A. Hama
1. Ulat buah tomat (Heliothis armigera Hubner.)
Ciri: panjang
ulat ± 4 cm dan akan makin panjang pada temperatur rendah. Warna ulat
bervariasi dari hijau, hijau kekuning-kuningan, hijau kecoklat-coklatan,
kecoklat-coklatan sampai hitam. Pada badan ulat bagian samping ada garis
bergelombang memanjang, berwarna lebih muda. Pada tubuhnya kelihatan banyak
kutil dan berbulu. Telur berbentuk bulat berwarna kekuning-kuningan mengkilap
dan sesudah 2-4 hari berubah warna menjadi coklat. Panjang sayap ngengat bila
dibentangkan ± 4 cm dan panjang badan antara 1,5-2,0 cm. Sayap bagian muka
berwarna coklat dan sayap belakang berwarna putih dengan tepi coklat.
Gejala: ulat ini
menyerang daun, bunga dan buah tomat. Ulat ini sering membuat lobang pada buah
tomat secara berpindah-pindah. Buah yang dilubangi pada umumnya terkena infeksi
sehingga buah menjadi busuk lunak. Pengendalian: (1) ngengat tertarik pada
cahaya ultraviolet sehingga dengan sinar tersebut diadakan perangkap; (2) telur
dan ulat adapat dikumpulkan dan dibakar atau dimatikan; (3) ditepi kebun
ditanam jagung untuk mengurangi serangan pada tanaman tomat; (4) tanaman liar
disekitar areal pertanaman tomat dibersihkan; (5) disemprot dengan insektisida,
misalnya Diazinon dan Cymbush.
2. Kutu daun apish hijau
Kutu ini termasuk famili Aphididae
dari ordo Hemiptera yang sering disebut aphis tomat, aphis tembakau atau aphis
kentang. Kutu hijau ini menjadi vektor (penyalur) virus sehingga tomat dapat
terserang penyakit virus. Ciri: kutu
ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap. Panjang kutu yang bersayap
antara 2-2,5 mm, kepala dan dadanya berwarna coklat sampai hitam dan perutnya
hijau kekuning-kuningan. Ukuran antena sepanjang badannya.
Panjang kutu yang tidak bersayap antara 1,8-2,3 mm berwarna hijau
kekuning-kuningan. Gejala: daun
tomat yang diserang bentuknya jelek, keriting, kerdil, melengkung ke bawah,
menyempit seperti pita, klorosis, mosaik dan daun menjadi rapuh.
Pengendalian: (1) gulma di
sekitar areal tanaman tomat harus dibersihkan karena dapat menjadi tempat
berlindung kutu; (2) pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan cara
dipijit sehingga kutu aphis tersebut mati; (3) pengendalian secara kimiawi
dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida.
3. Lalat
putih (kutu kabut, kutu kepul)
Kutu ini termasuk famili Aleyrodidae
dari ordo Hemiptera. Kutu ini bila terganggu akan berhamburan seperti kabut
atau kepul putih. Ciri: Panjang kutu
putih dewasa hanya ± 1 mm berwarna putih kekuning-kuningan, tertutup tepung
seperti lilin putih, memiliki 2 pasang sayap berwarna putih dengan bentangan ±
2 mm, dan bermata merah. Lalat putih betina berukuran lebih besar daripada
lalat jantan. Telur berbentuk elips sepanjang antara 0,2-0,3 mm. Panjang
pulpa ± 0,7 mm, berbentuk oval serta datar dan badannya seperti sisik pada
daun.
Gejala: tanaman tomat
yang terserang seperti diselimuti tepung putih yang bila dipegang akan
berterbangan. Serangan mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat/kerdil, daun
mengecil, dan menggulung ke atas.
Pengendalian: (1) digunakan
musuh alami hama, misalnya beberapa jenis tabuhan yang merupakan parasit lalat
putih dan beberapa jenis lembing guna memakan telur lalat putih; (2) gulma di
sekitar tanaman tomat harus dibersihkan supaya tidak menjadi inang lalat putih;
(3) tanaman tomat terserang virus harus segera dicabut dan dibakar; (4)
pertanaman tomat dapat diberi mulsa jerami atau mulsa plastik; (5) disemprot
dengan Diazinon, Malathion, Azinpos-methyl dan lain-lain.
4.
