1. |
SEJARAH SINGKAT |
|
Pala (Myristica Fragan Haitt)
merupakan tanaman buah berupa pohon tinggi asli Indonesia,
karena tanaman ini berasal dari Banda dan Maluku. Tanaman pala menyebar
ke Pulau Jawa, pada saat perjalanan Marcopollo ke Tiongkok yang melewati
pulau Jawa pada tahun 1271 sampai 1295 pembudidayaan tanaman pala
terus meluas sampai Sumatera. |
2. |
JENIS TANAMAN |
|
Tanaman pala memiliki beberapa jenis,
antara lain: 1) Myristica fragrans Houtt, 2) Myristica argentea Ware,
3) Myristica fattua Houtt, 4) Myristica specioga Ware, 5) Myristica
Sucedona BL, 6) Myristica malabarica Lam.
Jenis pala yang banyak diusahakan adalah terutama Myristica
fragrans, sebab jenis pala ini mempunyai nilai ekonomi
lebih tinggi daripada jenis lainnya. Disusul jenis Myristica argentea
dan Myristica fattua. Jenis Myristica specioga,
Myristica sucedona, dan Myristica malabarica produksinya
rendah sehingga nilai ekonomisnya pun rendah pula. |
3. |
MANFAAT TANAMAN |
|
Selain sebagai rempah-rempah, pala juga
berfungsi sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan
dalam industri pengalengan, minuman dan kosmetik.
1) |
Kulit batang dan daun |
|
Batang/kayu pohon pala yang disebut dengan “kino”
hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Kulit batang dan daun
tanaman pala menghasilkan minyak atsiri |
2) |
Fuli |
|
Fuli adalah benda untuk menyelimuti biji buah pala yang berbentuk
seperti anyaman pala, disebut “bunga pala”. Bunga
pala ini dalam bentuk kering banyak dijual didalam negeri. |
3) |
Biji pala |
|
Biji pala tidak pernah dimanfaatkan oleh orang-orang pribumi
sebagai rempahrempah. Buah pala sesungguhnya dapat meringankan
semua rasa sakit dan rasa nyeri yang disebabkan oleh kedinginan
dan masuk angin dalam lambung dan usus. Biji pala sangat baik
untuk obat pencernaan yang terganggu, obat muntah-muntah dan
lain-lainya. |
4) |
Daging buah pala |
|
Daging buah pala sangat baik dan sangat digemari
oleh masyarakat jika telah diproses menjadi makanan ringan,
misalnya: asinan pala, manisan pala, marmelade, selai pala,
kKristal daging buah pala. |
|
4. |
SENTRA PENANAMAN |
|
Jika dilihat data pada tahun 1971 lalu, luas
tanaman pala di Indonesia sekitar 22.809 hektar dengan daerah penyebaran
yang terpusat di Sulawesi, Irian Jaya. Aceh dan Maluku.
|
5. |
SYARAT PETUMBUHAN |
|
5.1. |
Iklim
1) |
Tanaman
pala juga membutuhkan iklim yang panas dengan curah
hujan yang tinggi dan agak merata/tidak banyak berubah
sepanjang tahun. |
2) |
Suhu udara lingkungan
20-30 derajat C sedangkan, curah hujan terbagi secara
teratur sepanjang tahun. Tanaman pala tergolong jenis
tanaman yang tahan terhadap musim kering selama beberapa
bulan.
|
|
5.2. |
Media Tanam
1) |
Tanaman ini membutuhkan
tanah yang gembur, subur dan sangat cocok pada tanah
vulkasnis yang mempunyai pembuangan air yang baik. Tanaman
pala tumbuh baik di tanah yang bertekstur pasir sampai
lempung dengan kandungan bahan organis yang tinggi. |
2) |
Sedangkan pH tanah yang cocok
untuk tanaman pala adalah 5,5 – 6,5. Tanaman ini
peka terhadap gangguan air, maka untuk tanaman ini harus
memiliki saluran drainase yang baik. |
3) |
Pada tanah-tanah yang miring seperti pada
lereng pegunungan, agar tanah tidak mengalami erosi sehingga
tingkat kesuburannya berkurang, maka perlu dibuat teras-teras
melintang lereng. |
|
5.3. |
Ketinggian Tempat
Tanaman pala dapat tumbuh baik di daerah yang mempunyai ketinggian
500-700 m dpl. Sedangkan pada ketinggian di atas 700 m, produksitivitas
tanaman akan rendah. |
|
6. |
PEDOMAN BUDIDAYA |
|
6.1. |
Pembibitan |
|
1) Perbanyakan
Cara Generatif (Biji)
|
|
a) |
Pemilihan Biji |
|
|
Perbanyakan dengan biji dapat
dilakukan dengan mengecambahkan biji. Dalam hal ini biji yang
digunakan berasal dari: |
|
|
- Biji sapuan: biji yang dikumpulkan begitu saja tanpa diketahui
secara jelas dan pasti mengenai pohon induknya.
