1. |
SEJARAH SINGKAT |
|
Melati merupakan tanaman bunga hias berupa
perdu berbatang tegak yang hidup menahun. Di Italia melati casablanca
(Jasmine officinalle), yang disebut Spansish Jasmine ditanam tahun
1692 untuk di jadikan parfum. Tahun 1665 di Inggris dibudidayakan
melati putih (J. sambac) yang diperkenalkan oleh Duke Casimo de’
Meici. Dalam tahun 1919 ditemukan melati J. parkeri di kawasan India
Barat Laut, Kemudian dibudidayakan di Inggris pada tahun 1923.
Di Indonesia nama melati dikenal oleh masyarakat di seluruh wilayah
Nusantara. Nama-nama daerah untuk melati adalah Menuh (Bali), Meulu
cut atau Meulu Cina (Aceh), Menyuru (Banda), Melur (Gayo dan Batak
Karo), Manduru (Menado), Mundu (Bima dan Sumbawa) dan Manyora (Timor),
serta Malete (Madura). |
2. |
JENIS TANAMAN |
|
Diantara 200 jenis melati yang telah diidentifikasi
oleh para ahli botani baru sekitar 9 jenis melati yang umum dibudidayakan
dan terdapat 8 jenis melati yang potensial untuk dijadikan tanaman
hias. Sebagian besar jenis melati tumbuh liar di hutan-hutan karena
belum terungkap potensi ekonomis dan sosialnya. Tanaman melati termasuk
suku melati-melatian atau famili Oleaceae.
Kedudukan tanaman melati dalam sistematika/taksonomi tumbuhan adalah
sebagai berikut:
Kingdom |
: Plantae |
Divisi |
: Spermatophyta |
Sub Divisi |
: Angiospermae |
Kelas |
: Dicotyledonae |
Ordo |
: Oleales |
Famili |
: Oleaceae |
Genus |
: Jasminum |
Species |
: Jasminum sambac (L) W. Ait.. |
Jenis, Varietas dan Ciri-ciri penting (karakteristik) tanaman melati
adalah sebagai berikut:
a) |
Jasmine sambac Air (melati putih, puspa bangsa) |
b) |
Jasmine multiflora Andr (melati hutan:melati gambir, poncosudo,
Star Jasmine, J,. pubescens willd). |
c) |
Jasmine officinale (melati casablanca, Spanish Jasmine) sinonim
dengan J. floribundum=Jasmine grandiflorum).
perdu setinggi 1, 5 meter. |
d) |
Jasmine rex (melati Raja, King Jasmine). |
e) |
Jasmine parkeri Dunn (melati pot). |
f) |
Jasmine mensyi (Jasmine primulinum, melati pimrose). |
g) |
Jasmine revolutum Sims (melati Italia) |
h) |
Jasmine simplicifolium ( melati Australia, J. volibile, m.
bintang) |
i) |
Melati hibrida. Bunga pink dan harum. |
Adapun jenis dan varietes Melati yang ada di Pulau Jawa antara lain:
a) |
Jasmine. Sambac (melati Putih), antara lain varietas:
Maid of Orleans, Grand Duke of Tuscany, Menur dan Rose Pikeke |
b) |
Jasmine. multiflorum (Star Jasmine) |
c) |
Jasmine officinale (melati Gambir) |
|
3. |
MANFAAT TANAMAN |
|
Bunga melati bermanfaat sebagai bunga tabur,
bahan industri minyak wangi, kosmetika, parfum, farmasi, penghias
rangkaian bunga dan bahan campuran atau pengharum teh. |
4. |
SENTRA PENANAMAN |
|
Di Indonesia Pusat penyebaran tanaman
melati terkonsentrasi di Jawa Tengah, terutama di Kabupaten Pemalang,
Purbalingga dan Tegal. |
5. |
SYARAT PETUMBUHAN |
|
5.1. |
Iklim
1. |
Curah hujan 112–119 mm/bulan dengan
6–9 hari hujan/bulan, serta mempunyai iklim dengan
2–3 bulan kering dan 5–6 bulan basah. |
2. |
Suhu udara siang hari 28-36 °C dan suhu
udara malam hari 24-30 °C, |
3. |
Kelembaban udara (RH) yang cocok untuk budidaya
tanaman ini 50-80 %. |
4. |
Selain itu pengembangan budi daya melati
paling cocok di daerah yang cukup mendapat sinar matahari. |
|
5.2. |
Media Tanam
1. |
Tanaman melati umumnya tumbuh subur
pada jenis tanah Podsolik Merah Kuning (PMK), latosol
dan andosol. |
2. |
Tanaman melati membutuhkan tanah yang bertekstur
pasir sampai liat, aerasi dan drainase baik, subur, gembur,
banyak mengandung bahan organik dan memiliki. |
3. |
Derajat keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan
tanaman ini adalah pH=5–7. |
|
5.3. |
Ketinggian Tempat
Tanaman melati dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran
rendah sampai dataran tinggi pada ketinggian 10-1.600 m dpl.
Meskipun demikian, tiap jenis melati mempunyai daya adaptasi
tersendiri terhadap lingkungan tumbuh. Melati putih (J,sambac)
ideal ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl,
sedangkan melati Star Jasmine (J.multiflorum) dapat beradaptasi
dengan baik hingga ketinggian 1.600 m dpl. Di sentrum produksi
melati, seperti di Kabupaten Tegal, Purbalingga dan Pemalang
(Jawa Tengah), melati tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai
dataran menengah (0-700 m dpl). |
|
6. |
PEDOMAN BUDIDAYA |
|
6.1. |
Pembibitan
- Teknik Penyemaian Benih
Tancapkan tiap stek pada medium semai 10–15
cm/sepertiga dari panjang stek. Tutup permukaan wadah
persemaian dengan lembar plastik bening (transparan)
agar udara tetap lembab.
- Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
a) |
Penyiapan tempat semai:
- |
Siapkan tempat/wadah semai
berupa pot berukuran besar/polybag, medium
semai (campuran tanah, pasir steril/bersih). |
- |
Periksa dasar wadah semai dan berilah
lubang kecil untuk pembuangan air yang
berlebihan. |
- |
Isikan medium semai ke dalam wadah hingga
cukup penuh/setebal 20–30 cm. Siram
medium semai dengan air bersih hingga
basah. |
|
b) |
Pemeliharaan bibit stek:
- |
Lakukan penyiraman
secara kontinu 1–2 kali sehari. |
- |
Usahakan bibit stek mendapat
sinar matahari pagi. |
- |
Pindahkan tanaman bibit
stek yang sudah berakar cukup kuat (umur
1–23 bulan) ke dalam polybag berisi
medium tumbuh campuran tanah, pasir dan
pupuk organik (1:1:1). |
- |
Pelihara bibit melati secara
intensif (penyiraman, pemupukan dan penyemprotan
pestisida dosis rendah) hingga bibit berumur
3 bulan. |
|
- Pemeliharaan bibit stek
a) |
Ambil (angkat) biji-biji mawar
dari buah yang telah membusuk dalam media semai. |
b) |
Pilih biji-biji mawar yang baik,
yaitu bernas yang tenggelam bila dimasukkan
ke dalam air |
c) |
Cuci biji mawar dengan air bersih. |
d) |
Tiriskan biji-biji mawar terpilih
ditempat teduh untuk segera disemaikan pada
bak persemaian. |
e) |
Semaikan biji mawar secara merata
menurut barisan pada jarak antar-baris 5- 10
cm. Biji akan berkecambah pada umur empat minggu
setelah semai. |
- Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
a) |
Siram media persemaian mawar secara
kontinu 1-2 kali sehari. |
b) |
Sapih (perjarang) bibit mawar
yang sudah cukup besar ke dalam polybag kecil
yang sudah diisi media campuran tanah, pasir
dan pupuk organik (1:1:1). |
- Pemindahan Bibit
Pindahkan tanam bibit mawar yang sudah berumur 22
bulan ke kebun/tempat penanaman yang tetap (permanen)
|
|
6.2. |
Pengolahan Media Tanam
- Pembukaan Lahan
a) |
Bersihkan lokasi untuk kebun
melati dari rumput liar (gulma), pepohonan yang
tidak berguna/batu-batuan agar mudah pengelolaan
tanah. |
b) |
Olah tanah dengan cara di cangkul/dibajak
sedalam 30-40 cm hingga gembur, kemudian biarkan
kering angin selama 15 hari |
- Pembentukan Bedengan
Membentuk bedengan selebar 100-120 cm, tinggi 30-40
cm, jarak antara bedeng 40–60 cm dan panjang
disesuaikan dengan kondisi lahan.