Kutu daun thrips
Kutu daun thrips termasuk famili
Thripidae dari ordo Thysanoptera. Ciri:
panjang thrips antara 1-1,2 mm, berwarna hitam, bergaris merah atau tidak
bercak merah. Nimfa (thrips muda) berwarna putih atau putih kekuningan, tidak
bersayap dan kadang-kadang berbercak merah. Thrips dewasa bersayap dan berambut
berumbai-rumbai. Telur thrips berbentuk seperti ginjal atau oval.
Gejala: Thrips
mengisap cairan pada permukaan daun dimana daun yang telah diisap menjadi
berwarna putih seperti perak karena udara masuk ke dalamnya. Bila
terjadi serangan hebat, daun menjadi kering dan mati. Tanaman muda yang
terserang akan layu dan mati. Pengendalian:
(1) tanaman yang kekurangan air lebih banyak diserang thrips. Untuk itu,
tanaman tomat harus disiram dengan air yang cukup; (2) gulma di areal tanaman
tomat harus dibersihkan agar tidak menjadi tempat berlindung thrips; (3)
disemprot dengan insektisida, misalnya Diazinon, Malathion dan Monocrotophos.
5. Lalat buah
Lalat ini termasuk famili Trypetidae
(Tephritidae) dari ordo Diptera. Ciri:
mempunyai sayap transparan sepanjang 5-7 mm, panjang badan 6-8 mm. Perut
berwarna coklat muda dengan garis melintang berwarna coklat tua, dada berwarna
coklat tua dengan bercak kuning atau putih. Belatung muda
berwarna putih, tetapi bila dewasa berwarna kekuning-kuningan. Panjang belatung ± 1 cm. Belatung ini
terletak di dalam daging buah. Telur lalat berukuran kecil-kecil, panjangnya ±
1,2 mm, kedua ujungnya runcing, dan berwarna putih.
Gejala: buah tomat
menjadi busuk karena terserang cendawan atau bakteri. Bila buah dibuka akan
kelihatan ada belatung berwarna putih. Belatung dewasa berwarna
kekuning-kuningan dan bila disentuh akan melenting sejauh ± 30 cm untuk
menyelamatkan diri.
Pengendalian: (1) pada waktu
mencangkul, tanah harus dibalik dan dibiarkan beberapa hari sampai beberapa
minggu agar terkena sinar matahari sehingga pupa lalat mati; (2) ditangkap
dengan menggunakan umpan yang dapat memikat lalat jantan; (3) buah yang terserang
segera dipetik dan dibakar; (4) gulma di daerah pertanaman tomat harus selalu
dibersihkan.
6.
Nematoda bengkak akar
Ciri: bentuk
nematoda bisul akar seperti cacing kecil sepanjang antara 200-1000 m. Untuk
mengamati hama
ini harus digunakan mikroskop. Pada mulutnya terdapat stylet yang berbentuk
seperti jarum runcing, untuk menusuk dan menarik kembali cairan dalam mulut.
Ukuran badan nematoda betina sedikit lebih gemuk.
Gejala: akar
tanaman membengkak memanjang atau bulat, akibatnya tanaman (akar) akan
mengalami kesulitan mengambil air dari tanah sehingga terjadi klorosis, yakni
warna daun tidak normal, pertumbuhan terhambat, layu, buah kecil serta sedikit
dan cepat menjadi tua. Serangan nematoda ini dapat mengurangi produksi sampai
50% atau lebih.
Pengendalian: (1)
tanah dicangkul dan dibiarkan beberapa waktu agar terkena sinar matahari; (2)
tanah digenangi air yang cukup lama supaya nematoda mati; (3) menggunakan bahan
kimia Nematisida, misalnya Furadan, Curater, Petrofur, Indofuran, dan Temik;
(5) menanam varietas tomat yang resisten; (4) tanaman yang terserang harus
segera dicabut dan dibakar; (5) gulma di areal tamanan tomat dibersihkan; (6)
diberi pupuk organik (pupuk kandang atau kompos).
B. Penyakit karena Cendawan 1. Penyakit layu fusarium
Infeksi terjadi lewat akar, kemudian
menyerang jaringan pembuluh. Jaringan xylem yang terserang warnanya menjadi
coklat dan serangan ini dengan cepat menuju ke atas. Aliran air ke daun
akan terhambat sehingga daun akan layu dan menguning. Cendawan ini membentuk
polipeptida (likomarasmin) yang menggangu permeabilitas membran plasma,
sehingga perjalanan air dari bawah ke atas terhambat.
