AI, Jangan Mampir Lagi ke Kandangku |
Maukah
kita menerima kehadiran AI lagi di kandang kita? Tentu saja tidak,
itu jawaban pasti. Tidak akan ada peternak yang mau ayamnya terserang
AI lagi. Sudah terbayang di pelupuk mata kerugian yang harus
ditanggung peternak, mulai dari kematian ayam, penurunan produksi
telur, dan munculnya infeksi sekunder.
Dari
data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2012,
diperoleh data bahwa di tahun 2011 kasus AI relatif turun dibanding
2010 (tahun 2011 sebanyak 1.411 kasus dan tahun 2010 sebanyak 1.502
kasus). Data ini ternyata selaras dengan yang berhasil dirangkum oleh
tim Technical Support Medion (2012). Pada grafik 1 terlihat
bahwa terjadi pola penurunan kasus AI di SM 1-2011 dibanding dengan
2010. Penurunan kasus AI ini tentunya didukung dari penggunaan vaksin
AI yang homolog dengan virus AI di lapangan. Di mana kajian ini
secara terus menerus dilakukan Medion bekerjasama dengan ahli Biologi
Molekuler Universitas Udayana yaitu Prof. Dr. drh. Ngurah Mahardika.
Meskipun
demikian, kasus AI tetap harus diwaspadai oleh peternak karena
tingginya serangan AI di Indonesia berhubungan dengan kondisi musim,
terutama musim hujan (Tabbu, 2011). Terbukti dari data Badan
Metereologi Klimatologi dan Geofisika (2010) bahwa tahun 2010
didominasi oleh musim hujan sehingga kasus serangan AI di 2010 cukup
tinggi di lapangan. Hal lain yang perlu kita ingat kembali adalah
virus AI akan tahan lebih lama berada di lingkungan dengan temperatur
rendah dan kelembaban tinggi. Kecuali itu, virus AI merupakan virus
yang mudah mengalami mutasi. Walaupun di satu sisi, virus AI mudah
diinaktivasi. Struktur membran yang beramplop menjadikan virus AI ini
mudah dimatikan oleh semua jenis desinfektan.
Sementara
itu, serangan AI tahun 2009–2011 juga disinyalir merupakan
serangan yang sifatnya musiman (Krisnamurthi, 2011). Kenyataan ini
diamati dari beberapa daerah di Indonesia yang sebelumnya dinyatakan
bebas AI, ternyata sekarang justru terjadi serangan. Jadi sudah dapat
disimpulkan bahwa serangan AI saat ini tidak bisa disepelekan.
Wajah
AI Saat Ini
Seperti
yang telah dijelaskan di atas, virus AI mempunyai kelebihan mampu
mempertahankan diri di alam dengan mutasi. Kemampuan mutasi ini
dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu saat proses multiplikasi
virus dimana jika terjadi kesalahan susunan asam amino, rantai RNA
tidak dapat terdeteksi sehingga tidak bisa dilakukan penyusunan
ulang. Faktor lain yang mempengaruhi mutasi adalah faktor ekternal
yang terkait dengan program vaksinasi yang kurang tepat. Program yang
kurang tepat ini adalah pemberian vaksin dengan kandungan virus yang
subtipe (jenisnya) beda dengan virus AI yang beredar di lapangan.
Berdasarkan
hasil pemantauan tim R&D Medion bekerjasama dengan Prof. Dr. Drh.
Ngurah Mahardika, perkembangan virus AI di Indonesia sampai tahun
2011 masih sama dengan data tahun 2010. Terdapat 4 grup virus AI di
Indonesia, dimana virus ini sudah berbeda dengan virus AI tahun 2003.
Empat grup tersebut adalah M12, M06, M13 dan M10. Secara umum, virus
AI yang ditemukan di pulau Jawa paling banyak variasinya, yaitu masuk
dalam grup M12, M06 dan M13. Sedangkan grup M10 adalah virus AI dari
wilayah Sumatera Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.