-
Biji terpilih: biji yang asalnya atau
pohon induknya diketahui dengan jelas. Dalam hal ini ada
3 macam biji terpilih, yaitu: (1) biji legitiem,
yaitu biji yang diketahui dengan jelas pohon induknya
(asal putiknya jelas diketahui); (2) biji illegitiem,
yaitu biji yang berasal dari tumpang sari tidak diketahui,
tetapi asal putiknya jelas diketahui; (3) biji Propellegitiem,
yaitu biji yang terjadi hasil persilangan dalam satu kebun
yang terdiri dua klon atau lebih.
Biji-biji yang akan digunakan sebagai benih
harus berasal dari buah pala yang benar-benar masak. Buah
pala bijinya akan digunakan sebagai benih hendaknya berasal
dari pohon pala yang mempunyai sifat-sifat: (1) pohon dewasa
yang tumbuhnya sehat; (2) mampu berproduksi tinggi dan kwalitasnya
baik.
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan Nomor:
KB. 010/42/SK/ DJ. BUN/9/1984, telah ditetapkan dan dipilih
pohon induk yang dapat dipergunakan sebagai sumber benih yang
tersebar di 4 propinsi, yaitu: Sumatera Barat, Jawa Barat,
Sulawesi Utara dan Maluku. Biji-biji dari pohon induk terpilih
yang akan digunakan sebagai benih harus diseleksi, yaitu dipilih
biji-biji yang ukurannya besar dengan bobot minimum 50 gram/biji,
berbentuk agak bulat dan simetris, kulit biji berwarna coklat
kehitam-hitaman dan mengkilat, tidak terserang oleh hama dan
penyakit.
Buah pala yang dipetik dari pohon dan akan dijadikan benih
harus segera diambil bijinya, paling lambat dalam waktu 24
jam biji-biji tersebut harus sudah disemaikan. Hal ini disebabkan
oleh sifat biji pala yang daya berkecambahnya dapat cepat
menurun.
|
|
b) |
Penyemaian |
|
|
Tanah tempat
penyemaian harus dekat sumber air untuk lebih memudahkan melakukan
penyiraman pesemaian. Tanah yang akan dipakai untuk penyemaian
harus dipilih tanah yang subur dan gembur. Tanah diolah dengan
cangkul dengan kedalaman olakan sekitar 20 cm dan dibuat bedengan
dengan ukuran lebar sekitar 1,5 cm dan panjangnya 5-10 cm,
tergantung biji pala yang akan disemaikan. Bedengan dibuat
membujur Utara-Selatan. Kemudian tanah yang sudah diolah tersebut
dicampuri dengan pupuk kandang yang sudah jadi (sudah tidak
mengalami fermentasi) secara merata secukupnya supaya tanah
bedengan tersebut menjadi gembur. Sekeliling bedengan dibuka
selokan kecil yang berfungsi sebagai saluran drainase.
Bedengan diberi peneduh dari anyaman daun kelapa/jerami dengan
ukuran tinggi sebelah Timur 2 m dan sebelah Barat 1 m. maksud
pemberian peneduh ini adalah agar pesemaian hanya terkena
sinar matahari pada pagi sampai menjelang siang hari dan pada
siang hari yang panas terik itu persemaian itu terlindungi
oleh peneduh.
Tanah bedengan disiram air sedikit demi sedikit sehingga kebasahannya
merata dan tidak sampai terjadi genangan air pada bedengan.
Kemudian biji-biji pala disemaikan dengan membenamkan biji
pala sampai sedalam sekiat 1 cm di bawah permukaan tanah bedengan.
Jarak persemaian antar-biji adalah 15X15 cm. Posisi dalam
membenamkan biji/benih harus rapat, yakni garis putih pada
kulit biji terletak di bawah. Pemeliharaan pesemaian terutama
adalah menjaga tanah bedengan tetap dalam keadaan basah (disiram
dengan air) dan menjaga agar tanah bedengan tetap bersih dari
gulma).
Setelah biji berkecambah yaitu sudah tumbuh bakal batangnya.
Maka bibit pada pesemaian tersebut dapat dipindahkan ke kantong
polybag yang berisimedia tumbuh berupa tanah gembur yang subur
dicampur dengan pupuk kandang. Pemindahan bibit dari pesemaian
ke kantong polybag harus dilakukan secara hati-hati agar perakarannya
tidak rusak.
Polybag yang sudah berisi bibit tanaman harus diletakkan pada
tempat yang terlindung dari sinar matahari/diletakkan berderet-deret
dan diatasnya diberi atap pelindung berupa anyaman daun kelapa/jerami.
Pemeliharaan dalam polybag terutama adalah menjaga agar media
tumbuhnya tetap bersih dari gulma dan menjaga media tumbuh
dalam keadaan tetap basah namun tidak tergantung air. Agar
tidak tergenang air, bagian bawahnya dari polybag harus diberi
lubang untuk jalan keluar air siraman/air hujan.
Bibit-bibit tersebut dapat dilakukan pemupukan ringan, yakni
dengan pupuk TSP dan urea masing-masing sektar 1 gram tiap
pemupukan. Pupuk ditaruh di atas permukaan media tumbuh kemudian
langsung disiram. Pemupukan dilakukan 2 kali dalam setahun,
yakni pada awal musim hujan dan pada akhir musim hujan. Setelah
bibit tanaman mempunyai 3–5 batang cabang, maka bibit
ini dapat dipindahkan/ditanam di lapangan.
|
2) |
Perbanyakan Cara Cangkok (Marcoteren) |
|
Perbanyakan
tanaman pala dengan cara mencangkok bertujuan untuk mendapatkan
tanaman yang mempunyai sifat-sifat asli induknya (pohon yang
dicangkok).
Hal yang diperhatikan dalam memilih batang/cabangyang akan
dicangkok adalah dari pohon yang tumbuhnya sehat dan mampu
memproduksi buah cukup banyak, pohon yang sudah berumur 12–15
tahun. Batang/cabang yang sudah berkayu,
tetapi tidak terlalu tua/terlalu muda.Cara mencangkok (marcotern):
|
|
a) |
Batang/cabang
dikelupas kulitnya dengan pisau tajam secara melingkar sepanjang
3–4 cm. Posisi cangkokan sekitar 25 cm dari pangkal
batang/cabang. Lendir/kambium yang melapisi kayu dihilangkan
dengan cara disisrik kambiumnya, batang yang akan dicangkok
tersebut dibiarkan selama beberapa jam sampai kayunya yang
tampak itu kering benar.
|
|
b) |
Ambillah tanah
yang gembur dan sudah dicampuri dengan pupuk kandang dalam
keadaan basah dan menggumpal. Kemudian tanah tersebut ditempelkan/dibalutkan
pada bagian batang yang telah dikuliti berbentuk gundukan
tanah. Gundukan tanah tersebut kemudian dibalut dengan sabut
kelapa/plastik. Agar tanah dapat melekat erat pada batang
yang sudah dikuliti, maka sabut kelapa/plastik pembalut itu
diikat dengan tali secara kuat pada bagian bawa, bagian tengah
dan bagian atas. Bila menggunakan pembalut dari palstik, maka
bagian atas dan bagian bawah harus diberi lubang kecil untuk
memasukkan air siraman (lubang bagian atas) dan sebagai saluran
drainase (lubang bagian bawah).
Bila pencangkokkan ini berhasil dengan baik, maka setelah
2 bulan akan tumbuh perakarannya. Jika perakaran cangkokkan
itu sudah siap untuk dipotong dan dipindahkan keranjang atau
ditanam langsung di lapangan.
|
3) |
Perbanyakan Cara Penyambungan
(Enten Dan Okulasi) |
|
Sistem penyambungan
ini adalah menempatkan bagian tanaman yang dipilih pada bagian
tanaman lain sebagai induknya sehingga membentuk satu tanaman
bersama. Sistem penyambungan ini ada dua cara, yakni:
|
|
a) |
Penyambungan Pucuk (entern, grafting) |
|
|
Penyambungan pucuk ini ada tiga macam
yaitu : |
|
|
- Enten celah (batang atas dan batang bawah sama besar)
- Enten pangkas atau kopulasi
- Enten sisi (segi tiga)
|
|
b) |
Penyambungan mata (okulasi) |
|
|
Penyambungan mata ada tiga macam
yaitu : |
|
|
- Okulasi biasa (segi empat)
- Okulasi “T”
- Forkert
|
|
|
Setelah 3-4 bulan sejak penyambungan dengan sistem enten
atau okulasi itu dilakukan dan jika telah menunjukkan adanya
pertumbuhan batang atas (pada penyambungan enten) dan mata
tunas (pada penyambungan okulasi), tanaman sudah dapat ditanam
di lapangan.
|
4) Perbanyakan
Cara Penyusuan (Inarching Atau Approach Grafting)
|
Dalam
sistem penyusuan ini, ukuran batang bawah dan batang
atas harus sama besar (kurang lebih besar jari tangan
orang dewasa). Cara melakukannya adalah sebagai
berikut: |
|
a) |
Pilihlah calon bawah
dan batang atas yang mempunyai ukuran sama. |
|
b) |
Lakukanlah penyayatan
pada batang atas dan batang bawah dengan bentuk
dan ukuran sampai terkena bagian dari kayu. |
|
c) |
Tempelkan batang bawah
tersebut pada batang atas tepat pada bekas sayatan
tadi dan ikatlah pada batang atas tepat pada bekas
sayatan dan ikat dengan kuat tali rafia. |
|
Setelah
beberapa waktu, kedua batang tersebut akan tumbuh
bersama-sama seolah-olah batang bawah menyusu
pada batang atas sebagai induknya. Dalam waktu
4–6 minggu, penyusuan ini sudah dapat dilihat
hasilnya. Jika batang atas daun-daunnya tidak
layu, maka penyusuan itu dapat dipastikan berhasil.
Setelah 4 bulan, batang bagian bawah dan bagian
atas sudah tidak diperlukan lagi dan
boleh dipotong serta dibiarkan tumbuh secara sempurna.
Jika telah tumbuh sempurna, maka bibit dari hasil
penyusuan tersebut sudah dapat ditanam di lapangan.
|
5) |
Perbanyakan
Cara Stek |
|
Tanaman
pala dapat diperbanyak dengan stek tua dan muda
yang dengan 0,5% larutan hormaon IBA. Penyetekan
menggunakan hormon IBA 0,5%, biasanya pada umur
4 bulan setelah dilakukan penyetekan sudah keluar
akar-akarnya. Kemudian tiga bulan berikutnya sudah
tumbuh perakaran yang cukup banyak. Percobaan
lain adalah dengan menggunakan IBA 0,6% dalam
bentuk kapur. Penyetekan dengan menggunakan IBA
0,6%, biasanya setelah 8 minggu sudah terbentuk
kalus di bagian bawah stek. Kemudian jika diperlukan
untuk kedua kalinya dengan larutan IBA 0,5%, maka
setelah 9 bulan kemudian sudah tampak perakaran.
|
|
|
6.2. |
Pengolahan Media
Tanam |
|
Kebun untuk tanaman pala
perlu disiapkan sebaik-baiknya, di atas lahan masih terdapat
semak belukar harus dihilangkan. Kemudian tanah diolah agar
menjadi gembur sehingga aerasi (peredaran udara dalam tanah)
berjalan dengan baik. Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan pada
musim kemarau supaya proses penggemburan tanah itu dapat lebih
efektif.
Pengolahan tanah pada kondisi lahan yang miring harus dilakukan
menurut arah melintang lereng. Pengolahan tanah dengan cara
ini akan membentuk alur yang dapat mencegah aliran permukaan
tanah/menghindari erosi.
Pada tanah yang kemiringan 20% perlu dibuat teras-teras dengan
ukuran lebar sekitar 2 m, dapat pula dibuat teras tersusun dengan
penanaman sistem kountur, yaitu dapat membentuk teras guludan,
teras kredit/teras bangku. |
6.3. |
Teknik Penanaman
|
|
Penanaman bibit dilakukan
pada awal musim hujan. Hal ini untuk mencegah agar bibit tanaman
tidak mati karena kekeringan, bibit tanaman yang berasal dari
biji dan sudah mempunyai 3–5 batang cabang biasanya sudah
mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan sehingga pertumbuhannya
dapat baik.
Penanaman yang berasal dari biji dilakukan dengan cara sebagai
berikut: polybag (kantong pelastik) di lepaskan terlebih dahulu,
bibit dimasukkan kedalam lubang tanam dan permukaan tanah pada
lubang tanam tersebut dibuat sedikit dibawah permukaan lahan
kebun. Setelah bibit-bibit tersebut ditanam, kemudian lubang
tanam tersebut disiram dengan air supaya media tumbuh dalam
lubang menjadi basah.
Bila bibit pala yang berasal dari cangkok, maka sebelum ditanam
daun-daunnya harus dikurangi terlebih dahulu untuk mencegah
penguapan yang cepat. Lubang tanam untuk bibit pala yang berasal
dari cangkang perlu dibuat lebih dalam. Hal ini dimaksudkan
agar setelah dewasa tanaman tersebut tidak roboh karena sistem
akaran dari bibit cangkokan tidak memiliki akar tunggang. Setelah
bibit di tanam, lubang tanam harus segera disiram supaya media
tumbuhan menjadi basah.
Penanaman bibit pala yang berasal dari enten dan okulasi dapat
dilakukan seperti menanam bibit-bibit pala yang berasal dari
biji. Lubang tanaman perlu dipersiapkan satu bulan sebelum bibit
ditanam. Hal ini bertujuan agar tanah dalam lubangan menjadi
dayung (tidak asam), terutama jika pembuatannya pada musim hujan,
lubang tanam dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm untuk jenis
tanah ringan dan ukuran 80x80x80 cm untuk jenis tanah liat.
Dalam menggali lubang tanam, lapisan tanah bagian atas harus
dipisahkan dengan lapisan tanah bagian bawah, sebab kedua lapisan
tanah ini mengandung unsur yang berbeda. Setelah beberapa waktu,
tanah galian bagian bawah di masukkan lebih dahulu, kemudian
menyusul tanah galian bagian atas yang telah dicampur dengan
pupuk kandang secukupnya.
Jarak tanam yang baik untuk tanaman pala adalah: pada lahan
datar adalah 9x10 m. Sedangkan pada lahan bergelombang adalah
9x9 m. |
6.4. |
Pemeliharaan Tanaman
Untuk mencegah
kerusakan atau bahkan kematian tanaman, maka perlu di
usahakan tanaman pelindung yang pertumbuhannya cepat,
misalnya tanaman jenis Clerisidae atau jauh sebelumnya
bibit pala di tanam, lahan terlebih dahulu di tanami
jenis tanaman buah-buahan/tanaman kelapa.
1) |
Penyulaman harus dilakukan dilakukan jika bibit
tanaman pala itu mati/pertumbuhannya kurang baik. |
2) |
Pada akhir musim hujan, setelah pemupukan sebaiknya
segera dilakukan penyiraman agar pupuk dapat segera
larut dan diserap akar. Pada waktu tanaman masih
muda, pemupukan dapat dilakukan dengan pupuk organik
(pupuk kandang) dan pupuk anorganik ( pupuk kimia
sama dengan pupuk buatan) yaitu berupa TSP, Urea
dan KCl. Namun jika tanaman sudah dewasa/sudah
tua, pemupukan yang dan lebih efektif adalah pupuk
anorganik. Pemupukan dilakukan dua kali dalam
setahun, yaitu pada awal musim hujan dan pada
akhir musim hujan. |
3) |
Sebelum pemupukan
dilakukan, hendaknya dibuat parit sedalam 10 cm
dan lebar 20 cm secara melingkar di sekitar batang
pokok tanaman selebar kanopi (tajuk pohon), kemudian
pupuk TSP, Urea dan KCl ditabur dalam parit tersebut
secara merata dan segera ditimbun tanah dengan
rapat. Jika pemupukan di lakukan pada awal musim
hujan, setelah dilakuakan pada akhir musim hujan,
maka untuk membantu pelarutan pupuk dapat dilakukan
penyiraman, tetapi jika kondisinya masih banyak
turun hujan tidak perlu dilakukan penyiraman.
|
|
|
|
7. |
HAMA DAN PENYAKIT |
|
7.1. |
Hama
1. |
Penggerek
batang (Batocera sp)
Tanaman pala yang terserang oleh hama ini dalam waktu
tertentu dapat mengalami kematian.
Gejala: terdapat lubang gerekan
pada batang diameter 0,5– 1 cm, di mana didapat
serbuk kayu.
Pengendalian:(1) menutup lubang
gerekan dengan kayu/membuat lekukan pada lubang gerekan
dan membunuh hamanya. (2) memasukkan/menginjeksikan
(menginfuskan) racun serangga seperti Dimicron 199 EC
dan Tamaran 50 EC sistemik ke dalam batang pohon pala
menggunakan alat bor, dosis yang dimasukkan sebanyak
15–20 cc dan lubang tersebut segera ditutup kembali. |
2. |
Anai-anai/Rayap
Hama anai-anai mulai menyerang dari akar tanaman, masuk
ke pangkal batang dan akhirnya sampai ke dalam batang.
Gejala:terjadinya bercak hitam
pada permukaan batang, jika bercak hitam itu dikupas,
maka sarang dan saluran yang dibuat oleh anai-anai (rayap)
akan kelihatan.
Pengendalian: menyemprotkan
larutan insektisida pada tanah di sekitar batang tanaman
yang diserang, insektisida disemprotkan pada bercak
hitam supaya dapat merembes kedalam sarang dan saluran-saluran
yang dibuat oleh anai-anai tersebut.
|
3. |
Kumbang Aeroceum
fariculatus
Hama kumbang berukuran kecil dan sering menyerang biji
pala. Imagonnya menggerek biji dan meletakkan telur
di dalamnya. Di dalam biji tersebut, telur akan menetas
dan menjadi larva yang dapat menggerek biji pala secara
keseluruhan.
Pengendalian: mengeringkan secepatnya
biji pala setelah diambil dari buahnya. |
|
7.2. |
Penyakit
1. |
Kanker
Batang
Gejala:terjadinya pembengkakan
batang, cabang atau ranting tanaman yang diserang.
Pengendalian: membersihkan kebun
dari semak belukar, memangkas bagian yang terserang
dan dibakar. |
2. |
Penyakit
bercak daun (Marssonina coronaria J.J. Davis)
Penyebab: cendawan coreneum
sp. yang dapat menyebabkan buah terbelah dan gugur
sebelum tua.
Gejala: terdapat bercak-bercak
kecil berwarna ungu kecoklatcoklatan pada bagian kuliat
buah. Bercak-bercak tersebut membesar dan
berwarna hitam.
Pengendalian:(1) membuat saluran
pembuangan air (drainase) yang baik; (2) pengasapan
dengan belerang di bawah pohon dengan dosis 100 gram/tanaman.
|
3. |
Rumah Laba-laba
Menyerang cabang, ranting dan daun.
Gejala: daun mengering dan kemudian
diikuti mengeringnya ranting dan cabang.
Pengendalian: memangkas cabang,
ranting dan daun yang terserang, kemudian dibakar. |
4. |
Buah
busuk Kering
Penyebab: jamur Stignina myristicae.
Gejala: berupa bercak berwarna coklat,
bentuk bulat dan cekung dengan ukuran bercak bervariasi,
yakni dari yang berukuran sangat kecil sampai sekitar
3 cm; pada kulit buah tampak gugusan-gugusan jamur berwarna
hijau kehitam-hitaman dan akhirnya bercak-bercak tersebut
terjadi kering dan keras.
Pengendalian: (1) kondisi kelembaban
di sekitar pohon pala perlu dikurangi, misalnya dengan
mengurang kerimbunan pohonpohon lain di sekitar pala
dengan memangkas sebagian cabang-cabangnya yang berdaun
rimbun, kemudian tanah di sekitar pohon dibersihkan,
tidak terdapat gulma atau tanaman-tanaman perdu lainnya;
(2) buah pala dan daun yang terserang penyakit ini segera
dipetik dan dipendam dalam tanah; (3) dapat dilakukan
dengan penyemprotan fungisida secara yang rutin, yakni
2–4 minggu sekali, baik pada saat ada serangan
maupun tidak ada serangan dari penyakit ini, fungsida
yang dapat digunakan adalah yang mengandung bahan aktif
mancozeb, karbendazim dan benomi.
|
5. |
Busuk buah Basah
Penyebab: jamur Collectotrichum
gloeosporiodes, yang menyerang atau menginfeksi buah
yang luka.
Gejala: buah pala tampak busuk
warna coklat yang sifatnya lunak dan basah; gejala ini
timbul pada sekitar tangkai buah yang melekat
pada buah sehingga buah mudah gugur.
Pengendalian: dengan busuk buah
kering. |
6. |
Gugur Buah Muda
Penyebab: penyakit ini belum diketahui
dengan jelas.
Gejala:adanya buah muda yang gugur.
Pengendalian: dengan mengkombinasikan
(memadukan) antara pemupukan dan pemberian fungisida. |
|
|
8. |
P A N E N |
|
8.1. |
Ciri dan Umur Panen
Umumnya pohon pala mulai berbuah pada umur 7 tahun dan pada
umur 10 tahun telah berproduksi secara menguntungkan. Produksi
pada akan terus meningkat dan pada umur 25 tahun mencapai produksi
tertinggi. Pohon pala terus berproduksi sampai umur 60–70
tahun. Buah pala dapat dipetik (dipanen) setelah cukup masak
(tua), yakni yaitu sekitar 6–7 bulan sejak mulai bunga
dengan tanda-tanda buah pala yang sudah masak adalah jika sebagian
dari buah tersebut tersebut murai merekah (membelah) melalui
alur belahnya dan terlihat bijinya yang diselaputi fuli warna
merah. Jika buah yang sudah mulai merekah dibiarkan tetap dipohon
selama 2-3 hari, maka pembelahan buah menjadi sempurna (buah
berbelah dua) dan bijinya akan jatuh di tanah.
Di Daerah Banda, dikenal 3 macam waktu panen tiap tahun, yaitu:
(1) panen raya/besar (pertengahan musim hujan); panen lebih
sedikit (awal musim hujan) dan panen kecil (akhir musim hujan).
Panen buah pala pada permulaan musim hujan memberikan hasil
paling baik (berkualitas tinggi) dan bunga pala (fuli) yang
paling tebal. |
8.2. |
Cara Pemetikan
Pemetikan buah pala dapat dilakukan dengan galah bambu yang
ujungnya diberi/dibentuk keranjang (jawa: sosok). Selain itu
dapat pula dilakukan dengan memanjat dan memilih serta memetik
buah-buah pala yang sudah masak benar.
|
|
9. |
PASCA PANEN |
|
9.1. |
Pemisahan Bagian Buah
Setelah buah-buah pala masak dikumpulkan, buah yang sudah masak
dibelah dan antara daging buah, fuli dan bijinya dipisahkan.
Setiap bagian buah pala tersebut ditaruh pada wadah yang kondisinya
bersih dan kering. Biji-biji yang terkumpul perlu disortir dan
dipilah-pilahkan menjadi 3 macam yaitu: (1) yang gemuk dan utuh;
(2) yang kurus atau keriput; dan (3) yang cacat. |
9.2. |
Pengeringan Biji
Biji pala yang diperoleh dari proses ke-I tersebut segera dijemur
untuk menghindari serangan hama dan penyakit. Biji dijemur dengan
panas matahari pada lantai jemur/tempat lainnya. Pengeringan
yang terlalu cepat dengan panas yang lebih tinggi akan mengakibatkan
biji pala pecah. Biji pala yang telah kering ditandai dengan
terlepas bagian kulit biji (cangkang), jika digolongkan akan
kocak dan kadar airnya sebesar 8–10 %.
Biji-biji pala yang sudah kering, kemudian dipukul dengan kayu
supaya kulit buijinya pecah dan terpisah dengan isi biji. Isi
biji yang telah keluar dari cangkangnya tersebut disortir berdasarkan
ukuran besar kecilnya isi biji:
a) |
Besar: dalam 1 kg terdapat
120 butir isi biji. |
b) |
Sedang: dalam 1 kg terdapat sekitar 150
butir isi biji. |
c) |
Kecil: dalam 1 kg terdapat sekitar 200 butir isi biji.
|
Isi biji yang sudah kering, kemudian dilakukan pengapuran. Pengapuran
biji pala yang banyak dilakukan adalah pengapuran secara basah,
yaitu:
a) |
Kapur
yang sudah disaring sampai lembut dibuat larutan kapur
dalam bak besar/bejana (seperti yang digunakan untuk
mengapur atau melabur dinding/tembok).
|
b) |
Isi biji pala ditaruh
dalam keranjang kecil dan dicelupkan dalam larutan kapur
sampai 2–3 kali dengan digoyang-goyangkan demikian
rupa sehingga air kapur menyentuh semua isi biji.
|
c) |
Selanjutnya isi biji itu diletakkan menjadi tumpukan
dalam gudang untuk dianginanginkan sampai kering. |
Setelah proses pengapuran perlu diadakan pemeriksaaan terakhir
untuk mencegah kemungkinan biji-biji pala tersebut cacat, misalnya
pecah yang sebelumnya tidak diketahui.
Pengawetan biji pala juga dapat dilakukan dengan teknologi baru,
yakni dengan fumigasi dengan menggunakan zat metil bromida (CH3
B1) atau karbon bisulfida (CS2)
|
9.3. |
Pengeringan Bunga Pala (Fuli)
Fuli dijemur pada panas matahari secara perlahan-lahan selama
beberapa jam, kemudian diangin-anginkan. Hal ini dilakukan
berulang-ulang sampai fuli itu kering. Warna fuli yang semula
merah cerah, setelah dikeringkan menjadi merah tua dan akhirnya
menjadi jingga. Dengan pengeringan seperti ini dapat menghasilkan
fuli yang kenyal (tidak rapuh) dan berkualitas tinggi sehingga
nilai ekonomisnya pun tinggi pula.
|
9.4. |
Pemecah Tempurung Biji
Pemecahan tempurung biji pala dapat dilakukan dengan 2 cara,
yaitu:
a) |
Dengan tenaga manusia |
|
Cara memecah tempurung dari biji pala dilakukan dengan cara
memukulnya dengan kayu sampai tempurung tersebut pecah.
Cara memecah tempurung biji pala memerlukan keterampilan
khusus, sebab kalau tidak isi biji akan banyak yang
rusak (pecah) sehingga kulitasnya turun.
|
b) |
Dengan mesin |
|
Cara ini banyak digunakan petani pala. Secara sederhana dapat
diterangkan bahwa mekanisme kerja dan alat ini sama
dengan yang dilakukan oleh manusia,yakni bagian tertentu
dari mesin menghancurkan kulit buah pala sehingga yang
tinggal adalah isi bijinya. Keuntungan dari penggunaan
mesin adalah tenaga, waktu dan biaya operasionalnya
dapat ditekan. Disamping itu kerusakan mekanis dari
isi biji juga lebih kecil.
|
|
|
10. |
ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN |
|
10.1. |
Analisis Usaha Budidaya
-----
|
10.2. |
Gambaran Peluang Agribisnis
Produksi pala (biji dan fuli) setiap tahun terus meningkat.
Produksi pala pada tahun 1962 sebesar 3.200 ton meningkat
menjadi 10.327 ton pada tahun 1971. Dalam jangka waktu 10
tahun tersebut, kenaikan produksi pada rata-rata 22% pertahun
luas areal pala nasional pada tahun 1985 diperkirakan 70,192
hektar dengan jumlah produksi sekitar 18.649 ton pertahun
kenaikan produksi itu terutama disebabkan untuk perluasan
tanaman pala yang sekiatar 90% merupakan pertanaman rakyat.
Peranan ekspor pala itu cukup besar bagi petani, terutama
di daerah-daerah Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan,
Irian Jaya. Jawa Barat dan Aceh.
Hasil pala Indonesia mempunyai keunggulan dipasaran dunia
karena memiliki aroma yang khas dan memiliki rendaman minyak
yang tinggi. Hanya sekitar 40% kebutuhan pala dunia dipenuhi
dari Granada, India dan beberapa negara penghasil pala lainya
sedangkan 60% kebutuhan pala dunia dipenuhi Indonesia, yakni
berupa biji pala dan selaput biji (fuli) kering yang dapat
menghasilkan devisa cukup besar.
|
|
11. |
STANDAR PRODUKSI |
|
11.1. |
Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu,
cara pengambilan contoh dan cara pengemasan. |
11.2. |
Diskripsi
---- |
11.3. |
Klasifikasi dan Standar Mutu
Untuk menentukan kualitas dari inti biji pala yang dihasilkan,
kriteria yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut:
1) |
Pala kupas ABCD: |
|
- bji relatif berat
- bentuknya sempurna dan tidak keriput
- tidak diserang hama/penyakit
- tidak pecah/rusak mekanis.
|
2) |
Pala kupas RIMPEL: |
|
- biji relatif berat
- berkeriput
- tidak pecah
- tidak diserang hama/penyekit
|
3) |
Pala kupas B.W.P. |
|
- berkeriput
- ada kerusakan mekanis
- diserang hama dan penyakit
- ringan
|
Dari hasil penyortiran kualitas biji tersebut, kita akan mendapatkan
berat rata-rata
yang berbeda, yakni:
a) |
Pala kupas ABCD dalam satu
sak berat (90 kg). |
b) |
Pala kupas RIMPEL dalam satu sak berat (80 kg). |
c) |
Pala kupas B.W.P. dalam satu sak berat (75 kg). |
Kriteria untuk menentukan standar kualitas fuli didasarkan pada
warna, bentuk serta
kematangan dari fuli. Kriteria kualitas fuli adalah:
a) |
Fuli I (moce one): dari
buah yang sudah tua; keadaan fuli utuh; warnanya bagus
(merah). |
b) |
Fuli II (moce two): dari buah yang sudah
tua; keadaan fuli tidak utuh lagi; |
c) |
Gruis I dan II: fuli hancur; lapuk dan mudah pecah;
warnanya hitam.
Khusus untuk Gruise II digunakan mesin penghancur untuk
lebih menghaluskan fuli. |
Kualitas biji pala ditentukan oleh:
a) |
Jarak tanam: jarak tanam bukan saja mempengaruhi
kuantitas, tetapi menentukan kualitas pala yang dihasilkan.
Dengan jarak tanam yang rapat biasanya kita akan dapatkan
buah-buah yang kecil. |
b) |
Pemeliharaan: pemeliharaan juga mempengaruhi kualitas
pala yang dihasilkan. Akibat dari pemeliharaan yang tidak
baik buah pala mudah diserang oleh hama atau penyakit
(terbelah putih) sehingga kualitas buah kurang baik. |
c) |
Cara pemetikan dan prosesing: buah yang dipetik pada
waktu masih muda, biji dan fuli yang kita dapatkan kualitasnya
akan rendah. Demikian pula dengan prosesing yang kurang
baik, misalnya penjemuran yang dilakukan secara tergesagesa,
biji pala yang dihasilkan tentu akan banyak yang pecah.
|
|
11.4. |
Pengambilan Contoh
Setiap kemasan diambil contohnya sebanyak 3 kg dari bagian atas,
tengah dan bawah. Contoh tersebut dicampur merata tanpa menimbulkan
kerusakan, kemudian dibagi 4 dan dua bagian diambil secara diagonal.
Cara ini dilakukan beberapa kali sampai contoh mencapai 3 kg
untuk dianalisa.
a) |
Jumlah kemasan dalam partai: 1 sampai 100,
minimum jumlah contoh yang diambil 5. |
b) |
Jumlah kemasan dalam partai: 101 sampai 300, minimum
jumlah contoh yang diambil 7. |
c) |
Jumlah kemasan dalam partai: 301 sampai 500, minimum
jumlah contoh yang diambil 9. |
d) |
Jumlah kemasan dalam partai: 501 sampai 1000, minimum
jumlah contoh yang diambil 10. |
e) |
Jumlah kemasan dalam partai: lebih dari 1000, minimum
jumlah contoh yang diambil 15. |
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang
berpengalaman/dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan
suatu badan hukum. |
11.5 |
Pengemasan
Tujuan pengemasan adalah mencegah kerusakan produk hingga ke
tangan konsumen. Pengemasan yang umum adalah dengan karung plastik
karena dapat mencegah kerusakan dalam waktu yang relatif lama.
Pengepakan biji dan fuli pala dilakukan secara sederhana. Pala
yang telah disortir dipak dengan menggunakan karung goni berlapis
dua. Rata-rata dari setiap kualitas pala adalah sebagai berikut:
a) |
Pala kupas ABCD dalam satu
sak berat 90 kg. |
b) |
Pala kupas RIMPEL dalam satu sak berat
80 kg. |
c) |
Pala kupas B.W.P. dalam satu sak berat 75 kg. |
Khusus untuk pengepakan fuli biasanya dilakukan dalam peti kayu
(triplek) dengan berat rata-rata 70-75 kg/peti. Hal-hal yang
perlu diperhatikan sebelum dilakukan pengepakan adalah: fuli
yang akan dipak harus difumigasi terlebih dahulu. Pemberian
fumigant pada biji pala dan fuli harus dilakukan di suatu ruang
yang tertutup rapat selama 2 x 24 jam. Fumigant yang biasa digunakan
adalah Methyl Bromida.
|
|
12. |
DAFTAR PUSTAKA |
|
1. |
Sunanto,Hatta. Budidaya Pala
Komoditas Ekspor . Yogyakarta: kanisius.1993. |
|