1. |
SEJARAH SINGKAT |
|
Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa
perdu dengan sebutan lain Seruni atau Bunga emas (Golden Flower) berasal
dari dataran Cina. Krisan kuning berasal dari dataran Cina, dikenal
dengan Chrysanthenum indicum (kuning), C. morifolium (ungu dan pink)
dan C. daisy (bulat, ponpon). Di Jepang abad ke-4 mulai membudidayakan
krisan, dan tahun 797 bunga krisan dijadikan sebagai simbol kekaisaran
Jepang dengan sebutan Queen of The East.
Tanaman krisan dari Cina dan Jepang menyebar ke kawasan Eropa dan
Perancis tahun 1795. Tahun 1808 Mr. Colvil dari Chelsa mengembangkan
8 varietas krisan di Inggris. Jenis atau varietas krisan modern diduga
mulai ditemukan pada abad ke-17. Krisan masuk ke Indonesia pada tahun
1800. Sejak tahun 1940, krisan dikembangkan secara komersial. |
2. |
JENIS TANAMAN |
|
Klasifikasi botani tanaman hias krisan
adalah sebagai berikut:
Divisi |
: Spermatophyta |
Sub divisi |
: Angiospermae |
Famili |
: Asteraceae |
Genus |
: Chrysanthemum |
Spesies |
: C. morifolium Ramat, C. indicum, C.daisy dll |
Jenis dan varietas tanaman krisan di Indonesia umumnya hibrida berasal
dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Krisan yang ditanam di Indonesia
terdiri atas:
a) |
Krisan lokal (krisan kuno)
Berasal dari luar negri, tetapi telah lama dan beradaptasi
di Indoenesia maka dianggap sebagai krisan lokal. Ciri-cirinya
antara lain sifat hidup di hari netral dan siklus hidup antara
7-12 bulan dalam satu kali penanaman. Contoh C. maximum berbunga
kuning banyak ditanam di Lembang dan berbunga putih di Cipanas
(Cianjur).
|
b) |
Krisan introduksi (krisan modern atau krisan hibrida)
Hidupnya berhari pendek dan bersifat sebagai tanaman annual.
Contoh krisan ini adalah C. indicum hybr. Dark Flamingo, C.
i.hybr. Dolaroid,C. i. Hybr. Indianapolis (berbunga kuning)
Cossa, Clingo, Fleyer (berbunga putih), Alexandra Van Zaal (berbunga
merah) dan Pink Pingpong (berbunga pink). |
c) |
Krisan produk Indonesia
Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas telah melepas varietas
krisan buatan Indonesia yaitu varietas Balithi 27.108, 13.97,
27.177, 28.7 dan 30.13A. |
|
3. |
MANFAAT TANAMAN |
|
Kegunaan tanaman krisan yang utama adalah
sebagai bunga hias. Manfaat lain
adalah sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga.
Sebagai
bunga hias, krisan di Indonesia digunakan sebagai:
a)
|
Bunga pot
Ditandai dengan sosok tanaman kecil, tingginya 20-40 cm, berbunga
lebat dan cocok ditanam di pot, polibag atau wadah lainnya.
Contoh krisan mini (diameter bunga kecil) ini adalah varietas
Lilac Cindy (bunga warna ping keungu-unguan), Pearl Cindy
(putih kemerah-merahan), White Cindy (putih dengan tengahnya
putih kehijau-hijauan), Applause (kuning cerah), Yellow Mandalay
(semuanya dari Belanda).Krisan introduksi berbunga besar banyak
ditanam sebagai bunga pot, terdapat 12 varitas krisan pot
di Indonesia, yang terbanyak ditanam adalah varietas Delano
(ungu), Rage (merah) dan Time (kuning).
|
b)
|
Bunga potong
Ditandai dengan sosok bunga berukuran pendek sampai tinggi,
mempunyai tangkai bunga panjang, ukuran bervariasi (kecil,
menengah dan besar), umumnya ditanam di lapangan dan hasilnya
dapat digunakan sebagai bunga potong. Contoh bunga potong
amat banyak antara lain Inga, Improved funshine, Brides, Green
peas, Great verhagen, Puma, Reagen, Cheetah, Klondike dll.
