![]()
1.1. Iklim
a) Talas
tumbuh tersebar di daerah tropis, sub tropis dan di daerah beriklim sedang.
Pembudidayaan talas dapat dilakukan pada daerah beriklim lembab (curah hujan
tinggi) dan daerah beriklim kering (curah hujan rendah), tetapi ada
kecenderungan bahwa produk talas akan lebih baik pada daerah yang beriklim
rendah atau iklim panas.
b) Curah hujan optimum untuk pertumbuhan tanaman talas
adalah 175 cm pertahun. Talas juga dapat tumbuh di
dataran tinggi, pada tanah tadah hujan dan tumbuh sangat baik pada lahan yang
bercurah hujan 2000 mm/tahun atau lebih.
c) Selama
pertumbuhan tanaman talas menyukai tempat terbuka dengan penyinaran penuh serta
tanaman ini mudah tumbuh pada lingkungan dengan suhu 25-30 °C dan kelembaban
tinggi.
1.2. Media
Tanam
a) Tanaman
talas menyukai tanah yang gembur, kaya akan bahan organik atau humus.
b) Tanaman
ini dapat tumbuh pada daerah dengan berbagai jenis tanah, misal tanah lempung
yang subur berwarna, tanah vulkanik, andosol, atau tanah latosol.
c) Untuk
mendapatkan hasil yang tinggi, tanaman talas harus tumbuh di tanah berdrainase
baik dan pH 5,5-6,5. Tanah yang bergambut sangat baik untuk talas, tetapi harus
diberi kapur sebanyak 1 ton/ha bila pH-nya di bawah 5,0.
d) Tanaman
talas membutuhkan tanah yang lembab dan cukup air. Apabila tidak tersedia air
yang cukup atau mengalami musim kemarau yang panjang, tanaman talas akan sulit
tumbuh. Musim tanam yang cocok untuk tanaman ini adalah menjelang musim hujan.
II. PEDOMAN BUDIDAYA
2.1. Pembibitan
Pembibitan tanaman talas dapat dilakukan dengan tunas
atau umbi. Adapun langkah-langkah pembibitan talas adalah sebagai berikut :
a. Penyiapan
bibit
Pada umumnya pertanaman talas
masih dijalankan secara tradisional, dimana bibit yang berupa anakan, diperoleh
dari pertanaman sebelumnya. Bibit yang baik merupakan anakan kedua atau ketiga
dari pertanaman talas. Anakan tersebut setelah dipisahkan dari tanaman induk,
disimpan di tempat yang lembab, untuk digunakan pada musim tanam berikutnya.
b. Teknik penyemaian bibit
Penanaman talas sangat mudah dilakukan, hanya
memerlukan ketekunan dan keterampilan sederhana. Pertama, persiapkan bibit yang
berasal dari tunas atau umbi. Bila bibit diambil dari tunas, maka tunas itu
diperoleh dari talas yang telah berumur 5-7 bulan, yaitu tunas kedua dan
ketiga. Bila bibit berasal dari umbi, sebaiknya dipilih bagian umbi yang dekat
titik tumbuh, kemudian iris dan tinggalkan satu mata bakal tunas. Umbi yang
diiris dianginkan dulu, dan sewaktu disemaikan lapisan bagian dalam irisan
dilapisi abu. Baru setelah berdaun 2-3 lembar, umbi siap ditanam pada tanah
yang telah diolah sampai gembur, dengan jarak tanam 75 x 75 cm dan dalam 30 cm.
Pengaturan jarak tanam tergantung dari varietas dan ukuran tanaman. Talas
biasanya ditanam dalam dua baris di bedengan selebar 1,2 m dengan jarak 45 cm
di dalam baris.
2.2.
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan cara
dibajak atau dicangkul hingga tanah menjadi gembur. Setelah itu dibuat bedengan
dengan lebar 1,2 m, panjang disesuaikan kebutuhan, dan jarak antar bedengan 45
cm.
2.3.
Penanaman
Jarak tanam untuk tanaman talas
adalah 75 x 75 cm, 70 x 70 cm, atau 50 x 70 cm. Dalam satu
bedengan biasanya terdapat 2 barisan tanaman. Pemilihan jarak tanam biasanya
disesuaikan dengan kondisi tanah dan keadaan musim. Pada musim hujan, jarak
tanam yang digunakan akan lebih lebar dibandingkan dengan musim kemarau. Penanaman
talas sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Bibit talas ditanam dengan
cara meletakkan bibit tegak lurus di tengah-tengah lubang, kemudian ditimbun
sedikit dengan tanah agar dapat berdiri tegak. Penimbunan ini kira-kira sedalam
7 cm, sehingga lubang tanam tidak seluruhnya tertutup oleh tanah.
2.4.
Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiangan
dan pembumbunan
Penyiangan biasanya dilakukan
pada umur 1 bulan setelah tanam. Penyiangan perlu dilakukan agar tanaman bebas
dari gangguan gulma yang dapat menjadi pesaing dalam penyerapan unsur-unsur
hara. Sedangkan Pembumbunan perlu dilakukan untuk menutup pangkal batang dan
akar bagian atas agar tanaman lebih kokoh dan tahan oleh terpaan angin. Pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
b. Pemupukan
Pemupukan
dasar dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah, yaitu dengan menambahkan
pupuk kandang sebanyak 1 ton/hektar. Sedangkan pemupukan pertama dilakukan 1
bulan setelah bibit di tanam, yaitu dengan menggunakan sebanyak 100 kg Urea dan
50 kg Sp-36 per hektar. Aplikasi pemupukan yaitu dengan cara membuat lubang
pupuk disamping lubang tanam dengan jarak 3 cm. Pemupukan kedua dan ketiga
dilakukan pada umur tanaman 3 bulan dan umur 5 bulan, masing-masing menggunakan
Urea sebanyak 100 kg per hektar. Aplikasi dapat dilakukan dengan membuat
larikan disamping baris tanaman sejauh 7 cm pada pemupukan umur 3 bulan dan 10
cm pada pemupukan umur 5 bulan.
c. Pengendalian hama dan penyakit
1) Hama
a. Serangga Aphis gossypii (Hemiptera: Aphididae)
Baik nimfa maupun dewasa yang
bersayap dan tidak bersayap mengisap cairan daun.
Gejala: daun menjadi agak keriting. Aphis mengeluarkan cairan madu yang dapat menarik semut. Serangga ini tersebar di seluruh dunia, kecuali di daerah dingin seperti di Siberia dan Kanada.
Pengendalian: penggunaan insektisida pada
tanaman talas dinilai kurang ekonomis, kecuali apabila tingkat serangan sangat
tinggi pada tanaman muda. Insektisida yang digunakan adalah Carbaryl, Diazinon
dimetoat dan Malation, cukup efektif untuk mengendalikan hama tersebut.
b. Serangga Tarophagus proserpina (Hemiptera:
Delphacidae)
Gejala: serangga dewasa dan nimfa
mengisap cairan pelepah daun, sehingga warnanya berubah menjadi coklat. Serangga ini tersebar di
kepulauan Pasifik, Hawai, Indonesia, Philipina, Kepulauan Ryuku dan Quensland.
Pengendalian: diintroduksikan sejenis pemangsa yaitu Cyrtorthinus pulus atau dengan insektisida yang dinilai efektif untuk mengendalikan hama tersebut, yaitu Carbaryl, Malation, dan Tri-chlorform.
c. Serangga Hemisia tabaci (Hemiptera: Aleurodidae)
Serangga ini tersebar di
daerah tropika dan sub tropika. Nimfa dan dewasanya berada di permukaan bawah
daun dan mengisap cairan daun.
Gejala: pada serangan yang berat daun menjadi kering, pertumbuhan terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Selain talas, serangga juga menyerang tanaman kedelai, ubi kayu, terung-terungan dan kacang-kacangan lain.
Pengendalian: menggunakan insektisida Cabaryl, Malation, dan Tri-chlorform.
d. Ulat spodoptera litura (kupu-kupu: Noctuidae
Gejala: daun yang terserang oleh
kelompok ulat yang masih kecil akan kehilangan lapisan epidermisnya sehingga
menjadi transparan, dan akhirnya kering. Ulat yang lebih besar akan tersebar
dan masing-masing memakan daun. Selain talas, ulat juga menyerang tanaman
jarak, tembakau, tomat, jagung, ubi jalar, kubis, cabe dan kacang-kacangan.
Diantara inang tersebut, daun talas yang paling disukai, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai media pembiakan massal ulat tersebut untuk tujuan
penelitan.
Pengendalian: penggunaan insektisida dilakukan apabila kerusakan telah mencapai 50 %, dengan insektisida Carbaryl dan Dichorvos, Monokrotofos, Kuinalfos, dan Endosulfan. Pengendalian lebih efektif jika dilakukan pada saat ulat masih kecil.
e. Serangga Tetranychus cinnabarinus (Acarina:
Tetranichidae)
Gejala: helai daun yang terserang
nampak bintik-bintik putih atau kuning, karena serangga tersebut mengisap
cairan daun. Apabila
populasi sangat tinggi, daun kelihatan memutih, kemudian layu dan mati. Apabila
diamati, nampak banyak sekali tungau yang berwarna merah terletak di permukaan
bawah daun.
Pengendalian: menggunakan insektisida Azodrin, Caerol, Galecron, Plictron, Omite dan Trition.
2)
Penyakit
a) Penyakit
hawar daun (Phytophtora colocasiae)
Gejala:
terdapat bercak kecil berwarna kehitaman, kemudian membesar menjadi hawar. Bagian daun yang terserang mengering, pada serangan berat
seluruh daun mengering.
Pengendalian: menanam varietas tahan. Penyaringan klon-klon merupakan salah satu tahapan dalam pembentukan varietas.
2.5. P A N E N
Pemanen talas dilakukan setelah tanaman berumur 6-9
bulan, tetapi ada pula yang memanennya setelah berumur 1 tahun. Pemanenan
dilakukan dengan cara menggali umbi talas, lalu pohon talas dicabut dan
pelepahnya di potong sepanjang 20-30 cm dari pangkal umbi, serta akarnya
dibuang dan umbinya dibersihkan dari tanah yang melekat.
Masa panen talas perlu mendapat perhatian yang cermat,
sebab waktu panen yang tidak tepat akan menurunkan kualitas hasil. Panen yang
terlalu cepat akan menghasilkan talas yang tidak kenyal dan pulen, sebaliknya
jika panen terlambat akan menghasilkan umbi talas yang terlalu keras dan liat.
|
Written by penyuluhmuda1 | |
Tuesday, 24 January 2012 |