C. Mengambil dan mempersiapkan larutan hipofisa
Untuk merangsang telur yang sudah dewasa di dalam gonada, induk betina lele dumbo itu perlu disuntik dengan suatu hormon yang disebut Gonada Stimulating Hormone (GSH). GSH itu terdapat dan dihasilkan oleh kelenjar hipofisa atau disebut juga kelenjar pituitari. Setiap ikan (juga makhluk bertulang belakang lainnya) mempunyai kelenjar hipofisa yang terletak di bawah otak. Kelenjar hipofisa itu sangat penting fungsinya di dalam proses perkembangbiakan, ukurannya kira-kira hanya sebesar butir kacang hijau bahkan lebih kecil. Beratnya hanya 2 - 3 mg. Kelenjar hipofisa ini menghasilkan hormon GSH sejalan dengan proses kedewasaan kelamin ikannya. Pada ikan yang sudah dewasa hipofisa mengeluarkan GSH lebih banyak dibanding dengan ikan yang belum dewasa benar.
gambar 16. letak kelenjar hipofisa di bawah otak
Untuk
penyuntikan ikan lele dumbo, diperlukan snjar hipofisa yang diambil
dari lele dumbo juga yang orbankan untuk itu. Ikan yang diambil
hipofisanya disebut "donor". Sebagai donor juga dapat dipakai ikan mas (Cyprinus carpio) atau ikan lele lokal (Clarias achus). Ikan yang menerima suntikan hipofisa diut "resipien".
Dosis hipofisa
Banyaknya hopifisa yang perlu disuntikkan kepada ikan lele dumbo adalah 3 dosis. Artinya, seekor ikan lele
dumbo yang berat badannya 0,5 kg memerlukan hipofisa yang berasal dari
ikan donor yang berat badannya 3 x 0,5 kg. Ikan donor seberat 1,5 kg itu
dapat terdiri atas 3 ekor yang masing-masing beratnya 0,5 kg atau 2 ekor yang beratnya 1 kg dan 0,5 kg atau dapat dipakal 1 ekor donor yang beratnya 1,5 kg.
Sebagai ikan dbnor sebaiknya dipakal ikan yang sudah dewasa, jantan atau betina boleh dan sama saja.
Cara pengambilan hipofisa
Ikan yang akan dijadikan donor itu dipegang pada bagian kepalanya. Kalau licin pegangannya dapat dibantu dengan kain lap. Sementara bagian kepala dipegang, bagian
badan diletakkan di atas talenan sebagai landsannyan Kepala ikan itu
dipotong di belakang tutup msangnya sampai kepala putus. Setelah
terpotong, bagianatas kepala dipotong/disisir tulang kepalanya di atas mata, hingga tulang tengkorak terbuka dan otak kehhato Otak ini kita singkap dengan menggunakan prnset dan akan kelihatan kelenjar hipofisa berwarna putm sebesar butir kacang hijau di bawah otak itu.
Dengan tetap menggunakan pinset kelenjar hipofisa itu
diangkat lalu ditaruh dalam tabung penggerus. Dengan sedikit larutan
garam fisiologis, hipofisa itu di sihkan dari darah yang mungkin
melekat. Larutan garam bersama kotoran-kotoran dibuang. Lalu kelenjar hipofisa itu digerus sampai hancur. Selanjutnya diencerkan dengan 1 - 1,5 ml aqua-bidest, maka GSH yang terkandung dalam kelenjar hipofisa itu akan terlarut di dalam aquabidest itu. Larutan tersebut kita endapkan (kalau ada
gunakan centrifuge; kalau tak ada, biarkan saja beberapa menit sampai
larutan itu kotorannya mengendap) Cairan bagian atas dapat diambil
dengan tabung injeksi untuk disuntikkan kepada ikan (Imat Gambar 17 : 1 - 8).
d. Cara penyuntikan hipofisa
Induk
betina (sebagai resipien) yang sudah dipersmkan sebelumnya, diambil
dari happa. Dipegang dengan bantuan penyerok dari jaring supaya pegangan
tidak licin. Penyuntikan di punggung dekat sirip punggung ke dalam
dagingnya (intramuskular). Untuk induk lele yang beratnya 0,5 kg sebagai
misal tadi, 3 dosis hipofisa yang sudah kita gems diendapkan dan
dilarutkan dalam aquabidest 1 ml, diambil 1/3 ml, disuntikkan dahulu
(suntikan pertama), lalu ikan itu dimasukkan lagi ke dalam happa
terpisah. Selang 4 jam larutan hipofisa yang 2/3 ml tadi disuntikan
lagi, lalu ikan dikembalikan ke dalam happa. Tiga jam sesudah
penyuntikan kedua induk betina itu sudah dapat kita urut perutnya untuk
mengeluarkan telurnya.
Kepala lele dipotong persis ditengkuknya
Tengkorak kepala disisir lalu hipofisa diangkat pakai pinset
Hipofisa disuntikkan ke lele betina
Perut lele jantan dibelah
Sperma diambil dan dimasukan ke dalam tabung
sang betina diurut untuk mengeluarkan telurnya.
Sperma dan telur dicampur (dibuahi)
Telur yang telah dibuahi sperma jantan
Dimasukan ke dalam kolam penetasan
Kalau larutan hipofisa tadi dicampur dengan HCG (Human Chorianic Gonadotripin,
yaitu hormon yang diekstrak dari air seni orang hamil, HCG itu dibuat
oleh pabrik farmasi dan dijual di apotek) pemakaian hipofisa asli dari
ikan donor dapat dihemat. Induk betina lele dumbo yang beratnya 0,5 kg
cukup disuntik dengan 1 - 1,5 dosis hipofisa ditambah dengan 500 -
1.500 S.I. HCG. Sayangnya HCG di Indonesia tidak dijual bebas, malah
mungkin harus diimpor lebih dulu.
e. Fertilisasi telur tanpa pemijahan (fertilisasi buatan)
Walaupun sudah matang telur dan sudah disuntik dengan hormon, ikan dumbo jantan dan betinanya jika dipertemukan
kerapkali tidak juga mau kawin atau memijah sendiri. Maka peternak
lebih suka melanjutkan penyurtikan hipofisa itu dengan cara pembuahan
(fertilisasi) buatan. Telur dari induk betina diurut sampai keluar
semua, lalu dicampur dengan air mani yang dikeuarkan dari induk jantan,
di dalam suatu wadah. Setelah terjadi pertemuan antara sperma dan
telur, selanutnya telur ditetaskan secara terkontrol pula di dalam bak penetasan menjadi burayak. Burayak juga dipelihara secara cermat agar kelangsungan hidupnya tinggi.
Pengurutan telur
Induk
betina yang sudah 3 jam disuntik hormone dosis kedua (terakhir) tidak
boleh terlambat diambil dari happa. Sebab kalau terlambat, telur dapat
keburu keluar di dalam happa, sehingga menjadi mubazir. Sementara itu
telah kita siapkan mangkuk yang cukup besar atau waskom plastik yang
dapat diisi air ± 2 liter, serta sebuah bulu ayam untuk mengaduk telur
setelah dikeluarkan nanti. Waskom dan bulu ayam itu sebelumnya sudah
disterilkan.
Induk
ikan kita pegang bagian kepala dengan bantuan lap, agar tidak licin.
Sementara tangan kiri memegang kepala ikan, tangan kanan melakukan
pengurutan perut ikan itu. Dengan menggunakan ibu jari, telunjuk dan
jari tengah, kita mulai menekan dan mengurut perut ikan mulai dari
belakang kepala ke^arah dubur. Telur akan keluar dan ditampung dalam
waskom atau mangkuk tadi. Pengurutan perut itu diulang 2 - 3 kali sampai
telurnya keluar semua. Ini dapat dilakukan oleh satu orang.
Pengeluaran sperma
pada
waktu yang bersamaan, satu orang lain menangkap ikan jantan yang sudah
dipersiapkan tadi dala happa. Kepala ikan jantan itu dipotong persis di
belakang sirip dada. Lalu dengan mempergunakan gunting, perut lele jantan itu digunting sepanjang sisi bawah badannya, untuk mengeluarkan usus dan isi perut lainnya. Maka tampaklah kantong sperma (gonada jantan) yang bentuknya pipih memanjang seperti pita, menempel pada bagian atas rongga perut. Pita gonada jantan itu bercabang 2. Gonada itu diangkat dengan pinset, semuanya ditaruh di dalam suatu cawan. Gonada yang seperti pita berwarna putih itu dipotong-potong, dan dipecahkan serta diurut-urut supaya cairan mani keluar. Lalu cairan mani itu dituangkan ke dalam mangkuk yang sudah diisi dengan telur yang dikeluarkan tadi.
Pembuahan (fertilisasi)
Telur dan air mani di dalam waskom atau mangkuk itu lalu diaduk perlahan-lahan dengan bulu ayam sampai bercampur merata. Setelah beberapa detik saja, telur lalu mengembang, maka dapat diberi air sedikit agar tidak terlalu kental. Telur yang telah dibuahi, akan menempel pada bulu ayam. Tetapi penempelannya tidak terlalu lekat. Segeralah telur itu dimasukkan ke dalam sebuah bak yang berisi air bersih, dan dipasangi/ditebar ijuk. Penebaran telur ke dalam bak penetasan itu harus merata, agar telur dapat melekat pada ijuk secara merata pula.
Proses pengadukan telur dengan sperma ini harus di lakukan secara halus dan cepat, karena telur yang sudah dibuahi dapat menempel satu sama lain alias bergumpal. Kalau sampai bergumpal tentu hasil penetasannya kecil, karena banyak yang mati.
f. Bak penetasan telur
Untuk penetasan telur yang telah dibuahi, disediakan bak penetasan yang cukup dangkal dan tidak terlalu besar. Dapat dipakai bak dari fiber-glass atau bak dari semen asalkan bersih. Ukurannya 1 x 2 meter atau 0,5
x 1 meter, kedalaman 0,5 meter. Ijuk yang sudah dibersihkan dan dijemur
dimasukkan ke dalam bak, sehingga melapisi dasar bak itu. Ijuk itu
sebagai "kakaban" tempat telur ikan lele melekat. Apabila induk-induk yang akan diambil telumya banyak, maka dapat disediakan beberapa buah bak penetasan.