- Pengapuran
Tanah yang pH-nya masam dapat diperbaiki melalui pengapuran,
misalnya dengan kapur kalsit (CaCO3) dolomit {CaMg
(CO3)2}, kapur bakar (Quick lime, CaO)/kapur hidrat
(Slakked lime,{Ca(OH)2}. Fungsi/kegunaan pengapuran
tanah masam adalah untuk menaikan pH tanah, serta
untuk menambah unsur-unsur Ca dan Mg.
- Pemupukan
Tebarkan pupuk kandang di atas permukaan tanah, kemudian
campurkan secara merata dengan lapisan tanah atas.
Pupuk kandang dimasukkan pada tiap lubang tanam sebanyak
1-3 kg. Dosis pupuk kandang berkisar antara 10-30
ton/hektar.
Lubang tanam dibuat ukuran 40 x 40 x 40 cm dengan
jarak antar lubang 100-150 cm. Penyiapan lahan sebaiknya
dilakukan pada musim kemarau/1-2 bulan sebelum musim
hujan.
|
|
6.3. |
Teknik Penanaman
- Penentuan Pola Tanam
Sebulan sebelum tanam, bibit melati diadaptasikan
dulu disekitar kebun. Lahan kebun yang siap ditanami
diberi pupuk dasar terdiri atas 3 gram TSP ditambah
2 gram KCI per tanaman. Bila tiap hektar lahan terdapat
sekitar 60.000 lubang tanam (jarak tanam 1,0 m x 1,5
m), kebutuhan pupuk dasar terdiri atas 180 kg TSP
dan 120 kg KCI. Bersama pemberian pupuk dasar dapat
ditambahkan “pembenah dan pemantap tanah “
misalnya Agrovit, stratos/asam humus Gro-Mate .
- Pembuatan Lubang Tanam
Bibit melati dalam polybag disiram medium tumbuh dan
akar-akarnya. Tiap lubang tanam ditanami satu bibit
melati. Tanah dekat pangkal batang bibit melati dipadatkan
pelan-pelan agar akar-akarnya kontak langsung dengan
air tanah.
- Cara Penanaman
Jarak tanam dapat bervariasi, tergantung pada bentuk
kultur budidaya, kesuburan tanah dan jenis melati
yang ditanam, bentuk kultur perkebunan jarak tanam
umumnya adalah 1 x 1,5 m, sedang variasi lainnya adalah
40 x 40 cm, 40 x 25 cm dan 100 x 40 cm.
|
|
6.4. |
Pemeliharaan Tanaman
- Penjarangan dan Penyulaman.
Cara penyulaman adalah dengan mengganti tanaman yang
mati/tumbuhan abnormal dengan bibit yang baru. Teknik
penyulaman prinsipnya sama dengan tata laksana penanaman,
hanya saja dilakukan pada lokasi/blok/lubang tanam
yang bibitnya perlu diganti. Periode penyulaman sebaiknya
tidak lebih dari satu bulan setelah tanam. Penyulaman
seawal mungkin bertujuan agar tidak menyulitkan pemeliharaan
tanam berikutnya dan pertumbuhan tanam menjadi seragam.
Waktu penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi/sore
hari, saat sinar matahari tidak terlalu terik dan
suhu udara tidak terlalu panas.
- Penyiangan
Pada umur satu bulan setelah tanam, kebun melati sering
ditumbuhi rumput-rumput liar (gulma). Rumput liar
ini menjadi pesaing tanaman melati dalam pemenuhan
kebutuhan sinar matahari, air dan unsur hara.
- Pemupukan
Pemupukan tanaman melati dilakukan tiap tiga bulan
sekali. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan terdiri
atas Urea 300-700 kg, STP 300-500 kg dan KCI 100-300
kg/ha/tahun.
Pemberian pupuk dapat dilakukan dengan cara disebar
merata dalam parit di antara barisan tanaman/sekeliling
tajuk tanaman sedalam 10-15 cm, kemudian ditutup dengan
tanah. Pemupukan dapat pula dengan cara memasukan
pupuk ke dalam lubang tugal di sekeliling tajuk tanaman
melati. Waktu pemupukan adalah sebelum melakukan pemangkasan,
saat berbunga, sesuai panen bunga dan pada saat pertumbuhan
kurang prima.
