1. |
PENDAHULUAN |
|
Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau
lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang
pesat dan telah banyak dipelihara oleh peternak-peternak maupun masyarakat
umum sebagai usaha untuk pemanfaatan pekarangan, pemenuhan gizi keluarga
serta meningkatkan pendapatan.
Dikarenakan dengan pemeliharaan sistem tradisional, produksi telur
ayam buras sangat rendah, ± 60 butir/tahun/ekor. Berat badan
pejantan tak lebih dari 1,9 kg dan betina ± 1,2 ~ 1,5 kg, maka
perlu diintensifkan. Pemeliharaan yang intensif pada ayam buras, dapat
meningkatkan produksi telur dan daging, dapat mencegah wabah penyakit
dan memudahkan tata laksana.
Sistem pemeliharaan ayam buras meliputi : bibit, pemeliharaan, perkandangan,
pakan dan pencegahan penyakit. |
2. |
BIBIT |
|
Ciri-ciri bibit yang baik :
a. |
Ayam jantan
- Badan kuat dan panjang.
- Tulang supit rapat.
- Sayap kuat dan bulu-bulunya teratur rapih.
- Paruh bersih.
- Mata jernih.
- Kaki dan kuku bersih, sisik-sisik teratur.
- Terdapat taji. |
b. |
Ayam betina (petelur) yang baik
- Kepala halus.
- Matanya terang/jernih.
- Mukanya sedang (tidak terlalu lebar).
- Paruh pendek dan kuat.
- Jengger dan pial halus.
- Badannya cukup besar dan perutnya luas.
- Jarak antara tulang dada dan tulang belakang ± 4 jari.
- Jarak antara tulang pubis ± 3 jari. |
|
3. |
PEMELIHARAAN |
|
Ada 3 (tiga) sistem pemeliharaan :
1) |
Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat
pinggang, topi, jaket. |
2) |
Tulang, dapat diolah menjadi bahan bahan perekat/lem,
tepung tulang dan barang kerajinan |
3) |
Tanduk, digunakan sebagai bahan kerajinan seperti:
sisir, hiasan dinding dan masih banyak manfaat sapi bagi kepentingan
manusia. |
a. Ekstensif (pemeliharaan secara tradisional = ayam dilepas dan mencari
pakan sendiri).
b. Semi intensif (ayam kadang-kadang diberi pakan tambahan).
c. Intensif (ayam dikandangkan dan diberi pakan).
Apabila dibedakan dari umurnya, ada beberapa macam pemeliharaan, yaitu
:
a. Pemeliharaan anak ayam (starter) : 0 - 6 minggu, dimana anak ayam
sepenuhnya diserahkan kepada induk atau induk buatan.
b. Pemeliharaan ayam dara (grower) : 6 - 20 minggu.
c. Pemeliharaan masa bertelur (layer) : 21 minggu sampai afkir (±
2 tahun).
Untuk memperoleh telur tetas yang baik, diperlukan 1 (satu) ekor pejantan
melayani 9 (sembilan) ekor betina, sedangkan untuk menghasilkan telur
konsumsi, pejantan tidak diperlukan. |
4. |
MANFAAT |
|
Memelihara sapi potong sangat menguntungkan,
karena tidak hanya menghasilkan daging dan susu, tetapi juga menghasilkan
pupuk kandang dan
sebagai tenaga kerja. Sapi juga dapat digunakan meranih gerobak, kotoran
sapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik
yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi
sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi
lebih gembur dan subur.
Semua organ tubuh sapi dapat dimanfaatkan antara lain:
1) |
Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat
pinggang, topi, jaket. |
2) |
Tulang, dapat diolah menjadi bahan bahan perekat/lem,
tepung tulang dan barang kerajinan |
3) |
Tanduk, digunakan sebagai bahan kerajinan seperti:
sisir, hiasan dinding dan masih banyak manfaat sapi bagi kepentingan
manusia. |
|
5. |
PERSYARATAN LOKASI |
|
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah
yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai
oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak
minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran
kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan
secara berkelompok di tengah sawah atau ladang. |
6. |
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA |
|
6.1. |
Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam
bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi
yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi
dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara
kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada
dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak
belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat
jalur untuk jalan.
Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya
berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara
hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi
ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih
luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi
yang lebih banyak.
Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah
timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah
padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi.
Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas
kandang yang hangat.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai
harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan,
seperti creolin, lysol, dan bahanbahan lainnya.
Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa
adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina
dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1
m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur
di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat
C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan
pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi
(> 500 m).
Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak
lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa
persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran
dan perlengkapan kandang.
1) |
Konstruksi dan letak kandang
Konstruksi kandang sapi seperti rumah kayu. Atap
kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua sisinya
miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi
dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah
selokan di luar kandang. Maksudnya adalah agar air
yang tampak, termasuk kencing
sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap
kering.
Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan
yang berasal
dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh tertutup
rapat, tetapi agak
terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar.
Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah
air minum yang
bersih. Air minum diberikan secara ad libitum, artinya
harus tersedia dan
tidak boleh kehabisan setiap saat.
Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan
jarak minimal 10 meter
dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran
kandang. Pembuatan
kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok
di tengah sawah/ladang. |
2) |
Ukuran Kandang
Sebelum membuat kandang sebaiknya diperhitungkan
lebih dulu jumlah sapi yang akan dipelihara. Ukuran
kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5
x 2 m. Sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa
adalah 1,8 x 2 m dan untuk seekor anak sapi cukup
1,5x1 m. |
3) |
Perlengkapan Kandang
Termasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat
pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang,
tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak
lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/
tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat
permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi
dari pada permukaan lantai.
Dengan demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur
didalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan
adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk
memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah
untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar dari
gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan
sapi. |
|
|
6.2. |
Pembibitan
Syarat ternak yang harus diperhatikan adalah:
1) |
Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut
telah terdaftar dan lengkap silsilahnya. |
2) |
Matanya tampak cerah dan bersih. |
3) |
Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh,
terganggu pernafasannya serta dari hidung tidak keluar
lendir. |
4) |
Kukunya tidak terasa panas bila diraba. |
5) |
Tidak terlihat adanya eksternal parasit
pada kulit dan bulunya. |
6) |
Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret
pada bagian ekor dan dubur. |
7) |
Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan
kerontokan bulu. |
8) |
Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak
dan tidak berbulu menandakan bahwa pedet masih berumur
kurang lebih dua hari. |
Untuk menghasilkan daging, pilihlah tipe sapi yang cocok yaitu
jenis sapi Bali, sapi Brahman, sapi PO, dan sapi yang cocok
serta banyak dijumpai di daerah setempat. Ciri-ciri sapi potong
tipe pedaging adalah sebagai berikut:
1) |
tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola. |
2) |
kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan. |
3) |
laju pertumbuhannya relatif cepat. |
4) |
efisiensi bahannya tinggi. |
|
6.3. |
Pemeliharaan
Pemeliharaan sapi potong mencakup penyediaan pakan (ransum)
dan pengelolaan kandang. Fungsi kandang dalam pemeliharaan sapi
adalah :
a) Melindungi sapi dari hujan dan panas matahari.
b) Mempermudah perawatan dan pemantauan.
c) Menjaga keamanan dan kesehatan sapi.
Pakan merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan pembangkit
tenaga. Makin baik mutu dan jumlah pakan yang diberikan, makin
besar tenaga yang ditimbulkan dan masih besar pula energi yang
tersimpan dalam bentuk daging.
- Sanitasi dan Tindakan Preventif
Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan
sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan
secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena
sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas.
- Pemberian Pakan
Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa
hijauan. Sapi dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui,
dan supaya tidak jenuh memerlukan pakan yang memadai
dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu
penggembalaan (Pasture fattening), kereman (dry lot
faatening) dan kombinasi cara pertama dan kedua.
Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di
padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang
mempunyai tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan
waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka
tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena
sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput.
Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan
yang yang dikenal dengan istilah kereman. Sapi yang
dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat
lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira
sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan
1% - 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak
halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas
tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam
rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah
mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus.
Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan
perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.
Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi
antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya,
jenis hijauan dibagi
menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering,
dan silase. Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan,
kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya.
Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah,
rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro.
Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang sengaja
dikeringkan dengan tujuan agar tahan disimpan lebih
lama. Termasuk dalam hijauan kering adalah jerami
padi, jerami kacang tanah, jerami jagung, dsb. yang
biasa digunakan pada musim kemarau. Hijauan ini tergolong
jenis pakan yang banyak mengandung serat kasar.
Hijauan segar dapat diawetkan menjadi silase. Secara
singkat pembuatan silase ini dapat dijelaskan sebagai
berikut: hijauan yang akan dibuat silase ditutup rapat,
sehingga terjadi proses fermentasi. Hasil dari proses
inilah yang disebut silase. Contoh-contoh silase yang
telah memasyarakat antara lain silase jagung, silase
rumput, silase jerami padi, dll.
- Pemeliharaan Kandang
Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses
fermentasi (+1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk
kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak
boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi
udara didalamnya berjalan lancar.
Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat.
Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang
tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak
lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak
atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air
minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan
sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan
pula peralatan untuk memandikan sapi.
|
|
|
7. |
HAMA DAN PENYAKIT |
|
7.1. |
Penyakit
1. |
Penyakit antraks
Penyebab:
Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung,
makanan/minuman atau pernafasan.
Gejala:
(1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar; (2) gangguan
pernafasan; (3) pembengkakan pada kelenjar dada, leher,
alat kelamin dan badan penuh bisul; (4) kadang-kadang
darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung,
telinga, mulut, anus dan vagina; (5) kotoran ternak
cair dan sering bercampur darah; (6) limpa bengkak dan
berwarna kehitaman.
Pengendalian:
vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi
yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
|
2. |
Penyakit mulut dan kuku (PMK)
atau penyakit Apthae epizootica (AE)
Penyebab:
virus ini menular melalui kontak langsung melalui air
kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar
kuman AE.
Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau
tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan
yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun
drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan
sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan. Pengendalian:
vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara
terpisah. |
3. |
Penyakit ngorok/mendekur atau
penyakit Septichaema epizootica (SE)
Penyebab:
bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan
dan minuman yang tercemar bakteri. Gejala:
(1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak,
berwarna merah dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulva
membengkak; (3) paru-paru meradang, selaput lendir usus
dan perut masam dan berwarna merah tua; (4) demam dan
sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam
keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara
12-36 jam. Pengendalian:
vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa. |
4. |
Penyakit radang kuku atau kuku
busuk (foot rot)
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang
yang basah dan kotor. Gejala:
(1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan
cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh
benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang
dan akhirnya bisa lumpuh. |
|
7.2. |
Pengendalian
Pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan
sapi dengan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga
kesehatan sapi adalah:
1. |
Menjaga kebersihan kandang beserta
peralatannya, termasuk memandikan sapi.
|
2. |
Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat
dan segera dilakukan pengobatan. |
3. |
Mengusakan lantai kandang selalu kering. |
4. |
Memeriksa kesehatan sapi secara teratur
dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk. |
|
|
8. |
P A N E N |
|
8.1. |
Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya sapi potong adalah dagingnya |
8.2. |
Hasil Tambahan
Selain daging yang menjadi hasil budidaya, kulit dan kotorannya
juga sebagai hasil tambahan dari budidaya sapi potong. |
|
9. |
PASCA PANEN |
|
9.1. |
Stoving
Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan
sapi agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:
1. |
Ternak sapi harus diistirahatkan sebelum
pemotongan |
2. |
Ternak sapi harus bersih, bebas dari tanah
dan kotoran lain yang dapat mencemari daging. |
3. |
Pemotongan ternak harus dilakukan secepat
mungkin, dan rasa sakit yang diderita ternak diusahakan
sekecil mungkin dan darah harus keluar secara tuntas. |
4. |
Semua proses yang digunakan harus dirancang
untuk mengurangi jumlah dan jenis mikroorganisme pencemar
seminimal mungkin. |
|
9.2. |
Pengulitan
Pengulitan pada sapi yang telah disembelih dapat dilakukan dengan
menggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak.