Dinding
bak penetasan sebaiknya diberi lubang lubang kecil kira-kira 5 cm dari
bibir bak. Dengan demikian air dapat diatur selalu dialiri air baru dan
ada air yang keluar dari lubang-lubang itu, sedangkan bak tidak akan luber. Air dapat dialirkan ke dalam bak penetasan tu
dengan menggunakan slang yang kecil menjulur sampai dasar bak. Pada bak
itu juga dipasang aerator, supaya kadar oksigen di dalam air tetap
mencukupi bagi telur yang ditetaskan.
Untuk mengisi bak penetasan, harus menggunakan air
bersih dan tidak membawa bibit penyakit. Sebaiknya diambil dari air
sumur. Air PAM tidak boleh dipergunakan sebab mengandung klorin.
gambar 18. bak penetasan dan perlengkapannya
Dalam
waktu 24 jam, pada suhu yang normal di Indonesia, telur lele dumbo akan
menetas. Burayak yang baru menetas sangat kecil hingga sulit dilihat
dengan mata telanjang. Selama tiga hari setelah menetas, burayak masih
menyerap kuning telurnya sendiri, dan belum dapat makan. Maka di dalam
bak penetasan itu, tidak perlu diberi pakan untuk burayak. Pada hari
kedua setelah telur menetas biasanya terlihat berwarna putih, lalu
ditumbuhijamur. Telur yang tak menetas juga harus dikeluarkan dari bak,
dengan mempergunakan serokan kecil atau menggunakan sebuah slang kecil
untuk menyedot telur yang bangkar itu beserta kotoran air keluar.
Aerator
harus dijaga agar selalu bekerja dengan baik. Pada hari ketiga, burayak
dipindahkan ke dalam bak pengipukan yang sudah dipersiapkan. Bak
pengipukan hendaknya diletakkan di bawah atap, agar terlindung dari
perubahan cuaca dan tidak kena hujan secara langsung, mengingat burayak
itu masih lemah.
g. Bak atau kolam pengipukan
Kolam pengipukan sebaiknya dibuat dari semenan, yang ukurannya dapat disesuaikan dengan luas ruangan. Yaitu berkisar antara 2 - 10 m2 atau volume air 2 - 10 ton, dengan kedalaman 0,5 - 0,75 m. Bak ipukan dipasang di bawah atap.
Apabila memungkinkan, sebaiknya air di dalam bak ipukan selalu mengalir lambat-lambat, cukup 2 - 3 liter per
detik. Jika ada aliran air, maka tidak perlu benar diberi aerator,
mengingat burayak lele dumbo dapat mengambil pernapasan dari udara.
Padat penebaran dalam bak ipukan dapat mencapai 100 - 200 ekor/m2.
Tiga hari pertama di dalam bak pengipukan burayak lele diberi pakan binatang-binatang renik seperti Brachionus dan Moina yang masih kecil-kecil. Brachionus dan Moina itu dikultur di tempat tersendiri. Hari keempat, pakan dapat diganti dengan nauplii danArtemia yang baru ditetaskan, atau Moina yang sudah besar dan Daphnia (dikultur tersendiri pula).
Setelah 10 hari, burayak dapat diberi pakan cacing tubifex yaitu cacing pecomberan yang kecil-kecil itu.
Pengipukan dilakukan selama 2 minggu saja, diperkirakan burayak lele dumbo sudah cukup kuat dan gesit untuk dipindahkan dan dipelihara lebih lanjut di dalam kolam pembenihan di luar, tanpa atap.
Perlu diperhatikan, apabila pakan hidup diperoleh dari tempat-tempat umum (pecomberan) harus dibersihkan lebih dahulu agar tidak membawa benih penyakit yang
dapat menulari burayak lele yang dipelihara. Maka dianjurkan agar
peternak lele memelihara sendiri binatang-binatang renik yang disebutkan
dj atas. Cara membudidayakan binatang renik tersebut dapat dipelajari dari buku-buku/brosur yang diterbitkan oleh Dinas Perikanan atau oleh Direktorat Jenderal Perikanan.
Pakan bagi burayak lele dalam ipukan juga dapat diberikan dalam bentuk butiran halus dari adonan semacam roti yang mengandung banyak protein hewani (tepung
ikan< kuning telur dicampur sedikit tepung terigu, dan ragi, lalu
dikukus). Tetapi pakan buatan itu menyebabkan airnya cepat kotor. Oleh
karena itu pemberian pakan harus sedikit demi sedikit dan air harus
sering diganti (sebagian atau seluruhnya).
Pakan alami yang terdiri atas binatang-binatang renik lebih dianjurkan, karena selalu memberikan hasil yang lebih baik : burayak lebih sehat dan cepat besar.