![]() I. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah dan memberikan kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan tanah maka drainase dan aerasi yang kurang baik dapat diperbaiki. Tanah diolah pada kondisi lembap, tetapi tidak terlalu basah. Pengolahan tanah diawali dengan membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya. Sebaiknya sisa tanaman tersebut dikembalikan ke dalam tanah sebagai pupuk organik. Setelah itu, tanah dicangkul dan dibalik. Bongkahan tanah dipecah agar menjadi gembur. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15 - 20 cm, kemudian diratakan. II. Penanaman Pada lahan tegalan, sebaiknya penanaman dilakukan pada awal musim penghujan, yaitu pada bulan September-November atau pada saat musim hujan hampir berakhir, yaitu pada bulan Pebruari - April. Pada lahan jenis sawah, penanaman dapat dilakukan pada permulaan musim hujan, akhir musim hujan, atau musim kemarau. Khusus pada penanaman permulaan musim hujan sebaiknya dipilih varietas yang genjah sehingga tersedia waktu untuk persiapan penanaman padi. Pada saat penanaman, tanah harus cukup lembap tetapi tidak becek. Jarak antara tanaman diusahakan teratur agar ruang tumbuh tanaman seragam dan memudahkan dalam pemeliharaan. Populasi optimum untuk tanaman jagung umumnya 50.000 tanaman per ha. Dengan populasi tersebut, jagung dapat ditanam dengan jarak tanam 100 cm x 40 cm dengan dua tanaman per lubang, 100 cm x 20 cm dengan satu tanaman per lubang, atau 75 cm x 25 cm dengan satu tanaman per lubang. Lubang dibuat sedalam 3 -5 cm dengan menggunakan tugal. Setiap lubang diisi dengan 2 - 3 benih jagung, kemudian ditutup dengan tanah. III. Pemupukan Dari semua unsur hara yang diperlukan oleh tanaman, biasanya petani hanya memberikan pupuk yang mengandung unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Nitrogen diperlukan tanaman jagung selama masa pertumbuhan sampai pematangan biji. Namun jumlah penyerapan N pada setiap fase pertumbuhan tidak sama besarnya. Tanaman ini menghendaki tersedianya N secara terus menerus pada semua stadia pertumbuhan. Kekurangan N di dalam tanaman walaupun pada stadia permulaan dapat menurunkan hasil. Sebelum berbunga, tanaman jagung sudah mengambil kira-kira 25% dari seluruh N yang diperlukan. Setelah tongkol jagung terbentuk maka 75% dari seluruh kebutuhan N telah diisap tanaman. Tanaman yang kekurangan N akan menjadi kerdil dan daun yang dihasilkan sempit. Jumlah pupuk N yang diperlukan sekitar 200 - 300 kg Urea/ha. Urea diberikan sebanyak tiga kali, yaitu 1/3 bagian pada waktu tanam, 1/3 bagian pada waktu tanaman berumur 30 HST, dan 1/3 lainnya diberikan pada waktu tanaman berumur 40 - 45 HST. Tanaman jagung membutuhkan pasokan unsur P sampai stadia lanjut, khususnya pada saat tanaman masih muda. Gejala kekurangan P dapat terlihat pada saat tanaman setinggi lutut. Jumlah pupuk P yang dianjurkan sekitar 40 - 80 kg TSP/ha yang diberikan sebagai pupuk dasar (sehari sebelum tanam atau pada saat tanam). Sejumlah besar Kalium diambil tanaman pada saat setinggi lutut sampai selesai pembungaan. Dosis pupuk K kurang lebih 50 kg KCl/ha, diberikan pada waktu tanam sebagai pupuk dasar. Pupuk diberikan dalam lubang yang dibuat dengan tugal dengan jarak 7 cm dan kedalaman 10 cm. IV. Pemeliharaan 4.1. Penjarangan dan Penyulaman Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai dengan yang dikehendaki. Apabila dalam satu lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan yang dikehendaki hanya 2 atau 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi. Tanaman yang pertumbuhannya paling tidak baik dapat dipotong menggunakan pisau atau gunting yang tajam tepat di permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan karena dapat melukai akar tanaman lain yang dibiarkan tumbuh. Penyulaman dilakukan dengan tujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh atau mati serta terserang hama dan penyakit. Kegiatan ini dilakukan pada saat umur tanaman 7-10 hari setelah tanam. Penyulaman hendaknya menggunakan benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman dilakukan paling lambat dua minggu setelah tanam.
4.2. Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk
membersihkan lahan dari tumbuhan pengganggu (gulma). Penyiangan dilakukan dua minggu
sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda biasanya dilakukan
secara manual menggunakan tangan (dicabut) atau menggunakan cangkul kecil,
garpu, dan lainnya.
