A. Judul program
Pelatihan Teknik Kultur Spirulina platensis Skala Semi Massal dan Potensinya sebagai Pakan Alami Ikan di Desa Beji Purwokerto.
B. Latar belakang masalah
Kabupaten Banyumas dikenal sebagai penghasil ikan Gurame terbesar dengan sentra pembesaran di Sumpiuh, Kemranjen, dan Tambak.
Penghasil benih Gurame berada di Beji dan Singasari. Benih gurami dari
kedua desa itu sudah mendapat sertifikat pada tahun 2005 dan 2006.
Kelompok Petani Ikan di Desa tersebut mendapat sertifikat dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi Dirjen Perikanan Budi daya dengan nomor 001/BBATS-AGS/Sys/III/200. Pembenihan ikan gurami (osphronemus goramy) untuk jenis produksi telur sampai P2.
Desa
Beji ditargetkan sebagai desa mina pada 2007 dan saat ini masih dalam
penataan. Masyarakat di Desa Beji hampir separuh warganya bermata
pencaharian sebagai peternak ikan dan yang tercatat sebagai anggota Koperasi Giat Makaryo sebanyak 70 peternak ikan, setiap anggota menaungi langsung 10 peternak. Masing-masing anggota memproduksi benih Tawes, Melem, Mujahir, Nila, Emas, dan Lele Dumbo. Akan tetapi ikan yang banyak di kembangkan di Desa Beji adalah jenis Gurame.
Budidaya
Gurame di Desa Beji dimulai dari tahap pemilihan induk. Induk yang
digunakan sudah mencapai umur 3 tahun. Gurame dipilih untuk dipijahkan
dengan perbandingan jumlah antara induk jantan dan betina biasa 1 : 1 – 14. Dengan
harapan induk jantan paling sedikit bisa mengawini dua ekor induk
betina dalam satu tarikan. Setelah Gurame mengeluarkan telur, diambil
dipindahkan pada tempat penetasan. Telur akan menetas dalam tempo 30
sampai 36 jam. Selama 5 hari benih-benih belum membutuhkan makanan
tambahan, karena masih mengisap kuning telur (yolk sack). Setelah lewat masa itu benih membutuhkan makanan yang harus disuplai dari luar.
Suplai makanan terdiri dari pakan buatan dan pakan alami. Pakan alami larva ikan di Desa Beji masih mengandalkan pakan yang dibeli dari pembudidaya pakan alami yang berada jauh dari lokasi peternakan. Pakan alami larva ikan yang sering digunakan adalah Cacing Tubifex. Tubifex diperoleh dengan harga Rp 5.000 per 200 ml. Pengeluaran terbesar dalam pembenihan ikan adalah untuk pengadaan pakan alami yang sangat dibutuhkan pada saat proses perkembangan larva.
Pakan
alami sangat dibutuhkan oleh benih ikan untuk melangsungkan hidupnya.
Fungsi utama pakan adalah untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan. Pakan
yang dimakan oleh ikan pertama-tama digunakan untuk kelangsungan/
mempertahankan hidupnya dan kelebihannya akan dimanfaatkan untuk
pertumbuhan. Selama ini jenis pakan yang banyak digunakan di Desa Beji
adalah pakan buatan. Sebagai pakan benih ikan, jenis pakan buatan
mempunyai banyak kekurangan dibandingkan pakan alami. Komponen penyusun
pakan alami lebih lengkap, sehingga ikan cenderung lebih menyukai pakan
alami. Selain itu tidak membahayakan pemangsa.