Bagaimana
dengan kasus AI di triwulan pertama tahun 2012 ini? Menurut analisa
Prof. Dr. drh. Ngurah Mahardika, virus AI polanya masih sama dengan
pemetaan tahun 2008-2011.
Poin-poin
Penting untuk Menghindari Terulangnya Outbreak AI
Wajah
AI tahun 2012 ini masih sama dengan pemetaan yang dilakukan tahun
2008-2011. Hal ini didukung dengan data penurunan kasus AI tahun 2011
dibanding tahun-tahun sebelumnya. Meskipun demikian, kewaspadaan kita
terhadap AI tidak boleh kendor, karena bulan Januari sampai dengan
April, kondisi cuaca akan berpengaruh cukup signifikan terhadap
kesehatan unggas, ungkap drh. Mohammad Azhar koordinator Unit
Pengendali Penyakit Avian Influenza (UPPAI), Ditjen Peternakan dan
Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian (Agrina, Februari 2012).
Perubahan cuaca yang terjadi secara fluktuatif dari panas ke hujan
maupun sebaliknya akan menyebabkan kondisi fisik ayam mengalami
penurunan. Ayam akan mengalami stres sehingga akan mudah terinfeksi
bibit penyakit, tidak terkecuali AI.
Berikut
beberapa poin penting untuk menghindari terulangnya outbreak
AI di suatu peternakan:
a)
Program dan Aplikasi Vaksinasi yang Tepat
Vaksinasi
merupakan salah satu ujung tombak dalam mengendalikan AI. Salah satu
faktor yang menentukan keberhasilan vaksinasi adalah penyusunan
program dan aplikasi vaksinasi, selain kualitas vaksin, kondisi ayam,
lingkungan dan kompetensi/skill dari vaksinator.
Program
vaksinasi AI disusun berdasarkan sejarah kasus di daerah setempat.
Dan untuk AI, penggunaan vaksin yang homolog dengan virus lapangan
menjadi poin penting dalam penyusunan program vaksinasi. Vaksin
homolog akan memberikan perlindungan yang sempurna, sehingga ayam
tidak sakit, penurunan produksi tidak terjadi dan cemaran virus dari
pernapasan dan kotorannya (shedding virus) dapat ditekan.
Pemilihan
vaksin yang tidak sesuai menyebabkan perlindungan tidak optimal.
Analoginya, virus yang beredar di lapangan subtipe A. Sedangkan
vaksin yang digunakan subtipe C, maka vaksin tersebut akan mengertak
pembentukan antibodi C sehingga tidak bisa memberi perlindungan
terhadap infeksi virus subtipe A (Gambar 1).
Program
vaksinasi AI pada layer yang kami rekomendasikan adalah 3 kali
sebelum masuk masa produksi. Jarak vaksinasi kedua, 4-5 minggu post
vaksinasi pertama. Dosis vaksin pada ayam umur lebih dari umur 2
minggu disarankan 0,5 ml per ekor.
Pada
ayam broiler, meskipun masa pemeliharaannya pendek sekitar
30-35 hari dan vaksin AI hanya tersedia vaksin inaktif, tetap
disarankan untuk vaksinasi. Vaksinasi disarankan terutama pada
wilayah yang rawan (padat peternakan) dan saat cuaca tidak mendukung.
Data di lapangan menunjukkan bahwa AI menginfeksi ayam broiler
di umur 22-35 hari, sehingga vaksinasi AI pertama pada ayam broiler
boleh dilakukan umur 1 - 4 atau paling lambat 10 hari. Program
vaksinasi bisa bersamaan dengan vaksin ND di umur 1-4 hari
menggunakan kombinasi ND-AI (Medivac ND-AI Emulsion)
atau umur 10 hari menggunakan Medivac AI Emulsion.