4.3. Pembumbunan
Pembumbunan
dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyiangan. Tujuan pembumbunan adalah untuk
memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu,
untuk menutup akar yang muncul ke permukaan tanah. Kegiatan ini dilakukan pada
saat umur tanaman 6 minggu, dan bersamaan dengan waktu pemupukan. Caranya, tanah
di bagian kanan dan kiri barisan tanaman
diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun
pada barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.
Untuk efisiensi tenaga, biasanya pembumbunan dilakukan bersamaan dengan
penyiangan kedua, yaitu setelah tanaman berumur 1 bulan.
Tindakan pemeliharaan lainnya
adalah pemangkasan daun. Daun jagung segar dapat digunakan sebagai bahan pakan
ternak besar, seperti sapi dan kerbau. Dari hasil penelitian, pemangkasan
seluruh daun pada fase kemasakan tidak
menurunkan hasil secara nyata, karena pada fase ini biji telah terisi.
4.4. Pengairan Jagung tumbuh dengan baik pada curah hujan 250 - 5.000 mm selama pertumbuhannya. Air sangat diperlukan pada saat penanaman, pembungaan (45 - 55 HST), dan pengisian biji (60 - 80 HST). Pada masa pertumbuhan, kebutuhan airnya tidak begitu tinggi bila dibandingkan dengan waktu berbunga. Pada masa berbunga ini waktu hujan yang pendek diselingi dengan adanya sinar matahari jauh lebih baik daripada hujan terus menerus.
4.5. Pengendalian Hama dan Penyakit
a. Hama
1) Lundi
Hama
ini merupakan hama penting pada tanaman jagung. Kerusakan yang timbul
dipengaruhi oleh populasi dan stadia hama serta umur tanaman. Kumbang dewasa
mulai terbang pada bulan Oktober dan mencapai puncak pada bulan Desember. Hama
Lundi dapat dikendalikan dengan mengatur waktu tanam dan menggunakan
insektisida sistemik yang ditaburkan ke dalam tanah. Menanam jagung lebih awal
dapat mengantisipasi serangan hama ini.
2) Lalat
Bibit (Atherigona exigua Stein.)
Penyemprotan
untuk mencegah atau memberantas lalat bibit ini dapat dilakukan setiap 2 - 3
hari sekali dengan menggunakan insektisida, antara lain : Decis 2,5 EC; Delkis
25 EC; Larvin 25 WP; Meothrin 50 EC; Sumicidin 5 Ec; dan Marshal 25 ST. Dosis
yang biasa digunakan adalah 1,5 - 2,0 cc/liter air.
3) Ulat tanah (Agrotis sp.) dan Ulat
Daun (Prodenia litura F.)
Ulat
tanah dan ulat daun menyerang pada saat tanaman masih kecil atau biji yang baru
berkecambah. Ulat tanah menyerang pada malam hari dengan mengerat batang dan
menariknya ke dalam tanah. Ulat ini dapat diberantas melalui cara mekanis
dengan mencari dan mematikannya. Secara kimia dengan menggunakan pestisida,
misalnya Furadan 3 G. Untuk mencegahnya, maka sebelum penanaman lahan harus
diolah dengan baik. Berbeda dengan ulat tanah, ulat daun menyerang pucuk pada
waktu anaman berumur sekitar satu bulan.
3) Ulat
Tongkol (Heliothis armiger HSN)
Merupakan
hama perusak tanaman yang penting terutama menyerang bakal buah atau tongkol
jagung. Telur ulat tongkol berwarna putih dan diletakkan pada rambut bunga
betina. Larva ulat dapat merusak rambut atau menggerek kelobot, kemudian
memakan tongkol dan jagung muda.
Gejala
serangan adalah tongkol dan biji jagung mengalami kerusakan. Pengendalian
dilakukan dengan penyemprotan insektisida pada pagi hari antara pukul 06.00 -
09.00 atau sore hari pukul 16.00 - 18.00.
4) Belalang
Belalang merupakan hama yang memiliki daya rusak yang cukup besar. Hama ini dapat berpindah dari satu tanaman ke tanaman lain dengan cepat. Gejala yang ditimbulkan berupa rusaknya pinggiran daun dengan luka bergerigi tidak beraturan. Serangan yang hebat dapat mengakibatkan penurunan produksi tongkol jagung. Pengendalian dilakukan dengan cara menangkap kemudian membunuhnya. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan insektisida yang disemprotkan ke seluruh daun dan pucuk daun.