Kebutuhan pakan alami ini semakin sulit terpenuhi, karena peternak ikan belum memahami teknik kultur pakan alami. Oleh karena itu baru beberapa pengusaha yang menanamkan modalnya secara khusus dalam produksi pakan ikan alami. Berbeda
dengan pakan buatan yang lebih praktis dan mudah pengerjaannya,
sehingga banyak pembudidaya ikan menggunakannya meskipun sebenarnya
kurang baik atau sering membahayakan untuk pembenihan larva udang maupun
ikan. Kelemahan pakan buatan adalah kurang menarik pemangsa karena lama-lama tidak mengambang/ melayang di air. Disamping itu apabila tidak habis dapat membahayakan ikan dan udang peliharaan, serta perairan menjadi tercemar.
Spirulina merupakan
mikroalga yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami benih ikan. Alga
ini mempunyai kandungan gizi yang tinggi, yaitu protein yang bisa
mencapai 70 % dari berat keringnya sehingga dapat menjadi alternatif
bagi makanan kesehatan. Dalam dunia perikanan, mikroalga ini telah
banyak dijual dalam bentuk tepung dan produk-produk makanan olahan.
Tepung seperti ini sudah diproduksi secara komersial di California, Israel, Jepang, Taiwan dan juga Mexico.
Kultur pakan alami Spirulina dapat dilakukan oleh
para petani dengan mudah dan tidak memerlukan lahan yang luas.
Pengembangan pakan alami mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya
karena mikroalga mudah dikultur, ukuran sesuai mulut larva/ ikan
pemangsa, pergerakan mampu memberikan rangsangan bagi pemangsa untuk
memakannya, mampu berkembang biak dengan cepat dalam waktu relatif
singkat sehingga ketersediaannya dapat terjamin sepanjang waktu.
Spirulina merupakan
mikroalga hijau kebiruan, sel berkoloni dan membentuk filamen terpilin
yang menyerupai spiral/ helig. Alga ini mengandungan berbagai zat gizi
seperti protein dapat mencapai 72 %, lipid 8%, karbohidrat 16%,vitamin
B1, B2, B6, B12, C, niasin, β karotin dan kandungan asam amino yang
cukup seimbang. Spirulina juga mengandung salah satu asam lemak esensial yaitu asam γ-linoleat (GLA), yang merupakan asam lemak majemuk.
Spirulina menyediakan
semua asam amino yang diperlukan tubuh dan dalam bentuk tersebut 5 kali
lebih mudah untuk dicerna dibanding dengan protein kedelai. Spirulina mengandung 8 asam amino essensial dan 10 asam amino non essensial.
Spirulina mengandung lipopolisakarida sebesar 1,5% bobot keringnya, kandungan lipopolisakarida inilah yang menjadikan Spirulina digunakan sebagai immunostimulan yang potensial dalam meningkatkan respon kekebalan tubuh pada ikan. Dinding Spirulina kaya akan muco-protein meningkatkan lapisan mukus pada kulit ikan yang menyebabkan sirip ikan lebih sehat, meningkatkan resistensi/ peradangan kulit terhadap serangan penyakit.
Manfaat lain dari mikroalga Spirulina adalah sebagai pakan zooplankton/ larva udang atau ikan dan hewan-hewan kecil lainnya. Di Jepang Spirulina diberikan pada ikan mas koki dan ikan hias lainnya untuk meningkatkan kualitas warna ikan hias tersebut. Hingga saat ini di Indonesia belum terdapat pembudidayaan spirulina skala massal yang dilakukan oleh peternak ikan untuk kepentingan pakan alami. Menurut Prof Nyoman Kabinwa, periset spirulina, perairan Indonesia meliputi perairan tawar, payau, dan laut berpotensial untuk pengembangan ganggang hijau biru.