Kulit sapi
dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang
menempel. Jika sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat
dari kayu, kulit sapi dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi
yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah
dalam posisi sudut 45 derajat. |
9.3. |
Pengeluaran Jeroan
Setelah sapi dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering
disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas
(daging) pada bagian perut sapi. |
9.4. |
Pemotongan Karkas
Akhir dari suatu peternakan sapi potong adalah menghasilkan
karkas berkualitas dan berkuantitas tinggi sehingga recahan
daging yang dapat dikonsumsipun tinggi. Seekor ternak sapi dianggap
baik apabila dapat menghasilkan karkas sebesar 59% dari bobot
tubuh sapi tersebut dan akhirnya akan diperoleh 46,50% recahan
daging yang dapat dikonsumsi. Sehingga dapat dikatakan bahwa
dari seekor sapi yang dipotong tidak akan seluruhnya menjadi
karkas dan dari seluruh karkas tidak akan seluruhnya menghasilkan
daging yang dapat dikonsumsi manusia. Oleh karena itu, untuk
menduga hasil karkas dan daging yang akan diperoleh, dilakukan
penilaian dahulu sebelum ternak sapi potong. Di negara maju
terdapat spesifikasi untuk pengkelasan (grading) terhadap steer,
heifer dan cow yang akan dipotong.
Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh bagian
kiri dan karkas tubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi
sub-bagian leher, paha depan, paha belakang, rusuk dan punggung.
Potongan tersebut dipisahkan menjadi komponen daging, lemak,
tulang dan tendon. Pemotongan karkas harus mendapat penanganan
yang baik supaya tidak cepat menjadi rusak, terutama kualitas
dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas dipengaruhi oleh peran
mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran jeroan.
Daging dari karkas mempunyai beberapa golongan kualitas kelas
sesuai dengan lokasinya pada rangka tubuh. Daging kualitas pertama
adalah daging di daerah paha (round) kurang lebih 20%, nomor
dua adalah daging daerah pinggang (loin), lebih kurang 17%,
nomor tiga adalah daging daerah punggung dan tulang rusuk (rib)
kurang lebih 9%, nomor empat adalah daging daerah bahu (chuck)
lebih kurang 26%, nomor lima adalah daging daerah dada (brisk)
lebih kurang 5%, nomor enam daging daerah perut (frank) lebih
kurang 4%, nomor tujuh adalah daging daerah rusuk bagian bawah
sampai perut bagian bawah (plate & suet) lebih kurang 11%,
dan nomor delapan adalah daging bagian kaki depan (foreshank)
lebih kurang 2,1%. Persentase bagian-bagian dari karkas tersebut
di atas dihitung dari berat karkas (100%).
Persentase recahan karkas dihitung sebagai berikut:
Persentase
recahan karkas = Jumlah berat recahan / berat karkas x
100 % |
Istilah untuk sisa karkas yang dapat dimakan disebut edible
offal, sedangkan yang tidak dapat dimakan disebut inedible offal
(misalnya: tanduk, bulu, saluran kemih, dan bagian lain yang
tidak dapat dimakan). |
|
10. |
ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN |
|
10.1. |
Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya sapi potong kereman setahun di Bangli
skala 25 ekor pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
1) Biaya Produksi
a. |
Pembelian 25 ekor bakalan : 25 x 250 kg
x Rp. 7.800,- |
Rp. 48.750.000,- |
b. |
Kandang |
Rp. 1.000.000,- |
c. |
Pakan
- Hijauan: 25 x 35 kg x Rp.37,50 x 365 hari
- Konsentrat: 25 x 2kg x Rp. 410,- x 365 hari |
Rp. 12.000.000,-
Rp. 7.482.500,- |
d. |
Retribusi kesehatan ternak: 25 x Rp. 3.000,-
|
Rp. 75.000,- |
|
Jumlah biaya produksi |
Rp. 69.307.500,- |
2) Pendapatan
a. |
Penjualan sapi kereman
Tambahan berat badan: 25 x 365 x 0,8 kg = 7.300 kg
Berat sapi setelah setahun: (25 x 250 kg) + 7.300 kg =
13.550 kg
Harga jual sapi hidup: Rp. 8.200,-/kg x 13.550 kg |
Rp. 111.110.000,- |
b. |
Penjualan kotoran basah: 25 x 365 x 10 kg
x Rp. 12,- |
Rp. 1.095.000,- |
|
Jumlah pendapatan |
Rp. 112.205.000,- |
3) Keuntungan
a. |
Tanpa memperhitungkan biaya tenaga internal
keuntungan Penggemukan 25 ekor sapi selama setahun. |
Rp. 42.897.500,- |
4) Parameter kelayakan usaha
|
10.2. |
Gambaran Peluang Agribisnis
Sapi potong mempunyai potensi ekonomi yang tinggi baik sebagai
ternak potong maupun ternak bibit. Selama ini sapi potong dapat
mempunyai kebutuhan daging untuk lokal seperti rumah tangga,
hotel, restoran, industri pengolahan, perdagangan antar pulau.