Pemberian pupuk dapat meningkatkan produksi melati,
terutama jenis pupuk yang kaya unsur fosfor (P), seperti
Gandasil B (6-20-30)/Hyponex biru (10-40-15) dan waktu
penyemprotan pupuk daun dilakukan pada pagi hari (Pukul
09.00) atau sore hari (pukul 15.30-16.30) atau ketika
matahari tidak terik menyengat.
- Pengairan dan Penyiraman
Pada fase awal pertumbuhan, tanaman melati membutuhkan
ketersediaan air yang memadai. Pengairan perlu secara
kontinyu tiap hari sampai tanaman berumur kurang lebih
1 bulan. Pengairan dilakukan 1-2 kali sehari yakni
pada pagi dan sore hari. Cara pengairan adalah dengan
disiram iar bersih tiap tanam hingga tanah di sekitar
perakaran cukup basah.
- Waktu Penyemprotan Pestisida
Zat perangsang/zat pengatur Tumbuh (ZPT) dapat digunakan
untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi bunga,
zat perangsang bunga yang berpengaruh baik terhadap
pembungaan melati adalah Cycocel (Chloromiguat) dan
Etherel. Tanaman melati yang di semprot dengan Cycocel
berkonsentrasi 5.000 ppm memberikan hasil bunga yang
paling tinggi, yakni 1,45 kg/ tanaman.
Cara pemberiannya: zat perangsang bunga disemprotkan
pada seluruh bagian tanaman, terutama bagian ujung
dan tunas-tunas pembungaan. Konsentrasi yang dianjurkan
3.000 ppm–5.000 ppm untuk Cycocel atau 500-1.500
ppm bila digunakan Ethrel.
- Lain-lain
Tanaman melati umumnya tumbuh menjalar, kecuali pada
beberapa jenis melati, seperti varietas Grand Duke
of tuscany yang tipe pertumbuhannya tegak. Tinggi
pemangkasan amat tergantung pada jenis melati, jenis
melati putih (J.sambac) dapat di pangkas pada ketinggian
75 cm dari permukaan tanah, sedangkan jenis melati
Spnish Jasmine (J. officinale var. grandiflorum) setinggi
90 cm dari permukaan tanah.
|
|
|
7. |
HAMA DAN PENYAKIT |
|
Tanaman melati tidak luput dari gangguan hama dan
penyakit, prinsip pokok dan prioritas teknologi pengendalian hama/penyakit.
a |
Pengendalian hayati dilakukan secara maksimal
dengan memanfaatkan musuh-musuh alami hama (parasitoid, perdator,
patogen) dengan cara:
- |
memasukan, memelihara, memperbanyak,
melepaskan musuh alami |
- |
mengurangi penggunaan pestisida organik
sintetik yang berspektrum lebar/menggunakan pestisida
selektif. |
|
b |
Ekosistem pertanian dikelola dengan cara:
- |
penggunaan bibit sehat |
- |
sanitasi kebun |
- |
pemupukan berimbang |
- |
pergiliran tanaman yang baik |
- |
penggunaan tanaman perangkap, |
|
c |
Pestisida digunakan secara selektif berdasarkan hasil pemantauan
dan analisis ekosistem. |
7.1. |
Hama
1. |
Ulat palpita
(Palpita unionalis Hubn)
Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae,
Stadium hama yang merusak tanaman melati adalah larva
(ulat).
Pengendalian:
dilakukan dengan cara memotong bagian tanaman yang terserang
berat dan menyemprotkan insektisida yang mangkus dan
sangkil, misalnya Decis 2,5 EC, Perfekthion 400 E/Curacron
500 EC . |
2. |
Penggerek bunga (Hendecasis
duplifascials)
Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae.
Gejala:
menyerang tanaman melati dengan cara menggerek/melubangi
bunga sehingga gagal mekar. Kuntum bunga yang terserang
menjadi rusak dan kadang-kadang terjadi infeksi sekunder
oleh cendawan hingga menyebabkan bunga busuk. Pengendalian:
disemprot dengan insektisida yang mangkus, misalnya Decis
2,5 EC, Cascade 50 EC/Lannate L . |
3. |
Thips (Thrips sp)
Thrips termasuk ordo Thysanoptera dan famili Thripidae.
Hama ini bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag).