Mikroalga
bersel silindris dengan dinding selnya yang tipis ini memiliki potensi
pengembangan yang lebih besar dibandingkan dengan tumbuhan tingkat
tinggi. Mikroalga Spirulina dapat mudah dikembangkan dengan
lebih cepat dan praktis. Pengembangan dilakukan menurut dimensi volume,
berbeda dengan tumbuhan tingkat tinggi yang saat ini masih dikembangkan
dalam dimensi luas. Pemanfaatan luas lahan yang sama, dapat memberikan
efisiensi yang lebih besar bagi pembudidayaan mikroalga. Selain itu
dengan daur hidupnya yang pendek mikroalga Spirulina mampu
berkembang biak dalam waktu yang singkat, dapat dipanen sekitar 3-7 hari
setelah inokulasi. Sedangkan tumbuhan tingkat tinggi, misalnya padi
paling cepat membutuhkan waktu sekitar 100 hari untuk dapat dipanen.
C. Perumusan Masalah
1. Peternak ikan masih mengabaikan penggunaan pakan benih ikan yang bermutu pada tahap pemeliharaan larva, sehingga pertumbuhan larva kurang optimum, hasil yang rendah sebagai akibat mortalitas yang tinggi
2. Peternak ikan belum mempunyai keterampilan mengenai teknik kultur pakan alami.
3. Spirulina merupakan pakan alami yang mempunyai kandungan gizi lengkap yang dibutuhkan ikan
D. Tujuan dan Manfaat
Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah
1. Memberikan
Pengetahuan dasar terhadap peternak ikan mengenai pentingnya pakan
alami berkualitas dalam proses pembenihan ikan, sehingga dapat menekan
tingkat mortalitas dalam fase larva ikan.
2. Memberikan
keterampilan mengenai teknik kultur pakan alami skala semi massal,
sehingga peternak ikan mampu untuk memproduksi pakan alami sendiri
secara berkesinambungan.
3. Memberikan pejelasan mengenai keunggulan Spirulina sebagai pakan alami benih ikan.
E. Luaran yang Diharapkan
1. Peternak ikan mendapatkan pengetahuan mengenai pentingnya pakan alami terhadap keberlangsungan hidup larva ikan
2. Peternak ikan mendapatkan keterampilan mengenai teknik kultur Spirulina skala semi massal serta mampu menghasilkan pakan alami untuk kepentingan pribadi ataupun dijual kepeternak lain.
3. Tersedianya pakan alami Spirulina secara berkesinambungan dan memenuhi kebutuhan baik kualitas maupun kuantitas.
F. Kegunaan Program
Permasalahan
para peternak ikan di Desa Beji adalah tingginya tingkat mortalitas
ikan pada fase larva disebabkan tidak sesuainya pakan yang diberikan
dengan sifat morfologis dan fisiologis dari larva ikan. Kurangnya
keanekaragaman nutrisi yang terdapat pada pakan yang selama ini
digunakan untuk menopang kelangsungan hidupnya pada saat adaptasi.
Melalui
program pengabdian masyarakat para peternak ikan diharapkan memahami
dan mampu untuk memproduksi pakan alami yang kaya akan nutrisi dan
sekaligus berguna sebagai suplemen immunostimulan yang sangat diperlukan
oleh ikan pada fase larva yang rentan terkena penyakit. Dengan
keterampilan teknik kultur, peternak ikan dapat memproduksi pakan alami
untuk kepentingan sendiri ataupun dijadikan lapangan pekerjaan baru
sebagai produsen pakan alami yang bisa dijual ke para peternak ikan
lain.
G. Gambaran Umum Masyarakat Sasaran
Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat akan dilaksanakan di Desa Beji Kabupaten Purwokerto,
yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai peternak ikan.
Desa Beji merupakan desa pemasok ikan Gurame terbesar di Banyumas. Di
Desa Beji terdapat Koperasi Giat Makaryo yang menaungi bidang ternak
ikan. Koperasi Giat Makaryo pada saat ini tercatat ada 70 anggota
kelompok, tiap kelompok terdiri dari 10 petani dengan jumlah kolam
sekitar 2.100 buah.