Pasaran utamanya adalah kota-kota besar seperti kota metropolitan
Jakarta.
Konsumen untuk daging di Indonesia dapat digolongkan ke dalam
beberapa segmen yaitu :
a) |
Konsumen Akhir
Konsumen akhir, atau disebut konsumen rumah tangga adalah
pembeli-pembeli yang membeli untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan individunya. Golongan ini mencakup porsi
yang paling besar dalam konsumsi daging, diperkirakan
mencapai 98% dari konsumsi total.
Mereka ini dapat dikelompokkan lagi ke dalam ova sub
segmen yaitu :
1. |
Konsumen dalam negeri ( Golongan
menengah keatas )
Segmen ini merupakan segmen terbesar yang kebutuhan
dagingnya kebanyakan dipenuhi dari pasokan dalam
negeri yang masih belum memperhatikan kualitas
tertentu sebagai persyaratan kesehatan maupun
selera. |
2. |
Konsumen asing
Konsumen asing yang mencakup keluarga-keluarga diplomat,
karyawan perusahaan dan sebagian pelancong ini porsinya
relatif kecil dan tidak signifikan. Di samping itu
juga kemungkinan terdapat konsumen manca negara
yang selama ini belum terjangkau oleh pemasok dalam
negeri, artinya ekspor belum dilakukan/jika dilakukan
porsinya tidak signifikan. |
|
b) |
Konsumen Industri
Konsumen industri merupakan pembeli-pembeli yang menggunakan
daging untuk diolah kembali menjadi produk lain dan dijual
lagi guna mendapatkan laba. Konsumen ini terutama meliputi:
hotel dan restauran dan yang jumlahnya semakin meningkat |
Adapun mengenai tata niaga daging di negara kita diatur dalam
inpres nomor 4 tahun 1985 mengenai kebijakansanakan kelancaran
arus barang untuk menunjang kegiatan ekonomi. Di Indonesia terdapat
3 organisasi yang bertindak seperti pemasok daging yaitu :
a) |
KOPPHI (Koperasi Pemotongan Hewan Indonesia),
yang mewakili pemasok produksi peternakan rakyat. |
b) |
APFINDO (Asosiasi Peternak Feedlot (penggemukan)
Indonesia), yang mewakili peternak penggemukan |
c) |
ASPIDI (Asosiasi Pengusaha Importir Daging
Indonesia). |
|
|
11. |
DAFTAR PUSTAKA |
|
1. |
Abbas Siregar Djarijah. 1996, Usaha Ternak Sapi,
Kanisius, Yogyakarta. |
2. |
Yusni Bandini. 1997, Sapi Bali, Penebar Swadaya, Jakarta. |
3. |
Teuku Nusyirwan Jacoeb dan Sayid Munandar. 1991, Petunjuk
Teknis Pemeliharaan Sapi Potong, Direktorat Bina Produksi Peternaka |
4. |
Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta
Undang Santosa. 1995, Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi,
Penebar Swadaya, Jakarta. |
5. |
Lokakarya Nasional Manajemen Industri Peternakan. 24 Januari
1994,Program Magister Manajemen UGM, Yogyakarta. |
6. |
Kohl, RL. and J.N. Uhl. 1986, Marketing of Agricultural Products,
5 th ed, Macmillan Publishing Co, New York. |
|
12. |
KONTAK HUBUNGAN
1. |
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan
– BAPPENAS
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021
390 9829 |
2. |
Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan
dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin
No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax.
+62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id
|
|
|
|
|
Sumber :
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas |