NILA
BEST - Seorang pembudidaya nila BEST (Bogor Enhanced Strain Tilapia) di
Lido menunjukkan salah satu hasil tangkapannya. Budidaya nila BEST di
Lido terancam kerusakan lingkungan oleh limbah.
Melihat situasi
terkini di Danau Lido sungguh miris. Dari sisi jalan raya, tampak
menghampar keramba jaring apung (KJA) yang menjejali kawasan perairan
umum seluas 16 hektare (ha). KJA itu tumbuh bagai jamur di musim
penghujan.
Secara kasat mata, sekitar separo dari luas Danau Lido
dimanfaatkan untuk KJA. Menuju ke bagian hulu, berdiri bangunan hotel
berbintang yang ikut memanfaatkan kawasan danau. Akibatnya, Danau Lido
kian menyusut.
Padahal tadinya luas kawasan itu mencapai 21 ha.
Menurut Sidiasih, peneliti di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar
(BRPBAT) yang kerap melakukan riset di situ, hotel tersebut kerap
membuang limbah cairnya ke danau tersebut. Bukan hanya itu, sebuah
restoran yang menyajikan menu berbagai ikan air tawar juga semakin
menambah beban danau tersebut. Bukan apa-apa, restoran terapung itu
cukup luas menempati di sisi barat danau.
Kondisi ini tentu saja
sangat rentan. Pengalaman menunjukkan, tidak sedikit kerugian
pembudidaya ikan ketika terjadi up welling. Ikanikan peliharaan mereka
tiba-tiba mati mengenaskan. Memang tidak semua ikan di KJA tewas. Justru
di KJA tertua di Danau Lido tetap aman-aman saja. Ikanikan di KJA yang
dikelola BRPBAT itu tetap lincah berenang dan terus tumbuh dewasa.
“Ini
terjadi karena kami sedang membudidayakan ikan nila BEST (Bogor
Enhanced Strain Tilapia) yang terbukti tahan terhadap kondisi lingkungan
ekstrem,” ujar Rudhy Gustiano PhD, Kepala BRPBAT. Dalam banyak hal,
nila BEST lebih unggul dibandingkan dengan ikanikan nila yang
dikembangkan masyarakat. Ikan varietas baru yang dikembangkan Rudhy dan
koleganya itu memiliki pertumbuhan sekitar dua kali lebih cepat daripada
ikan-ikan nila lainnya.
“Ikan ini tumbuh lebih cepat 15 hari
dibandingkan dengan nila lainnya,” ungkap Rudhy. Selain itu, nila BEST
juga mampu bertelur dan beranak 3-5 kali lebih banyak ketimbang
ikan-ikan nila lainnya.
Ukuran telur dan larvanya juga relatif
lebih besar. Tingkat hidupnya (survival rate) di atas 90 persen.
Keberhasilan Rudhy merekayasa nila BEST ini telah menghantarkan dirinya
untuk menerima penghargaan dari Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel
Muhammad baru-baru ini.
Lebih dari itu, berdasarkan hasil uji
coba di perairan umum di berbagai pulau (Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan
Sulawesi), nila BEST ini terbukti lebih menguntungkan. Danau Lido bukan
hanya menjadi ajang uji coba nila BEST semata.
Sebelumnya,
beberapa ikan varietas unggul juga pernah dicobakan di sana seperti
nilai GIFT, nila merah (asal Th ailand), patin siam, gurame, dan
lain-lain. Kini, para pembudidaya ikan air tawar di seluruh Indonesia
telah banyak menikmati hasilnya. Namun di balik kisah sukses itu,
ekosistem Danau Lido malah kian terpuruk akibat beban yang semakin
berat.
Sumber : Koran Jakarta Hal 20
Posted : Fish Blogs-hobiikan.blogspot.com
Repost : Royan