Pelaksanaan
Program Kreatifitas Mahasiswa, akan mengundang 3 orang dari perangkat
Desa sebagai wakil dan pemantau dari pihak pemerintahan dan melibatkan
10 peternak ikan yang merupakan kelompok anggota Koperasi Giat Makaryo
dengan pertimbangan untuk kelancaran dan kesejahteraan usaha peternakan
ikan di Desa Beji dan demi keberlangsungan kegiatan Program Kreatifitas
Mahasiswa Pengabdiaan Masyarakat ini. Jarak antara kampus Biologi dengan
Desa Beji sekitar 15 km.
H. Metode Pelaksanan Program
Metode
yang akan digunakan dalam Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian
masyarakat adalah dengan alih teknologi yaitu transfer ilmu sekaligus
memberikan pelatihan mengetahui cara produksi Spirulina skala
semi massal kepada para peternak ikan di Desa Beji, selain itu juga akan
dilaksanakan praktek cara teknik kultur, teknik perangkaian dan
penggunaan alat-alat kultur serta proses-proses dalam berlangsungnya
kultur.
Kultur Spirulina dibagi menjadi tiga tahap, yaitu isolasi atau pembuatan stok murni diruang alga. Dalam program ini stok murni diperoleh dari Balai Besar Budidaya Air Payau Jepara. Sedangkan perbanyakan kultur Spirulina skala
laboratriun dilakukan di Laboratorium Biologi Akuatik, Fakultas Biologi
Universitas Jenderal Soedirman. Dan kultur skala semi massal dan massal
dilakukan oleh para peternak ikan di Desa Beji.
Kultur dilakukan secara bertahap dimulai dari kultur skala laboratorium volume 500-1000 ml dengan pemberian bibit Spirulina sebanyak 1/3 dari air media. Setelah bibit (inokulan) dimasukkan ke dalam botol kultur yang berisi air media, diberi aerasi (udara) agar Spirulina dapat berkembang dengan cepat. Suhu ruangan diusahakan stabil sekitar 230C-240C. Sebagai sumber cahaya untuk berlangsungnya fotosintesis digunakan lampu TL-40 watt dengan intenitas cahaya 3.000-4.500 lux. Penggantian air media dilakukan 4-5 hari sekali. Yaitu dimana Spirulina sedang dalam masa pertumbuhan, ditandai secara visual dengan warna air yang sesuai dengan pigmentasi sel Spirulina yang dikultur. Kultur skala laboratorium dilakukan secara bertahap hingga volume 2-5 Liter.
Program
pengabdian masyarakat dimulai dari kultur skala semi massal mulai dari
volume 20 liter hingga 100 liter. wadah I terbuat dari ember berukuran
25 liter dan wadah II terbuat dari bak plastik berukuran 120 liter. Air
yang digunakan untuk kultur harus disterilisasi dulu dengan cara air
yang akan digunakan disaring sebelumnya dengan screen, laku ditambahkan chlorin 60 mg/ L selama minimal 1 jam dan dinetralisir dengan larutan Na-Thiosulfat 20 mg/ L untuk menghilangkan sisa-sisa chlorin dalam air hingga bau chlorin hilang.
Air steril dimasukan pada wadah I, kemudian di masukan inokulum sekitar 1 / 20 bagian dari total volume atau untuk 20 liter air datambahkan sekitar 4 liter Spirulina. Inokulum dipupuk Menggunakan media CFTR (2) yakni berasal dari komposisi NPK (17:17:17 atau 15:15:15) 1.000 mg, TSP 100 mg, MgSO4 50 mg. NaHCO3 4000
mg. Pencahayaan hanya mengandalkan cahaya matahari pada siang hari.
Pada keadaan tertentu dimana cahaya matahari kurang memadai, dapat
menggunakan lampu TL atau lampu sorot. Aerasi dijaga jangan sampai mati, karena hal itu akan menghambat pertumbuhan Spirulina dan dapat menyebabkan kematian.
By: Pakan Ikan Madiun, Spirulina, Sumber: http://pkm.openthinklabs.com