Beberapa
pendapat mengatakan bahwa vaksinasi ayam broiler dinilai belum
sepenuhnya efektif mencegah outbreak AI. Penyebabnya karena
respon pembentukan antibodi pasca vaksinasi rendah (pembentukan
kekebalan humoral = kekebalan dalam darah belum sempurna) dan belum
tersedia vaksin AI aktif untuk membentuk kekebalan mukosa di saluran
pernapasan bagian atas yang merupakan gerbang masuknya virus AI.
Meski demikian, vaksinasi AI bisa menekan viral shedding
sehingga mengurangi penularan penyakit dan jika terjadi serangan AI,
ayam relatif lebih tahan dan mortalitas bisa ditekan.
Setelah
menentukan program vaksinasi, langkah selanjutnya adalah aplikasi
vaksinasi. Yang pertama wajib dilakukan oleh peternak ialah
memastikan vaksin secara fisik layak digunakan (vaksin masih utuh,
vaksin belum kadaluarsa dan kondisi fisik vaksin belum berubah).
Langkah selanjutnya mempersiapkan alat suntik dan meningkatkan suhu
vaksin secara bertahap sebelum disuntikan pada ayam. Atau lebih
dikenal dengan istilah thawing.
b)
Monitoring titer antibodi
Monitoring
titer antibodi yang dilakukan secara rutin akan membantu peternak
dalam memantau status kesehatan ayamnya. Pemantauan titer AI
disarankan dilakukan saat:
- Ayam sudah lebih dari 3 bulan post vaksinasi, segera cek titernya atau segera revaksinasi bila untuk pelaksanaan cek titer tidak memungkinkan.
Contohnya
dari data pada tabel 1, diketahui pemeriksaan serologi dilakukan pada
20 minggu post vaksinasi dengan nilai GMT 17, % kebal 67% serta
tingkat keseragaman (CV) yang baik (23,65%). Hasil pemeriksaan ini
menunjukkan bahwa titer antibodi sudah mendekati standar protektif,
dengan % kebal sudah di bawah standar. Jika tantangan virus AI
lapang tinggi, maka kelompok ayam ini beresiko terinfeksi virus AI.
Dengan demikian perlu segera dilakukan revaksinasi.
- Tiga-empat minggu post vaksinasi untuk mengetahui keberhasilan vaksinasi.
Dari
tabel 2, pemeriksaan titer dilakukan pada ayam layer umur 16 minggu
pada 3 minggu post vaksinasi AI. Nilai GMT 163, % kebal 100% dengan
keseragaman 18,93%. Hasil uji serologi ini memberikan gambaran hasil
vaksinasi yang baik.
- Pada masa produksi, lakukan monitoring titer antibodi secara rutin setiap 1-2 bulan untuk mengetahui perkembangan titer antibodi serta menentukan jadwal revaksinasi dengan tepat. Hasil monitoring titer ini juga merupakan data yang berharga untuk menentukan baseline titer di suatu lokasi peternakan. Baseline titer dapat diketahui dengan mengumpulkan data-data hasil uji serologi sebelumnya yang di cek secara rutin sehingga akan terbentuk pola gambaran titer pada suatu peternakan.
Agar
hasil uji serologi memberikan gambaran yang representatif suatu
kandang, ambil sampel minimal 15 sampel per kandang. Analisa yang
dilakukan bukan hanya melihat nilai GMT (Geometric Mean
Titer) dengan standar melindungi, namun juga dilihat persentase
kebal dan keseragamannya. Hasil uji serologi perlu dicocokkan dengan
baseline titer yang terdapat pada peternakan tersebut karena besar
kemungkinan standar protektif untuk tiap-tiap peternakan berbeda.
c)
Biosecurity
Vaksinasi
yang terprogram dengan baik dan pelaksanaan monitoring titer
yang rutin, tidak akan memberikan hasil pencegahan yang optimal jika
tanpa didukung pelaksanaan biosecurity. Biosecurity
satu kata yang mudah diucapkan, namun perlu komitmen kuat untuk mampu
melaksanakannya dengan baik. Tingkatkan biosecurity khususnya
pada orang-orang/peralatan/kendaraan yang berpindah-pindah seperti
tim vaksinator, mobil pedagang ayam afkir, kotak telur dll. Pilih dan
gunakan desinfektan yang daya kerjanya kurang dipengaruhi bahan
organik seperti Formades atau Sporades untuk menyemprot
kendaraan atau bagian luar kandang. Semprot desinfektan dilakukan
juga saat kandang berisi ayam menggunakan jenis desinfektan yang aman
untuk ayam yaitu Antisep atau Neo Antisep secara rutin
seminggu sekali.