|
|
4. |
SENTRA PENANAMAN |
|
Daerah sentra produsen krisan antara lain:
Cipanas, Cisarua, Sukabumi, Lembang (Jawa Barat), Bandungan (Jawa
Tengah), Brastagi (Sumatera Utara). |
5. |
SYARAT PETUMBUHAN |
|
5.1. |
Iklim
1)
|
Tanaman krisan membutuhkan
air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap terpaan
air hujan. Oleh karena itu untuk daerah yang curah hujannya
tinggi, penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah
plastik.
|
2)
|
Untuk pembungaan membutuhkan
cahaya yang lebih lama yaitu dengan bantuan cahaya dari
lampu TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang
paling baik adalah tengah malam antara jam 22.30–01.00
dengan lampu 150 watt untuk areal 9 m2 dan lampu dipasang
setinggi 1,5 m dari permukaan tanah. Periode pemasangan
lampu dilakukan sampai fase vegetatif (2-8 minggu) untuk
mendorong pembentukan bunga.
|
3)
|
Suhu udara terbaik untuk daerah
tropis seperti Indonesia adalah antara 20-26 derajat
C. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 17-30
derajat C.
|
4)
|
Tanaman krisan membutuhkan kelembaban
yang tinggi untuk awal pembentukan akar bibit, setek
diperlukan 90-95%. Tanaman muda sampai dewasa antara
70- 80%, diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai.
|
5)
|
Kadar CO2 di alam sekitar 3000
ppm. Kadar CO2 yang ideal untuk memacu fotosistesa antara
600-900 ppm. Pada pembudidayaan tanaman krisan dalam
bangunan tertutup, seperti rumah plastik, greenhouse,
dapat ditambahkan CO2, hingga mencapai kadar yang dianjurkan.
|
|
5.2. |
Media Tanam
1)
|
Tanah yang ideal untuk tanaman krisan
adalah bertekstur liat berpasir, subur, gembur dan drainasenya
baik, tidak mengandung hama dan penyakit.
|
2)
|
Derajat keasaman tanah yang baik
untuk pertumbuhan tanaman sekitar 5,5-6,7.
|
|
5.3. |
Ketinggian Tempat
ketinggian tempat yang ideal untuk budidaya tanaman ini antara
700–1200 m dpl. |
|
6. |
PEDOMAN BUDIDAYA |
|
6.1. |
Pembibitan
1)
|
Persyaratan Benih
Bibit diambil dari induk sehat, berkualitas prima, daya
tumbuh tanaman kuat, bebas dari hama dan penyakit dan
komersial di pasar.
|
2)
|
Penyiapan Benih
Pembibitan krisan dilakukan dengan cara vegetatif yaitu
dengan anakan, setek pucuk dan kultur jaringan.
a)
|
Bibit asal anakan
|
b)
|
Bibit asal stek pucuk
Tentukan tanaman yang sehat dan cukup umur.
Pilih tunas pucuk yang tumbuh sehat, diameter
pangkal 3-5 mm, panjang 5 cm, mempunyai 3 helai
daun dewasa berwarna hijau terang, potong pucuk
tersebut, langsung semaikan atau disimpan dalam
ruangan dingin bersuhu udara 4 derajat C, dengan
kelembaban 30 % agar tetap tahan segar selama
3-4 minggu. Cara penyimpanan stek adalah dibungkus
dengan beberapa lapis kertas tisu, kemudian
dimasukan ke dalam kantong plastik rata-rata
50 stek.
|
c)
|
Penyiapan bibit dengan kultur
jaringan
Tentukan mata tunas atau eksplan dan ambil dengan
pisau silet, stelisasi mata tunas dengan sublimat
0,04 % (HgCL) selama 10 menit, kemudian bilas
dengan air suling steril. Lakukan penanaman
dalam medium MS berbentuk padat. Hasil penelitian
lanjutan perbanyakan tanaman krisan secara kultur
jaringan:
|
|
1.
|
Medium MS
padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah
0,5 mg NAA/liter ditambah 1,5 mg kinetin/liter,
paling baik untuk pertumbuhan tunas dan akar
eksplan. Pertunasan terjadi pada umur 29 hari,
sedangkan perakaran 26 hari.
|
|
2.
|
Medium MS padat ditambah
150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter
ditambah 0,5 BAP/liter, kalus bertunas waktu
26 hari, tetapi medium tidak merangsang pemunculan
akar.
|
|
3.
|
Medium MS padat ditambah
0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-0.2 mg kinetin/liter
ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-2,0 BAP/liter
pada eksplan varietas Sandra untuk membentuk
akar pada umur 21-31 hari.
|
Penyiapan bibit pada skala komersial dilakukan dengan
dua tahap yaitu:
a)
|
Stok tanaman induk
Fungsinya untuk memproduksi bagian vegetatif
sebanyak mungkin sebagai bahan tanaman Ditanam
di areal khusus terpisah dari areal budidaya.
Jumlah stok tanaman induk disesuaikan dengan
kebutuhan bibit yang telah direncanakan. Tiap
tanaman induk menghasilkan 10 stek per bulan,
dan selama 4-6 bulan dipelihara memproduksi
sekitar 40-60 stek pucuk.Pemeliharaan kondisi
lingkungan berhari panjang dengan penambahan
cahaya 4 jam/hari mulai 23.30–03.00 lampu
pencahayaan dapat dipilih Growlux SL 18 Philip.
|
b)
|
Perbanyakan vegetatif tanaman
induk.
|
|
1.
|
Pemangkasan
pucuk, dilakukan pada umur 2 minggu setelah
bibit ditanam, dengan cara memangkas atau membuang
pucuk yang sedang tumbuh sepanjang 0,5-1 cm.
|
|
2.
|
Penumbuhan cabang primer.
Perlakuan pinching dapat merangsang pertumbuhan
tunas ketiak sebanyak 2-4 tunas. Tunas ketiak
daun dibiarkan tumbuh sepanjang 15-20 cm atau
disebut cabang primer.
|
|
3.
|
Penumbuhan cabang sekunder.
Pada tiap ujung primer dilakukan pemangkasan
pucuk sepanjang 0,5-1 cm, pelihara tiap cabang
sekunder hingga tumbuh sepanjang 10-15 cm.
|
|
3)
|
Teknik Penyemaian Benih
a)
|
Penyemaian
di bak
Siapkan tempat atau lahan pesemaian berupa bak-bak
berukuran lebar 80 cm, kedalaman 25 cm, panjang
disesuaikan dengan kebutuhan dan sebaiknya bak
berkaki tinggi. Bak dilubangi untuk drainase
yang berlebihan. Medium semai berupa pasir steril
hingga cukup penuh. Semaikan setek pucuk dengan
jarak 3 cm x 3 cm dan kedalaman 1-2 cm, sebelum
ditanamkan diberi Rotoon (ZPT). Setelah tanam
pasang sungkup plastik yang transparan di seluruh
permukaan.
|
b)
|
Penyemaian kultur jaringan
Bibit mini dalam botol dipindahkan ke pesemaian
beisi medium berpasir steril dan bersungkup
plastik tembus cahaya.
|
|
4)
|
Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Pemeliharaan untuk stek pucuk yaitu penyiraman dengan
sprayer 2-3 kali sehari, pasang bola lampu untuk pertumbuhan
vegetatif, penyemprotan pestisida apabila tanaman di
serang hama atau penyakit. Buka sungkup pesemaian pada
sore hari dan malam hari, terutama pada beberapa hari
sebelum pindah ke lapangan. Pemeliharaan pada kultur
jaringan dilakukan di ruangan aseptik, setelah bibir
berukuran cukup besar, diadaptasikan secara bertahap
ke lapangan terbuka.
|
5)
|
Pemindahan Bibit
Bibit stek pucuk siap dipindahtanamkan ke kebun pada
umur 10-14 hari setelah semai dan bibit dari kultur
jaringan bibit siap pindah yang sudah berdaun 5-7 helai
dan setinggi 7,5-10 cm.
|
|
6.2. |
Pengolahan Media Tanam
1)
|
Pembentukan Bedengan
Olah tanah dengan menggunakan cangkul sedalam 30 cm
hingga gembur, keringanginkan selama 15 hari. Gemburkan
yang kedua kalinya sambil dibersihkan dari gulma dan
bentuk bedengan dengan lebar 100-120 cm, tinggi 20-
30 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antara
bedengan 30-40 cm.
|
2)
|
Pengapuran
Tanah yang mempunyai pH > 5,5, perlu diberi pengapuran
berupa kapur pertanian misalnya dengan dolomit, kalsit,
zeagro. Dosis tergantung pH tanah. Kebutuhan dolomit
pada pH 5 = 5,02 ton/ha, pH 5,2 = 4,08 ton/ha, pH 5,3
= 3,60 ton/ha, pH 5,4 = 3,12 ton/ha. Pengapuran dilakukan
dengan cara disebar merata pada permukaan bedengan.
|
|
6.3. |
Teknik Penanaman
1)
|
Teknik Penanaman Bunga Potong
|
|
a)
|
Penentuan Pola Tanam.
Tanaman bunga krisan merupakan tanaman yangdapat dibudidayakan
secara monokultur.
|
|
b)
|
Pembuatan Lubang Tanam
Jarak lubang tanam 10 cm x 10 cm, 20 cm x 20 cm. Lubang
tanam dengan cara ditugal. Penanaman biasanya disesuaikan
dengan waktu panen yaitu pada hari-hari besar. Waktu
tanam yang baik antara pagi atau sore hari.
|
|
c)
|
Pupuk Dasar
Furadan 3G sebanyak 6-10 butir perlubang. Campuran pupuk
ZA 75 gram ditambah TSP 75 gram ditambah KCl 25gram
(3:3:1)/m2 luas tanam, diberikan merata pada tanah sambil
diaduk.
|
|
d)
|
Cara Penanaman
Ambil bibit satu per satu dari wadah penampungan bibit,
urug dengan tanah tipis agar perakaran bibit krisan
tidak terkena langsung dengan furadan 3G. Tanamkan bibit
krisan satu per satu pada lubang yang telah disiapkan
sedalam 1-2 cm, sambil memadatkan tanah pelan-pelan
dekat pangkal batang bibit. Setelah penanaman siram
dengan air dan pasang naungan sementara dari sungkup
plastik transparan.
|
|
|
|
2)
|
Teknik Penanaman untuk Memperpendek
Batang
Penanaman dilakukan sama dengan untuk bunga potong biasa,
tetapi dengan menambah cahaya agar tangkai menjadi pendek.
|
|
a)
|
Pengaturan dan Penambahan Cahaya
Dilakukan sampai batas tertentu dengan ketinggian tanaman
yang dinginkan. Misalnya, bila diinginkan bunga krisan
bertangkai 70 cm, maka penambahan cahaya sejak ketinggian
50-60 cm. Lampu dimatikan. Periode berikutnya beralih
ke generatif. Tangkai bunga memanjang mencapai 80 cm.
Bila dipanen tangkainya 70 cm, maka tangkai bunga yang
tersisa adalah 10 cm pada tanaman. Total lama penyinaran
sejak bibit ditanam sampai periode generatif antara
12-15 minggu tergantung varietas krisan.
Cara pengaturan dan penambahan cahaya yaitu dengan pola
byarpet, yaitu pencahayaan malam selama 5 menit lalu
dimatikan selama 1 menit dilakukan secara berulang-ulang
hingga mencapai 30 menit. Cara lain pengaturan dan penambahan
cahaya adalah dengan memasang lampu TL pada tengah malam
mulai pukul 22.30-01.00.
|
|
b)
|
Pemupukan
Waktu pemupukan dimulai umur 1 bulan setelah tanam,
kemudian diulang kontinue dan periodik seminggu sekali,
dan akhirnya sebulan sekali. Jenis dan dosis pupuk yang
diberikan pada fase vegetatif yaitu Urea 200 gram ditambah
ZA 200 gram ditambah KNO3 100 gram per m2 luas lahan.
Pada fase Generatif digunakan pupuk Urea 10 gram ditambah
TSP 10 gram ditambah KNO3 25 gram per m2 luas lahan,
cara pemberiannya dengan disebar dalam larikan atau
lubang ditugal samping kiri dan samping kanan.
|
|
c)
|
Pembuangan Titik Tumbuh
Waktu pembuangan titik tumbuh adalah pada umur 10-14
hari setelah tanam, dengan cara memotes ujung tanam
sepanjang 5 cm.
|
|
d)
|
Penjarangan Bunga
Jika ingin mendapatkan bunga yang besar, dalam 1 tangkai
bunga hanya dibiarkan satu bakal bunga yang tumbuh.
|
|
|
|
3)
|
Teknik Penanaman untuk Bunga Pot
Sebanyak 5-7 Bibit yang telah berakar ditanam di dalam
pot yang berisi media sabut kelapa (hancur) atau campuran
tanah dan sekam padi (1:1). Untuk memperpendek batang,
pot-pot ini ditumbuhkan selama 2 minggu dengan penyinaran
16 jam/hari.
Untuk merangsang pembungaan, pot-pot kemudian diberi
pencahayaan pendek dengan cara menutupnya di dalam kubung
dari jam 16.00-22.00. Selama pertumbuhan tanaman diberi
pupuk cir multihara lengkap. Pembungaan ini dapat pula
dipacu dengan menambahkan hormon tumbuh giberelin sebanyak
500 ppm pada saat penyinaran pendek.
Untuk mendapatkan bunga yang besar dan jumlahnya sedikit,
bakal bunga dari setiap batang perlu diperjarang dengan
hanya menyisakan satu kuncup bunga. Dengan cara ini
akan didapatkan krisan pot dengan 5-7 bunga yang mekar
bersamaan.
|
|
6.4. |
Pemeliharaan Tanaman
-
Penjarangan dan Penyulaman
Waktu penyulaman seawal mungkin yaitu 10-15 hari
setelah tanam. Penyulaman dilakukan dengan cara
mengganti bibit yang mati atau layu permanen dengan
bibit yang baru.
- Penyiangan
Waktu penyiangan dan penggemburan tanah umumnya 2
minggu setelah tanam. Penyiangan dengan cangkul atau
kored dengan hati-hati membersihkan rumputrumput liar.
- Pengairan dan Penyiangan
Pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore
hari, pengairan dilakukan kontinu 1-2 kali sehari,
tergantung cuaca atau medium tumbuh. Pengairan dilakukan
dengan cara mengabutkan air atau sistem irigasi tetes
hingga tanah basah.
|
|
|
7. |
HAMA DAN PENYAKIT |
|
7.1. |
Hama
1) |
Ulat tanah (Agrotis ipsilon)
Gejala: memakan dan memotong
ujung batang tanaman muda, sehingga pucuk dan tangkai
terkulai. Pengendalian: mencari
dan mengumpulkan ulat pada senja hari dan semprot dengan
insektisida. |
2)
|
Thrips
(Thrips tabacci)
Gejala: pucuk dan tunas-tunas
samping berwarna keperak-perakan atau kekuning-kuningan
seperti perunggu, terutama pada permukaan bawah daun.
Pengendalian: mengatur waktu
tanam yang baik, memasang perangkap berupa lembar kertas
kuning yang mengandung perekat, misalnya IATP buatan
Taiwan.
|
3)
|
Tungau
merah (Tetranycus sp)
Gejala: daun yang terserang
berwarna kuning kecoklat-coklatan, terpelintir, menebal,
dan bercak-bercak kuning sampai coklat.
Pengendalian: memotong bagian
tanaman yang terserang berat dan dibakar dan penyemprotan
pestisida.
|
4)
|
Penggerek
daun (Liriomyza sp)
Gejala: daun menggulung seperti
terowongan kecil, berwarna putih keabu-abuan yang mengelilingi
permukaan daun.
Pengendalian: memotong daun
yang terserang, penggiliran tanaman, dengan aplikasi
insektisida.
|
|
7.2. |
Penyakit
1) |
Karat/Rust
Penyebab: jamur Puccinia sp. karat
hitam disebakan oleh cendawan P chrysantemi, karat putih
disebabkan oleh P horiana P.Henn.
Gejala: pada sisi bawah daun
terdapat bintil-bintil coklat/hitam dan terjadi lekukan-lekukan
mendalam yang berwarna pucat pada permukaan daun bagian
atas. Bila serangan hebat meyebabkan terhambatnya pertumbuhan
bunga.
Pengendalian: menanam bibit
yang tahan hama dan penyakit, perompesan daun yang sakit,
memperlebar jarak tanam dan penyemprotan insektisida.
|
2) |
Tepung oidium
Penyebab: jamur
Oidium chrysatheemi.
Gejala: permukaan daun tertutup
dengan lapisan tepung putih. Pada serangan hebat daun
pucat dan mengering.
Pengendalian: memotong/memangkas
daun tanaman yang sakit dan penyemprotan fungisida. |
3) |
Virus kerdil dan mozaik
Penyebab: virus kerdil krisan, Chrysanhenumum
stunt Virus dan Virus Mozaoik Lunak Krisan (Chrysanthemum
Mild Mosaic Virus).
Gejala: tanaman tumbuhnya kerdil,
tidak membentuk tunas samping, berbunga lebih awal daripada
tanaman sehat, warna bunganya menjadi pucat. Penyakit
kerdil ditularkan oleh alat-alat pertanian yang tercemar
penyakit dan pekerja kebun. Virus mosaik menyebabkan daun
belang hijau dan kuning, kadang-kadang bergaris-garis.
Pengendalian: menggunakan bibit
bebas virus, mencabut tanaman yang sakit, menggunakan
alat-alat pertanian yang bersih dan penyemprotan insektisida
untuk pengendalian vektor virus. |
|
|
8. |
P A N E N |
|
8.1. |
Ciri dan Umur Tanaman Berbunga
Penentuan stadium panen adalah ketika bunga telah setengah
mekar atau 3-4 hari sebelum mekar penuh. Tipe spray 75-80% dari
seluruh tanaman. Umur tanaman siap panen yaitu setelah 3-4 bulan
setelah tanam.
|
8.2. |
Perkiraan Produksi
Panen sebaiknya dilakukan pagi hari, saat suhu udara
tidak terlalu tinggi dan saat bunga krisan berturgor optimum.
Pemanenan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dipotong tangkainya
dan dicabut seluruh tanaman. Tata cara panen bunga krisan: tentukan
tanaman siap panen, potong tangkai bunga dengan gunting steril
sepanjang 60-80 cm dengan menyisakan tunggul batang setinggi
20-30 cm dari permukaan tanah.
|
8.3. |
Prakiraan Produksi
Perkiraan hasil bunga krisan pada jarak 10 x 10 cm
seluas 1 ha yaitu 800.000 tanaman. |
|
9. |
PASCA PANEN |
|
9.1.
|
Pengumpulan
Kumpulkan bunga hasil panen, lalu ikat tangkai bunga
berisi sekitar 50-1000 tangkai simpan pada rak-rak.
|
9.2.
|
Penyortiran dan Penggolongan
Pisahkan tangkai bunga berdasarkan tipe bunga, warna dan varietasnya.
Lalu bersihkan dari daun-daun kering atau terserang hama.
Buang daun-daun tua pada pangkal tangkai.
Kriteria utama bunga potong meliputi penampilan yang baik,
menarik, sehat dan bebas hama dan penyakit. Kriteria ini dibedakan
menjadi 3 kelas yaitu:
a)
|
Kelas I untuk konsumen
di hotel dan florist besar, yaitu panjang tangkai
bunga lebih dari 70 cm, diameter pangkal tangkai bunga
lebih 5 mm.
|
b)
|
Kelas II dan III untuk konsumen
rumah tangga, florits menengah dan dekorasi massal
yaitu panjang tangkai bunga kurang dari 70 cm dan
diameter pangkal tangkai bunga kurang dari 5 mm.
|
|
9.3.
|
Pengemasan dan Pengangkutan
Tentukan alat angkutan yang cocok dengan jarak tempuh ke tempat
pemasaran dan susunlah kemasan berisi bunga krisan secara
teratur, rapi dan tidak longgar, dalam bak atau box alat angkut.
|
|
10. |
ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN |
|
10.1. |
Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya tanaman krisan seluas 0,5 ha dengan
jarak tanam 10 x 10 cm. Analisis dilakukan pada tahun 1999
di daerah Bandung.
1)
|
Biaya produksi
|
|
|
1.
|
Sewa lahan 1 tahun
|
Rp. 1.500.000,-
|
|
2.
|
Bibit : 500.000 batang @ Rp. 50,-
|
Rp. 25.000.000,-
|
|
3.
|
Pupuk dan kapur
- Pupuk kandang: 15.000 kg @ Rp. 150,-
|
Rp. 2.250.000,-
|
|
|
- Urea: 4.150 kg @ Rp. 1.500,-
|
Rp. 6.225.000,-
|
|
|
- ZA: 4.600 kg @ Rp. 1.250,-
|
Rp. 5.750.000,-
|
|
|
- SP-36: 525 kg @ Rp. 2.000,-
|
Rp. 1.050.000,-
|
|
|
- KCl: 125 kg @ Rp. 1.650,-
|
Rp. 206.250,-
|
|
|
- KNO3: 2.375 kg @ Rp. 4.000,-
|
Rp. 9.500.000,-
|
|
|
- Kapur pertanian: 2000 kg @ Rp.200,-
|
Rp. 400.000,-
|
|
4.
|
Pestisida
|
Rp. 1.500.000,-
|
|
5.
|
Biaya tenaga kerja
- Penyiapan lahan 50 HKP @ Rp. 10.000,-
|
Rp. 500.000,-
|
|
|
- Pemupukan 10 HKP + 20 HKW
|
Rp. 250.000,-
|
|
|
- Penanaman 5 HKP + 50 HKW
|
Rp. 425.000,-
|
|
|
- Pemeliharaan 5 HKP + 100 HKW
|
Rp. 800.000,-
|
|
6.
|
Biaya lain-lain (pajak, iuran,
alat)
|
Rp. 500.000,-
|
|
Jumlah biaya produksi
|
Rp. 55.856.250,-
|
|
|
|
|
2)
|
Pendapatan 400.000 tanaman
@ Rp. 225,-
|
Rp. 90.000.000,-
|
|
|
|
|
3)
|
Keuntungan
|
Rp. 34.143.750,-
|
|
|
|
|
|
Parameter
kelayakan usaha
|
|
|
1.
|
Rasio Output/Input
|
=1,611
|
Keterangan: HKP Hari Kerja Pria, HKW Hari Kerja Wanita |
10.2. |
Gambaran Peluang Agribisnis
Tanaman hias krisan merupakan bunga potong yang penting di dunia.
Prospek budidaya krisan sebagai bunga potong sangat cerah, karena
pasar potensial yang dapat berdaya serap tinggi sudah ada. Diantara
pasar potensial tersebut adalah Jerman, Inggris, Swiss, Italia,
Austria, America Serikat, Swedia dsb.
Saat ini krisan termasuk bunga yang paling populer di Indonesia
karena memiliki keunggulan yaitu bunganya kaya warna dan tahan
lama, bunga krisan pot bahkan dapat tetap segar selama 10 hari.