Gejala: pada malam
hari sampai pagi masih kelihatan segar, tetapi setelah ada sinar matahari dan
terjadi penguapan, tanaman tersebut menjadi layu. Sore hari mungkin masih dapat
segar lagi tetapi keesokan harinya mulai layu lagi. Akhirnya, tanaman layu akan
mati.
Pengendalian: (1) menanam
varietas tomat yang resisten (tahan); (2) diberi mulsa plastik transparan untuk
menaikkan suhu tanah agar penyakit fusarium mati; (3) menanam tanaman tomat di
tanah yang bebas nematoda; (4) menggunakan alat yang bersih dari penyakit layu;
(5) tanah yang telah ditanami tomat yang terserang penyakit layu tidak boleh
ditanami tomat dalam waktu lama dan tidak boleh menanam tanaman yang termasuk
solanase; (6) tanaman yang layu harus segera dicabut dan dibakar; (7) tanaman
tomat disambung dengan cepokak (Solanum
torvum), atau terung engkol (Solanum
macrocarpon).
2. Bercak daun septoria
Penyebab:
cendawan Septoria lycopersici Speg.
yang merusak daun dan menyerang tanaman tomat yang masih muda ataupun tua.
Gejala:
terlihat bercak bulat kecil berair pada kedua permukaan daun dibagian bawah.
Bercak tersebut berwarna coklat muda, kemudian menjadi kelabu dengan tepi
kehitaman. Garis tengah bercak ± 2 mm. Serangan yang hebat menyebabkan daun
tomat menggulung, mengering dan rontok.
Pengendalian :
(1) gulma dan sisa tanaman tomat yang telah mati dibersihkan dan dibakar,
jangan dipendam dalam tanah; (2) dilakukan rotasi tanaman, dengan menanam
tanaman lain yang berbeda famili; (3) menanam tanaman tomat yang resisten; (4)
disemprot dengan fungisida misalnya, zineb dan maneb.
3. Penyakit bercak coklat
Penyebab: Alternaria solani Sor. Gejala: daun tomat yang terserang
tampak bulat coklat atau bersudut, dengan diameter 2-4 mm, dan berwarna coklat
sampai hitam. Bercak itu menjadi jaringan nekrosis yang mempunyai garis-garis
lingkaran sepusat. Jaringan nekrosis ini dikelilingi lingkaran yang
berwarna kuning (sel klorosis). Bila serangan mengganas, bercak akan membesar
dan kemudian bersatu sehingga daun menjadi kuning, layu dan mati. Bunga yang
terinfeksi akan gugur. Buah muda atau masak yang terserang penyakit ini menjadi
busuk, berwarna hitam, dan cekung, serta meluas ke seluruh buah. Penyakit ini
biasanya dimulai dari pangkal buah (ujung tangkai) yang berwarna coklat tua dan
cekung, bergaris tengah 5-20 mm dan tertutup massa spora hitam seperti beledu.
Pengendalian: (1) menanam
biji yang bebas penyakit atau biji terdesinfeksi; (2) tanaman yang sakit segera
dicabut dan dibakar; (3) bekas tanaman tomat, terung, kentang, dan tanaman yang
termasuk Solanase tidak boleh dipendam di areal pertanaman tomat, tapi harus
dikumpulkan di tempat lain dan dibakar; (4) melakukan rotasi tanaman; (5)
penyiraman harus menggunakan air bersih yang tidak tercemar penyakit; (6)
drainase harus diatur dengan baik agar tanaman tidak tergenang air; (7) gulma
di areal pertanaman harus selalu dibersihkan; (8) pembibitan dan penanaman
jangan terlalu rapat; (9) disemprot dengan carbamat, zineb atau maneb.
4. Penyakit busuk daun
Penyebab:
cendawan Phytophthora infestans (Mont.) de bary. Gejala: daun tomat yang terserang
berbercak coklat sampai hitam. Mula-mula pada ujung atau sisi daun, hanya
tampak beberapa milimeter, tetapi akhirnya meluas sampai ke seluruh daun dan
tangkai daun. Penyakit ini mulai menyerang pangkal buah, yang menimbulkan
bercak berair yang berwarna hijau kelabu sampai coklat.
Pengendalian:
(1) tanaman yang telah terserang segera dicabut dan dibakar; (2) tanaman yang
sakit tidak boleh dipendam di areal pertanaman tomat; (3) menanam varietas
tomat yang resisten; (4) melakukan rotasi tanaman; (5) tanah yang telah
dicangkul dibiarkan beberapa waktu agar terkena sinar matahari; (6) disemprot
dengan fungisida, misalnya Dithane M-45, Difolatan, zineb, propineb, atau
maneb.