Tindakan
yang Dilakukan Setelah OutBreak AI
Ketika
kasus AI terjadi di peternakan kita, diperlukan beberapa tindakan
untuk mencegah berulangnya outbreak AI tersebut.
Langkah-langkah ini dimulai dari penanganan bangkai ayam sampai
dengan persiapan chick in.
1.
Penanganan Bangkai Ayam
Ayam-ayam
yang mati membawa resiko terhadap seluruh flok karena menyebabkan
meningkatnya jumlah bibit penyakit di lingkungan tersebut. Singkirkan
segera ayam-ayam yang mati dari dalam kandang. Buang dengan cara yang
aman, seperti dijadikan kompos, dibakar pada insenator (tempat
khusus untuk pembakaran) atau dikubur. Dari 3 cara ini, yang
aplikatif dilakukan di lapangan berdasarkan pengalaman Technical
Service Medion yaitu dengan penguburan. Langkah-langkah proses
penguburan tersebut, yaitu :
- Siapkan lubang galian dengan kedalaman minimal 1,5 meter, sesuai jumlah ayam yang akan dikubur
- Taburi alas kuburan menggunakan kapur aktif. Pekerja memakai masker, sarung tangan dan sepatu boot
- Masukkan bangkai ayam ke dalam kuburan kemudian semprot dengan desinfektan
- Ayam yang sudah sakit parah namun masih hidup, disembelih di atas kuburan, darah ditampung dalam wadah yang berisi desinfektan. Masukkan bangkai dan darah ayam ke dalam kuburan, termasuk sarung tangan dan masker yang dipakai pekerja.
- Semprot desinfektan
- Tutup dengan jerami kering kemudian dibakar
- Tutup lubang kuburan dan taburi kapur aktif
- Semua pekerja mencuci tangan dan kakinya dengan sabun, semprot desinfektan, kemudian baru keluar dari area kandang. Akan lebih baik jika pekerja mandi dan keramas. Baju kerja langsung direndam dalam larutan deterjen.
2.
Tahap Pencegahan Penularan Kontaminasi (sumber : Tony
Unandar-Infovet 2009)
Setelah
semua ayam yang di “stamping out” dikeluarkan dari
dalam kandang, seluruh permukaan dalam kandang disemprot dengan
desinfektan yang kerjanya tidak terpengaruh oleh materi organik
(misal feses). Desinfektan tersebut yaitu Formades dan
Sporades, kemudian lakukan tindakan sebagai berikut:
- Semprot dengan insektisida spektrum luas ke seluruh bagian dalam dan luar kandang secara merata
- Biarkan paling sedikit selama satu hari satu malam (sangat dianjurkan dibiarkan selama 3 hari berturut-turut)
- Kumpulkan dan karungi bahan litter yang bercampur dengan feses ayam secepatnya dan sebelum dikeluarkan dari dalam kandang. Semprot seluruh permukaan luar karung. Pekerjaan ini sangat dianjurkan selesai dalam tempo satu hari
- Semprot sekali lagi dengan insektisida yang berspektrum luas di seluruh bagian dalam dan luar kandang yang bersangkutan
- Biarkan selama satu hari satu malam penuh
- Segera kumpulkan litter yang bercampur kotoran ayam ke dalam karung, keluarkan dari dalam kandang
3.