Gejala:
menyerang dengan cara mengisap cairan permukaan daun,
terutama daun-daun muda (pucuk). Pengendalian:
dilakukan dengan cara mengurangi ragam jenis tanaman inang
di sekitar kebun melati dan menyemprotkan insektisida
yang mangkus : Mesurol 50 WP, Pegasus 500 SC/Dicarzol
25 SP . |
4. |
Sisik peudococcus (Psuedococcus
longispinus)
Hama ini termasuk ordo Pseudococcidae dan famili Homoptera
yang hidup secara berkelompok pada tangkai tunas dan permukaan
daun bagian bawah hingga menyerupai sisik berwarna abu-abu
atau kekuning-kuningan.
Gejala:
menyerang tanaman dengan cara mengisap cairan sel tanaman
dan mengeluarkan cairan madu.
Pengendalian:
dilakukan dengan menyemprotkan insektisida yang mangkus,
misalnya Bassa 500 EC/Nogos 50 EC. |
5. |
Ulat nausinoe (Nausinoe geometralis)
Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae.
Ciri:
ngengat berwarna coklat dengan panjang badan rata-rata
12 mm dan panjang rentang sayap kurang lebih 24 mm berwarna
coklat dan berbintik-bintik transparan.
Gejala:
menyerang daun tanaman melati identik (sama) dengan serangan
ulat P. unionalis. |
6. |
Hama Lain
Hama lain yang sering ditemukan adalah kutu putih (Dialeurodes
citri) dan kutu tempurung (scale insects). Bergerombol
menempel pada cabang, ranting dan pucuk tanaman melati,
menyerang dengan cara mengisap cairan sel, sehingga proses
fotosintesis (metabolisme).
Pengendalian
dilakukan dengan menyemprotkan insektisida yang mangkus,
seperti Perfekthion 400 EC/Decis 2,5 EC.
|
|
7.2. |
Penyakit
1. |
Hawar daun
Penyebab:
cendawan (jamur) Rhizcotonia solani Kuhn. Gejala:
menyerang daun yang letaknya dekat permukaan tanah. |
2. |
Hawar benang (Thread Blight)
Penyebab:
jamur Marasmiellus scandens (Mass).
Gejala:
menyerang bagian cabang tanaman melati. |
3. |
Hawar bunga (Flower Blight)
Penyebab:
cendawan (jamur) Curvularia sp. Fusarium sp dan Phoma
sp,.
Gejala:
bunga busuk, berwarna coklat muda dan kadang-kadang bunga
berguguran. |
4. |
Jamur upas
Penyebab:
jamur Capnodium salmonicolor. Penyakit ini menyerang batang
dan cabang tanaman melati yang berkayu.
Gejala:
terjadi pembusukan yang tertutup oleh lapisan jamur berwarna
merah jambu pada bagian tanaman terinfeksi apnodium sp.
dan Meliola jasmini Hansf. et Stev. Gejala serangan capnodium
adalah permukaan atas daun tertutup oleh kapang jelaga
berwarna hitam merata. |
5. |
Bercak daun
Penyebab:
jamur Pestaloita sp. Gejala: bercak-bercak berwarna coklat
sampai kehitam-hitaman pada daun. |
6. |
Karat daun (Rust)
Penyebab:
ganggang hijau parasit (Cephaleuros virescens Kunze).
Gejala:
pada permukaan daun yang terserang tampak bercak-bercak
kemerah-merahaan dan berbulu. Penyakit ini umumnya menyerang
daun-daun yang tua. |
7. |
Antraknosa
Penyebab:
jamur Colletotrichum gloesporoides.
Gejala
: terbentuk bintik-bintik kecil berwarna kehitam-hitaman.
Bintik-bintik tersebut membesar dan memanjang berwarna
merah jambu, terutama pada bagian daun. Serangan berat
dapat menyebabkan mati ujung (die back). |
8. |
Penyakit lain
Busuk bunga oleh bakteri Erwinia tumafucuens. Bintil akar
oleh nematoda Meloidogyne incognito, penyebab abnormilitas
perakaran tanaman. Virus kerdil penyebab terhambatnya
pertumbuhan tanaman melati, belang-belang daun dan kadang-kadang
seluruh ranting dan pucuk menjadi kaku. |
|
|
8. |
P A N E N |
|
8.1. |
Ciri dan Umur Tanaman Berbunga
Ciri-ciri bunga melati yang sudah saatnya dipanen adalah ukuran
kuntum bunga sudah besar (maksimal) dan masih kuncup/setengah
mekar. Produksi bunga melati di Indoensia masih rendah yakni
berkisar antara 20-25 kg/hektar/hari.
Tanaman melati mulai berbunga pada umur 7-12 bulan setelah tanam.
Panen bunga melati dapat dilakukan sepanjang tahun secara berkali-kali
sampai umur tanaman antara 5-10 tahun. Setiap tahun berbunga
tanaman melati umumnya berlangsung selama 12 minggu (3 bulan). |
8.2. |
Cara Panen
Pemetikan bunga melati sebaiknya dilakukan pada pagi sore, yakni
saat sinar matahari tidak terlalu terik/suhu udara tidak terlalu
panas. |
8.3. |
Periode Panen
Hasil panen bunga melati terbanyak berkisar antara 1-2 minggu.
Selanjutnya, produksi bunga akan menurun dan 2 bulan kemudian
meningkat lagi |
8.4. |
Prakiraan Produksi
Produksi bunga melati paling tinggi biasanya pada musim hujan,
di Jawa Tengah, panen bunga melati pada musim kemarau menghasilkan
5–10 kg/hektar, sedangkan panen pada musim hujan mencapai
300-1.000kg/ha. Data produksi bunga melati di Indonesia berkisar
1,5–2 ton/ha/th pada musim hujan dan 0,7-1 ton/ha/th pada
musim kemarau. |
|
9. |
PASCA PANEN |
|
9.1. |
Pengumpulan
Di tempat terbuka bunga melati akan cepat layu untuk mempertahankan/memperpanjang
kesegaran bunga tersebut dihamparkan dalam
tampah beralas lembar plastik kemudian disimpan di ruangan bersuhu
udara dingin antara 0-5 °C. |
9.2. |
Lain-lain
Salah satu produk pengolahan pascapanen bunga melati adalah
Jasmine Oil.
a) |
Minyak melati istimewa, yakni minyak yang
diekstraksi dari bunga melati dengan pelarut ether minyak
bumi, sebagai bahan baku minyak wangi mutu tinggi. |
b) |
Minyak melati biasa, yakni minyak yang diekstraksi
dari bunga melati dengan pelarut benzole, sebagai bahan
baku minyak wangi mutu sedang. |
c) |
Minyak pomade istimewa, yakni minyak yang
diperoleh dengan teknik enfleurage bunga melati, sebagai
bahan baku minyak rambut. |
d) |
Minyak pomade biasa, yakni minyak yang diekstraksi
dari bunga melati bekas enfleurage, sebagai pewangi teknis.
|
Teknik enfleurage disebut teknik olesan. Prinsip kerja ekstraksi
bunga melati dengan teknik olesan adalah sebagai berikut:
a) |
Oleskan lemak muri pada permukaan kaca tipis. |
b) |
Letakan bunga melati yang masih segar (baru
petik) diatas permukaan kaca . |
c) |
Simpan kaca tipis bersama bunga melati dalam
rak-rak penyimpanan yang terbuat dari plastik, kayu/logam
tahan karat. |
d) |
Biarkan bunga melati selama 3-4 hari sampai
bunga tersebut layu. |
e) |
Bunga melati yang telah layu segera dibuang
untuk diganti dengan bunga-bunga baru/masih segar. |
f) |
Lakukan cara tadi secara berulang-ulang
selama 2-3 bulan hingga lemak dipenuhi minyak wangi bunga
melati. |
Teknik ekstraksi minyak melati dapat dilakukan dengan teknik
tabung hampa.
a) |
Masukan bunga melati segar ke dalam tabung,
kemudian alirkan bahan pelarut (alkohol, ether, chlorofrom,
ecetone, lemak murni, ether minyak bumi) secara berkesinambungan. |
b) |
Salurkan cairan ekstrak yang mengandung
bahan pelarut dan unsur-unsur bunga melati ke tabung hampa
udara yang dipanaskan sekedarnya untuk menguapkan bahan
pelarut. Uap pelarut diallirkan kembali ke kondensor agar
menjadi cairan. |
c) |
Tambahkan ethanol ke dalam unsur bunga melati.
Unsur bunga melati biasanya berupa lilin padat (concrete)
yang masih mengandung zat pewarna, damar dan unsur lain
yang tidak menguap. |
d) |
Campurkan minyak tadi dengan alkohol kemudian
saring kembali untuk menghilangkan kandungan damar. |
e) |
Lakukan penyulingan absolut dengan menggunakan
sthlene glycol penyinaran dengan sinar ultra violet untuk
menghilangkan zat pewarna. |
|
|
10. |
ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN |
|
10.1. |
Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisa budidaya tanaman melati seluas 0,5 ha yang
dilakukan pada tahun 1999 di daerah Bogor.
