A. |
PENDAHULUAN |
|
Pangan merupakan kebutuhan yang strategis
dan mutlak yang harus dapat dipenuhi oleh suatu Negara atau wilayah/daerah.
Karena pangan merupakan kebutuhan yang sangat esensial bagi kehidupan
manusia. Bagi Bangsa Indonesi (termasuk penduduk Kabupaten Bantul),
bahan pangan yang paling pokok adalah beras.
Begitu pentingnya masalah pangan maka merupakan persoalan fundamental
bagi suatu bangsa.
Cukup tidaknya ketersediaan pangan (beras) bahkan bisa berpengaruh
pada aspek politik. Jika terjadi kekurangan pangan maka dapat mengganggu
stabilitas masyarakat.
Berdasarkan latar belakang dan pertimbangan diatas, maka pengembangan
komoditas pangan selalu menjadi prioritas pembangunan, yakni melalui
program intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitas.
Program intensifikasi produksi pangan dimulai bersamaan dengan
lahirnya revolusi hijau yakni pemakaian masukan tinggi berupa pupuk
an organik. Program tersebut meliputi :
Padi Sentra, Bimas, Insus, Supra Insus dan Peningkatan Mutu Intensifikasi
(PMI). Program-program tersebut pernah cukup berhasil, yakni dengan
tercapainya swasembada beras pada tahun 1984. Namun karena beratnya
hambatan dan tantangan yang ada, upaya intensifikasi nampak kewalahan
mengimbangi kebutuhan beras dan tanaman pangan lainnya yang cenderung
meningkat. Kemudian pada tahun 2003 upaya peningkatan produksi pangan
dilakukan melalui program PMI-PAT. |
B. |
PROGRAM PMI-PAT |
|
Upaya pemerintah dalam mengingkakan produksi tanmaan
pangan antara lain ditempuh melalui 2 strategi yaitu :
1. |
Peningkatan produktivitas yang dilaksanakan melalui
Program Peningkatan Mutu Intensifikasi (PMI), dan |
2. |
Perluasan Areal Tanam (PAT). Sasaran komoditas PMI adalah
tanaman padi, sedangkan sasaran komoditas PAT adalah tanaman
palawija, seperti jagung, kacang tanah dan ubi kayu. |
Untuk merealisasikan peningkatan produktivitas tanaman pangan (padi)
ditempuh 10 jurus (paket) Peningkatan Mutu Intensifikasi yang harus
diperhatikan yaitu :
1. |
Penyiapan lahan tepat waktu dengan cara yang benar. |
2. |
Penggunaan benih bermutu dan berlabel produksi dan tepat. |
3. |
Tersedianya saprodi. |
4. |
Pemupukan berimbang. |
5. |
Perbaikan produksi budidaya tanaman. |
6. |
Pengendalian Organisme Penggangu Tanaman (OPT) secara Pengendalian
Hama Terpadu (PHT). |
7. |
Penggunaan air secara teratur dan efisien. |
8. |
Mengurangi kehilangan hasil waktu panen, perontokan, penjemuran
dan pengangkutan. |
9. |
Penyediaan modal kerja bagi petani. |
10. |
Harga yang merangsang petani. |
 |
Petak Dem PMI
|
Sedangkan Program Perluasan Areal Tanam ditempuh melalui 3 kegiatan
:
1. |
Optimalisasi Lahan. |
2. |
Rehabilitasi dan Konservasi Lahan. |
3. |
Penambahan Baku Lahan. |
Pengelolaan program PMI mengacu pada pendekatan pengelolaan kawasan
ekonomis 100 ha dimana 5 ha sebagai inti dan 95 ha kawasan pengembangan.
Lahan inti 5 ha merupakan Laboratorium Lapangan (LL) sebagai tempat
pembelajaran petani. Tujuan dan sasaran PMI antara lain meningkatkan
produksi dan produktivitas pangan (padi) yang ditandai dengan pemberian
dana Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) yang harus dikelola secara
baik oleh kelompok berdasarkan Rencana Usaha Kelompok (RUK).
Sedangkan tujuan dan sasaran PAT antara lain mewujudkan pengingkatan
produksi tanaman pangan. Inti kegiatan berupa pengelolaan dana PMUK
yang pemanfaatannya disesuaikan dengan RUK.
Beberapa hal dalam 10 jurus PMI diatas perlu dijelaskan di bawah
ini. |
c. |
BENIH UNGGUL DAN PUPUK |
|
Langkah penting dalam peningkatan mutu intensifikasi
adalah penggunaan benih unggu bermutu dan pemupukan secara tepat.
Dalam Program PMI kelompok tani pelaksana diwajibkan menggunakan
benih padi unggul berlabel, sebab mutu benih merupakan penentu pertama
(awal) besar kecilnya produksi.
Sedangkan dalam hal pemupukan, seluruh kelompok tani dianjurkan
menggunakan pupuk organik disamping pupuk an organik.
Pupuk organik ada 2 macam : pupuk kandang dan kompos. Pupuk organik
berfungsi penting untuk memperbaiki struktur tanah. Pupuk organik
menyebabkan pupuk an organik lebih efektif.
Untuk memperoleh produksi yang optimal, pupuk an organik agar dilaksanakan
dengan tepat yakni tepat dosis, waktu dan cara aplikasi. Dosisi
anjuran secara umum adalah : Urea 250 kg/ha, SP36 100 kg/ha dam
KCl 75 kg/ha (antar wilayah dosis pemupukan tidak harus sama). |
D. |
PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) |
|
PHT merupakan suatu pendekatan baru dalam pengendalian
OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) yang memadukan manusia dan lingkungan.
Pada hakekatnya PHT mempunyai 4 prinsip yaitu :
1. |
Membudidayakan tanaman sehat. |
2. |
Melestarikan dan mendayagunakan fungsi musuh alami. |
3. |
Melaksanakan pengamatan mingguan secara teratur dan berkesinambungan. |
4. |
Petani sebagai ahli PHT. PHT memiliki keuntungan ditinjau
dari aspek stabilitas produksi, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. |
|
E. |
PANEN DAN PASCA PANEN |
|
Untuk menekan kehilangan hasil (terutama padi)
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1. Cara Panen
2. Perontokan
3. Pengeringan
4. Penyimpanan
CARA PANEN
a. |
Keringkan sawah 7-10 hari sebelum panen agar kematangan
padi lebih merata dan cepat. |
b. |
Lakukan panen pada umur 33-36 hari setelah berbungan merata
yaitu apabila 95% malai telah menguling, daun bendera mulai
menua dan sebagian kuning/mati. |
c. |
Gunakan alat panen yang tajam. |
PERONTOKAN dapat dilakukan dengan beberapa cara
baik dengan menggunakan alat mesin (power dan pedal theser) maupun
manual denga digepyok. Lakukan perontokan pada hari panen untuk
menghindari timbulnya butir kuning dan menggunkaan alas yang lebar
untuk mengurangi kehilangan.
PEMBERSIHAN dilakukan untuk menghilangkan butir
hampa dan benda asing lainnya yang ditujukan untuk mengingkatkan
mutu gabah.Alat yang digunakan bisa berupa alat tampi maupun dengan
menggunakan blower/cleaner. Pembersihan sebaiknya dilakukan setelah
perontokan hingga memudahkan pada proses pengeringan.
 |
Gedung LDM Sewon, Bantul
|
|
PENGERINGAN dapat dilakukan secara manual (sinar
matahari) dan mesin. Di Bantul kini telah tersedia mesin pengering
hasil pertanian (gabah) yang terdapat Lumbung Desa Modern. LDM sudah
dilengkapi dengan alat pengering (dryer) dengan kapasitas 5 ton
dengan lama pengeringan 6 jam serta sarana lainnya seperti timbangan,
alat pengukur kadar air (Moisture Tester Digital), alat pengering,
alat pemadam kebakaran, alat pengambil sample, alat pengatur suhu,
alat testing rendemen beras/gabah. Selain itu juga dilengkapi dengan
lantai jemur ukuran 30m x 10m dan gudang yang mampu menampung 300
ton gabah.
Biaya pengeringan Rp. 100,-/kg
PENYIMPANAN perlu memperhatikan hal-hal :
a. |
Simpan gabah dalam bentuk curah atau dalam karung.
Gabah yang disimpan memliliki kadar air max. 14%. |
b. |
Ruang tempat penyimpanan gabah harus tidak berhubungan dengan
lantai ataupun dinding agar ada sirkulasi udara. |
c. |
Gunakan alat panen yang tajam. |
|
|
--oct04--
|
|