Tahap Pencucian Kandang dan Peralatan Kandang
Tahap
selanjutnya adalah pencucian kandang untuk menghilangkan
materi-materi organik yang masih tersisa di kandang, dengan langkah
sebagai berikut:
- Semprot seluruh bagian dalam kandang secara merata (terutama lantai, termasuk dinding/tirai dan bagian atas kandang) dengan larutan deterjen 1-2%. Apabila masih ditemukan cukup banyak bahan organik, terutama material feses yang lengket pada permukaan lantai atau dinding kandang, Lakukan langkah ini sekali lagi. Akan lebih baik jika dilakukan penyikatan dinding dan lantai kandang
- Biarkan selama 3-6 jam, kemudian bilas dengan air yang mengandung kaporit dengan dosis 50-100 ppm (boleh juga dengan desinfektan yang mempunyai efek residual yang lama, yaitu : Medisep 15 ml tiap 10 liter air) atau dengan soda api 1%. Kemudian bilas dengan air bersih, biarkan sampai kering
- Semua tirai kandang dipasang, sehingga kandang dalam keadaan tertutup pada semua sisi
- Semprot seluruh bagian-bagian dalam kandang (lantai tiang-tiang kandang) dan bagian luar kandang (lantai dan didinding setinggi 30 cm dari lantai) dengan larutan kapur aktif 1-2%. Biarkan sampai kering
- Semprot dengan desinfektan sekali lagi, menggunakan Formades atau Sporades
- Keluarkan semua peralatan kandang yang dapat dipindah-pindah seperti tempat minum dan tempat pakan. Cuci dengan detergen, jemur peralatan tersebut selama 24 jam. Setelah kering bilas dengan desinfektan. Proses desinfeksi bisa dilakukan juga bersamaan dengan semprot kandang. Alat-alat yang sudah bersih kemudian dimasukkan ke dalam kandang
4.
Tahap Istirahat Kandang
Istirahat
kandang yang sesungguhnya dimulai dari saat tahap no. 3 selesai
dikerjakan, kandang dan peralatan kandang sudah dicuci dan dilakukan
proses desinfeksi. Peran penting istirahat kandang adalah untuk
memutus siklus hidup penyakit. Seperti kita ketahui virus AI
mempunyai ketahanan dalam hitungan hari sampai bulan (Jeffrey, 1997).
Oleh karena itu, idealnya kandang diistirahatkan paling sedikit
selama 3 bulan dalam keadaan bersih atau minimal 2 minggu. Selama
istirahat kandang, pasang racun tikus pada beberapa tempat strategis
(sesuai dengan jalan tikus) dengan racun yang bersifat antikoagulan
(tikus akan mati secara perlahan-lahan)
5.
Tahap Persiapan Chick In
- Pada saat minus 10 hari sebelum waktu chick-in, semprot dengan insektisida di seluruh bagian dalam kandang secara merata, termasuk bagian luar kandang, terutama lantai
- Pada saat minus 7 hari sebelum waktu chick-in, semprot sekali lagi dengan desinfektan Formades/ Sporades ke seluruh bagian dalam dan luar kandang secara merata
- Pada saat minus 5-6 hari, lakukan persiapan kandang, misalnya penebaran litter, pemasangan feeder, chick guard, pemanas, dsb. Pada saat ini juga dilakukan pengujian terhadap semua peralatan, apakah dapat bekerja secara normal atau tidak
- Pada saat minus 3-4 hari dilakukan fumigasi kandang dengan formalin “double dosis” (2 gram PK untuk 3 ml formalin 35%) untuk setiap meter3 volume kandang atau menggunakan Formades dengan pengenceran 100 ml tiap 10 liter air (1 : 100), disemprotkan ke seluruh bagian kandang seluas 30 m2
Dengan
menerapkan langkah-langkah di atas, diharapkan peternak mendapat
pencerahan seputar desinfeksi, sanitasi pasca outbreak AI, dan
program vaksinasi sehingga kasus kejadian AI di peternakan tidak
kembali terulang. By: Pakan Ikan Madiun, Sumber: info.medion.co.id