b. Penyakit
1) Penyakit Bulai (Corn Downy Mildew)
Bulai merupakan penyakit utama pada tanaman jagung yang disebabkan oleh Cendawan Sclerospora maydis (nama lama) atau Peronosclerospora maydis (nama baru). Faktor yang memicu serangan penyakit ini adalah suhu yang tinggi sampai 30°C, pemberian Urea yang berlebihan, dan turunnya hujan yang sesekali. Penyakit ini dapat ditularkan melalui benih atau spora yang terbawa angin. Gejala serangan penyakit ini adalah :
a. Pada
tanaman muda berusia 2 - 3 minggu, daun menguning, kaku, dan runcing. Serangan
ini dapat langsung mematikan tanaman.
b. Serangan pada tanaman berumur 3 - 5 minggu,
dicirikan dengan perubahan warna pada daun yang baru membuka mulai dari
pangkalnya. Tanaman yang terserang dapat membentuk tongkol, tetapi bentuknya
menyimpang, seperti kolobotnya tidak membungkus tongkol.
c. Tanaman
dewasa yang terserang pada daunnya terdapat garis berwarna kuning kecokelatan.
Namun serangan ini tidak banyak mempengaruhi produksi tanaman.
d. Jika
cendawan tersebut sudah terbawa mulai dari benih, maka akan timbul gejala
sistemik, yaitu setiap daun muda yang baru tumbuh langsung bergejala kuning.
Tindakan
pengendalian penyakit bulai yang dapat dilakukan antara lain :
a. Menanam
varietas tahan dan menanam secara serentak.
b. Pencampuran
benih dengan Ridomil 3SD, Ridomil Gold 350 EC, atau Saromyl 35 SD. Ridomil
efektif menahan serangan bulai pada benih jagung yang disimpan sampai 9 bulan.
c. Tanaman
yang sudah terlanjur terserang sebaiknya dicabut dan dibakar.
2) Penyakit Hawar Daun
Penyakit ini meyerang bagian daun, pelepah, dan tongkol jagung. Penyebabnya adalah Cendawan Helminthosporium turcicum dan Helminthosporium maydis. Gejala serangan penyakit ini adalah :
a. Timbul
bercak bulat sampai lonjong pada daun tua.
b. Warna
bercak kuning di tengah dikelilingi warna cokelat.
c. Bercak
akan meluas dari ujung daun ke pangkal daun atau pelepah daun.
Cara
pengendaliannya antara lain :
a. Menghindari
penanaman jagung secara terus menerus.
b. Menjaga
sanitasi lahan.
c. Lahan
dijaga agar tidak terlalu lembap.
d. Melakukan
penyemprotan menggunakan Fungisida Daconil 75 WP atau Difolatan
4 F.
3) Penyakit Karat
Penyakit ini menyerang tanaman dewasa. Penyebabnya adalah Puccinia polysora. Gejala serangan penyakit ini adalah :
a. Noda
kecil berwarna merah karat di atas permukaan daun bagian atas.
b. Pada
bercak terdapat tepung berwarna cokelat kuning , jika diraba dengan tangan akan
terlihat adanya tepung seperti karat.
Tindakan
pengendalian yang dapat dilakukan antara lain :
a. Menanam
varietas yang tahan penyakit karat.
b. Menjaga
sanitasi dan kelembapan lahan.
c. Penyemprotan
dengan Ridomil 35 SD, Daconil 75 WP, atau Difolatan 4 F.
V. Panen
Waktu panen jagung dipengaruhi oleh jenis varietas yang ditanam, ketinggian lahan, cuaca, dan derajat masak. Umur panen jagung yang ditanam di dataran rendah lebih pendek daripada yang ditanam di dataran tinggi. Waktu panen jagung sebagian besar jatuh pada musim hujan. Tanaman ini pada umumnya sudah cukup masak dan siap panen pada umur 7 minggu setelah berbunga. Untuk jagung pipilan, pemanenan dilakukan apabila jagung cukup tua, yaitu apabila kulit jagung sudah menguning. Pemeriksaan di kebun dapat dilakukan dengan menekankan kuku ibu jari pada bijinya, bila tidak membekas maka jagung dapat segera dipanen. Jagung yang dipanen prematur akan mengakibatkan butirannya keriput dan apabila dikeringkan maka butirannya bias pecah atau butirannya rusak setelah proses pemipilan. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada saat tidak turun hujan, sehingga pengeringan dapat segera dilakukan. Umumnya jagung dipanen dalam bentuk tongkol berkelobot (berkulit). Di daerah yang curah hujannya rendah, jagung yang sudah matang dibiarkan di pohon sampai kering (kadar air 17 - 20%), baru dipetik tanpa kelobotnya. Di daerah bercurah hujan tinggi, jagung dipanen dalam keadaan segar (kadar air 30 - 40%), kemudian kelobotnya dikupas.By: Pakan Ikan Madiun, Sumber: http://bp4kkabsukabumi.net
|
Selamat Datang di Blog @Superfishfood sharing informasi Perikanan Peternakan Pertanian...