1) Biaya produksi
a. |
Sewa lahan 0,5 ha |
Rp. 750.000,- |
b. |
Bibit |
Rp. 190.000,- |
c. |
Pupuk |
Rp. 325.000,- |
d. |
Pestisida |
Rp. 50. 000,- |
e. |
Tenaga kerja |
Rp. 6.425.000,- |
f. |
Alat (penyusunan alat-alat) |
Rp. 50.000,- |
|
Jumlah biaya produksi |
Rp. 7.790.000,- |
2) |
Pendapatan 15.555 kg @ Rp.
850,- |
Rp.12.750.000,- |
3) |
Keuntungan Bersih |
Rp. 4.960.000,- |
4) |
Parameter kelayakan usaha
1. Rasio output/input
2. ROI
3. BEP |
= 1,637
= 0.698
= Rp, 1.696.352,84,- |
|
10.2. |
Gambaran Peluang Agribisnis
Pengembangan usaha tani melati skala komersial mempunyai prospek
cerah dan peluang pasarnya bagus. Tiap hari untuk keperluan
tabur bunga dibutuhkan 600 kilogram bunga melati. Pasar potensial
bunga melati adalah Jepang, Korea, Thailand, Taiwan dan Hongkong.
Nilai ekonomi bunga melati semakin dibutuhkan dalam kehidupan
maju (modern) untuk bahan baku industri minyak wangi, kosmetik,
pewangi, penyedap the, cat, tinta, pestisida, pewangi sabun
dan industri tekstil.
Meski peluang pasar bunga melati di dalam dan luar negeri cukup
besar, produksi bunga melati Indonesia baru mampu memenuhi sekitar
2% dari kebutuhan melati pasar dunia. Penomena ini menunjukan
peluang yang perlu dimanfaatkan dengan baik di Indonesia karena
potensi sumber daya lahan amat luas dan agroekologinya cocok
untuk tani melati.
Hasil studi agribisnis melati yang dilakukan oleh pusat Penelitian
dan Pengembangan Hortikultura di daerah setrum produksi Tegal
(Jawa Tengah) menunjukan bahwa usaha tani melati menguntungkan
dan layak dikembangkan. |
|
11. |
STANDAR PRODUKSI |
|
11.1. |
Ruang Lingkup
Standar melati meliputi ruang lingkup, deskripsi, klasifikasi,
syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan
dan pengemasan. |
11.2. |
Diskripsi
--- |
11.3. |
Klasifikasi dan Standar Mutu
Mutu dan pengepakan bunga untuk ekspor ke pasaran Internasional
sangat ditentukan oleh negara pengimpor. |
11.4. |
Pengambilan Contoh
Satu partai/lot bunga melati segar terdiri atas maksimum 1.000
kemasan. Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan.
a) |
Jumlah kemasan dalam partai
1 – 5, contoh yang diambil semua. |
b) |
Jumlah kemasan dalam partai 6 – 100,
contoh yang diambil sekurang-kurangnya 5. |
c) |
Jumlah kemasan dalam partai 101 –
300, contoh yang diambil sekurangkurangnya 7. |
d) |
Jumlah kemasan dalam partai 301 –
500, contoh yang diambil sekurangkurangnya 9. |
e) |
Jumlah kemasan dalam partai 501 –
1000, contoh yang diambil sekurangkurangnya 10. |
|
11.5 |
Pengemasan
Bunga melati segar dikemas dengan kotak karton yang baru dan
kokoh, baik, bersih dan kering serta berventilasi. Jumlah tangkai
sebanyak 15-20 tangkai diikat dan dibungkus. Kemudian dimasukkan
ke dalam kemasan karton. Kemasan lain dengan bobot dan jumlah
tangkai tertentu dapat digunakan atasdasar kesepakatan antara
pihak penjual dan pihak pembeli. Ujung tangkai bunga dimasukkan
ke dalam kantong plastik berisi kapas basah mengandung bahan
pengawet. |
|
12. |
DAFTAR PUSTAKA |
|
1. |
Rukmana H. Rahmat (1997). Usaha Tani Melati, Yogyakarta,
Kanisus |
|