5.000,- |
Rp. 420.000,-
Rp. 150.000,-
Rp. 240.000,-
Rp. 240.000,-
Rp. 140.000,-
Rp. 175.000,-
Rp. 175.000,-
|
|
3. |
Nilai bangunan dan alat/perkakas |
|
|
|
- Bangunan dan sumur @ Rp. 7.500,-
- Alat semprot: 2 unit @ Rp. 4.000,-
- Cangkul: 2 buah @ Rp. 5.000,-
- Sabit: 2 buah @ Rp. 3.500,-
- Garpu: 2 buah @ Rp. 3.000,-
- Golok: 2 buah @ Rp. 7.500,-
- Gunting pangkas: 3 buah @ Rp. 5.000,-
- Gergaji pangkas: 2 buah @ Rp. 6.000,-
- Ember: 5 buah @ Rp. 3.000,- |
Rp. 2.000.000,-
Rp. 150.000,-
Rp. 10.000,-
Rp. 7.000,-
Rp. 6.000,-
Rp. 15.000,-
Rp. 15.000,-
Rp. 12.000,-
Rp. 15.000,-
|
|
4. |
Tenaga kerja tetap |
|
|
|
- Upah 12 x 2 orang @ Rp. 250.000,-
- Pakaian 2 x 2 x Rp. 100.000,-
- THR 2 x Rp. 250.000,- |
Rp. 6.000.000,-
Rp. 400.000,-
Rp. 500.000,-
|
|
5. |
Tenaga kerja lepas |
|
|
|
- Buat lubang tanam 15 OH Rp 10.000,-
- Pupuk dan tanam 25 OH Rp 10.000,-
Jumlah seluruh investasi |
Rp. 150.000,-
Rp. 250.000,-
Rp. 16.070.000,- |
2) |
Penerimaan dan Keuntungan |
|
|
1. |
Penerimaan th. ke-4 produk ke-1: 50%x35x60
kg x Rp.6.000,-
Keuntungan: |
Rp. 6.300.000,-
- Rp. 15.770.000,- |
|
2. |
Penerimaan th. ke-5 produk ke-2: 50%x 35
x 80 kg x Rp.6.000,-
Keuntungan: |
Rp. 8.400.000,-
- Rp. 8.870.000,- |
|
3. |
Penerimaan th. ke-6 produk ke-3: 50%x 35
x 120 kgx Rp.6.000
Keuntungan: |
Rp. 12.600.000,-
Rp. 2.230.000,- |
3) |
Break Event Point BEP |
Rp. 166.666.666.7 |
4) |
R/C Rasio = Jumlah Penerimaan / Jumlah Biaya
|
= 0,33 |
Catatan:
Biaya perawatan setiap tahun kurang lebih sekitar = Rp 1.500.000,-
Pada tahun ke-6 keuntungan sudah dapat menutupi investasi
yang dikeluarkan
|
10.2. |
Gambaran Peluang Agribisnis
Permintaan buah-buahan umumnya meningkat dengan makin meningkatnya
pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa pertanaman buah-buahan
memberikan keuntungan dan peluang bisnis yang baik. Beberapa
hal yang mendorong usaha pengembangan pertanaman buah-buahan
antara lain sebagai berikut:
a) |
Harga
buah cukup baik, terutama di kota-kota besar dan jarang
mengalami penurunan harga.
|
b) |
Makin banyak sarana perhubungan,
maka jalur pemasarannya makin lancar.
|
c) |
Adanya pengembangan industri pengolahan buah-buahan. |
d) |
Sarana teknologi yang tersedia, misalnya pupuk dan
obat-obatan. |
Buah sawo di Indonesia sampai saat ini belum banyak diekspor
ke luar negeri. Hasil panennya hanya mampu memenuhi kebutuhan
dalam negeri saja. Sebenarnya perkembangan produksi buah sawo
cenderung mengalamai peningkatan, tetapi semua itu belum dapat
memenuhi kebutuhan atau permintaan masyarakat. Dengan demikian
masih dibutuhkan investor yang mau menanamkan modalnya untuk
perluasan tanaman sawo.
Peluang bisnis buah sawo sangat besar karena konsumsi buah-buahan
berkembang dengan pesatnya. Untuk penduduk DKI Jakarta saja,
konsumsi buah pada tahun 1988 sebanyak 8.438 orang dan telah
berkembang menjadi 13.745 orang pada tahun 1993. Apalagi begitu
mudahnya menanam sawo dan dapat menghasilkan buah sepanjang
tahun.
|
|
11. |
STANDAR PRODUKSI |
|
11.1. |
Ruang Lingkup
Standar mutu: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh,
cara uji, syarat penandaan dan pengemasan. |
11.2. |
Diskripsi
---- |
11.3. |
Klasifikasi dan Standar Mutu
---- |
11.4. |
Pengambilan Contoh
Satu Partai/lot mangga terdiri dari maksimum 1000 kemasan. Contoh
diambil secara acak dari jumlah kemasan dalam 1 partai/lot seperti
terlihat dibawah ini:
a) |
Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot
sampai dengan 100 : contoh yang diambil 5. |
b) |
Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 101–300: contoh
yang diambil 7. |
c) |
Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 301–500: contoh
yang diambil 9. |
d) |
Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 501–1000: contoh
yang diambil 10. |
|
11.5 |
Pengemasan
Pengemasan buah sawo dalam peti kayu, berat bersih setiap peti
kayu maksimum 25 kg, susunan buah dalam peti kayu kompak dengan
setiap buah yang diberi pembungkus/ penyekat, atau kotak kotoran
diberi penyekat dan lobang udara, susunan buah dalam kotak karton
satu lapis dengan berat bersih kotak karton maksimum 10 kg.
Untuk pemberian merek di bagian luar kotak kayu di beri label
yang dituliskan antara
lain:
a) |
Nama barang. |
b) |
Jenis mutu. |
c) |
Nama/kode perusahaan/eksportir. |
d) |
Berat bersih. |
e) |
Produksi Indonesia. |
f) |
Tempat/negara tujuan. |
|
|
12. |
DAFTAR PUSTAKA |
|
1. |
Pracaya. 1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta
: PT. Penebar Swadaya |
2. |
Rahardi, F. 1990. ‘Trend Baru Pohon Sawo dalam Pot’,
Trubus (Agustus) No. 249 Th. XXI |
3. |
Tim Penulis PS. 1993. Menanam Sawo di Pot dan di Kebun. Jakarta
: PT. Penebar Swadaya |
4. |
Wudianto, Rini. 1987. Membuat Cangkok,
Stek, dan Okulasi . Jakarta : PT. Penebar Swadaya
|
|