Peluang untuk mengembangkan budidaya tanaman krisan, guna memenuhi
kebutuhan baik dalam maupun luar negri agaknya tetap terbuka.
Seiring dengan permintaan bunga potong krisan yang semakin meningkat
maka peluang agribisnis perlu terus dikembangkan. |
|
11. |
STANDAR PRODUKSI |
|
11.1. |
Ruang Lingkup
Standar meliputi klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan
contoh, cara uji, syarat penandaan dan pengemasan. |
11.2. |
Diskripsi
--- |
11.3. |
Klasifikasi dan Standar Mutu
Mutu dan pengepakan bunga untuk ekspor ke pasaran Internasional
sangat
ditentukan oleh negara pengimpor. Untuk Jepang standar yang
berlaku adalah
sebagai berikut:
a)
|
Varietas adalah Kiku
berwarna putih atau kuning yang dipanen saat bunga belum
mekar penuh, panjang tangkai 70 cm, lurus dan tunggal.
Duapertiga daun masih lengkap, utuh serta berukuran
seragam dan bebas hama penyakit.
|
b)
|
Satu ikatan terdiri dari 20 tangkai
bunga dan dibungkus dengan pembungkus dari kertas khusus
Sleeves. Kuntum tidak tertutup seludang, pangkal bunga
diberi kapas basah.
|
c)
|
Pengepakan dilakukan dalam kotak
kardus dengan kapasitas 10 ikatan.
|
d)
|
Pengangkutan dilakukan dengan
alat angkut bersuhu udara 7-8 derajat C dengan kelembaban
udara 60-65%.
|
|
11.4. |
Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan terkecil dalam
lot dan contoh
dengan rincian sebagai berikut:
a) |
Contoh yang diambil 1, untuk jumlah kemasan
terkecil dalam lot = 1–3. |
b) |
Contoh yang diambil 3, untuk jumlah kemasan terkecil
dalam lot = 4–25. |
c) |
Contoh yang diambil 6, untuk jumlah kemasan terkecil
dalam lot = 26–50. |
d) |
Contoh yang diambil 8, untuk jumlah kemasan terkecil
dalam lot = 51–100. |
e) |
Contoh yang diambil 10, untuk jumlah kemasan terkecil
dalam lot = 101–150. |
f) |
Contoh yang diambil 12, untuk jumlah kemasan terkecil
dalam lot = 151–200. |
g) |
Contoh yang diambil 15, untuk jumlah kemasan terkecil
dalam lot = 201–lebih. |
Sedangkan untuk petugas pengambil contoh adalah orang yang telah
berpengalaman/dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dalam
suatu badan hukum. |
11.5 |
Pengemasan
1)
|
Cara pengemasan
Pangkal tangkai bunga krisan potongan dimasukan ke dalam
tube berisi cairan pengawet/dibungkus dengan kapas kemudian
dimasukan ke dalam kantong plastik berisi cairan pengawet
lalu dikemas dalam kotak karton/kemasan lain yang sesuai.
|
2)
|
Pemberian merek
Pada bagian luar kemasan diberi tulisan:
|
|
1.
|
Nama barang/varietas
krisan.
|
|
2.
|
Jenis mutu.
|
|
3.
|
Nama atau kode produsen/eksportir.
|
|
4.
|
Jumlah isi.
|
|
5.
|
Negara tujuan.
|
|
6.
|
Hasil Indonesia.
|
|
|
12. |
DAFTAR PUSTAKA |
|
1) |
H Rahmat Rukmana , Ir.1997. Krisan. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta. |
2) |
Trubus no. 338. 1998. Kebun bunga Potong Ciputri. |
3) |
Dewi Sartika. 1998. Krisan Baru Produk Indonesia. Trubus
no. 342. 48. |
4) |
Lukito AM. 1998. Rekayasa Pembungaan Krisan dan Bunga Lain.
Trubus no. 3 |
|