5. Penyakit
busuk buah Rhizoctonia
Penyebab:
cendawan Thanatephorus cucumeris
(Frank) Donk. Gejala: muncul bercak
cekung kecil berwarna coklat. Bercak ini membesar dan timbul
lingkaran-lingkaran sepusat. Warna bercak menjadi coklat tua dan bagian
tengahnya sering kali retak.
Pengendalian:
(1) air pengairan harus bersih dan bebas penyakit; (2) penanaman jangan terlalu
dalam; (3) diberi lanjaran supaya buah tomat tidak menyentuh tanah; (4) diberi
mulsa plastik transparan; (5) menanam varietas tomat yang resisten; (6)
melakukan rotasi tanaman; (7) gulma dan sisa-sisa tanaman sakit harus
dibersihkan dan dibakar; (8) disemprot dengan fungisida yang mempunyai bahan
aktif chlorothalonil dengan interval 7-8 hari sekali untuk menanggulangi
timbulnya penyakit busuk buah.
6. Busuk buah antraknosa
Penyebab:
cendawan Colletotrichum coccodes
(Wallr.) Hughes. Penyakit ini dapat menyerang buah, batang dan
akar tanaman tomat. Gejala: buah
tomat tampak ada bercak kecil berair, bulat dan cekung yang makin membesar,
berwarna coklat, kelihatan ada lingkaran-lingkaran sepusat, dan kemudian
menjadi hitam. Pada pangkal buah kelihatan ada bercak ungu yang terletak dekat
tangkai. Bila serangan terjadi pada akar dan batang, warna jaringan cortex akan
menjadi coklat dan daun menjadi layu.
Pengendalian: (1) sisa
tanaman sakit tidak boleh dipendam dalam tanah; (2) melakukan rotasi tanaman
selama 1-2 tahun; (3) diberi mulsa dan lanjaran agar buah tidak menyentuh
tanah; (4) menanam tanaman tomat yang resisten; (5) disemprot dengan fungisida
yang mempunyai bahan aktif kaptafol.
C. Penyakit karena Bakteri
1. Penyakit
layu
Penyebab: Pseudomonas solanacearum (E.F. Sm)
E.F.Sm. Gejala: tanaman yang
diserang penyakit ini lebih cepat layu. Tanaman yang telah terinfeksi daunnya masih hijau tetapi
kemudian tiba-tiba layu, terutama pucuk daun yang masih muda, dan daun bagian
bawah menguning. Tanaman yang terinfeksi menjadi kerdil, daun menggulung ke
bawah, dan kadang-kadang terbentuk akar adventif sepanjang batang tomat.
Tanaman yang terserang biasanya akan roboh dan mati.
Pengendalian:
(1) melakukan rotasi tanaman dan tidak boleh menanam jenis-jenis tanaman yang
termasuk famili Solanaceae; (2) gulma di areal pertanaman dibersihkan; (3)
menanam varietas tomat yang resisten; (4) tanaman disambung dengan batang bawah
cepokak; (5) tanaman disemprot dengan antibiotika; (6) tanaman yang sakit
dicabut dan dibakar; (7) tanah yang telah dicangkul dibiarkan beberapa waktu
agar cukup terkena sinar matahari.
2. Kerak
bakteri, bercak bakteri
Gejala: adanya
bercak berair kecil pada daun dan batang; bercak berair ini akan mengering,
cekung dan berwarna coklat keabu-abuan garis tengah 1-5 mm; tanaman tomat yang
terserang daun-daunnya mengeriting ke bawah dan mengering; batang yang terluka
menyerupai kerak panjang dan berwarna keabu-abuan; daun yang terserang
mengalami klorosis dan gugur; pada buah yang terserang mula-mula kelihatan
bercak berair, kemudian berubah menjadi bercak bergabus.
Pengendalian:
(1) melakukan rotasi tanaman dengan tanaman yang berbeda famili; (2) menanam
biji dari tanaman tomat yang sehat; (3) menanam tanaman tomat yang resisten;
(4) tanaman yang sakit harus segera dicabut dan dibakar; (5) tanaman tomat yang
mati tidak boleh dipendam dalam tanah; (6) menyiram tanaman dengan air yang
bersih dan bebas penyakit.
|
Written by @dmin | |
Thursday, 07 June 2012 |