1. |
SEJARAH SINGKAT |
|
Kina merupakan tanaman obat
berupa pohon yang berasal dari Amerika Selatan di sepanjang
pegunungan Andes yang meliputi wilayah Venezuela, Colombia, Equador,
Peru sampai Bolivia. Daerah tersebut meliputi hutanhutan pada ketinggian
900-3.000 m dpl. Bibit tanaman kina yang masuk ke Indonesia tahun
1852 berasal dari Bolivia, tetapi tanaman kina yang tumbuh dari biji
tersebut akhirnya mati. Pada tahun 1854 sebanyak 500 bibit kina dari
Bolivia ditanam di Cibodas dan tumbuh 75 pohon yang terdiri atas 10
klon.
Nama daerah : kina, kina merah, kina kalisaya, kina ledgeriana
|
2. |
JENIS TANAMAN |
|
2.1. |
Klasifikasi
Divisi |
: Spermatophyta |
Sub-divisi |
: Angiospermae |
Kelas |
: Monocotyledoneae |
Keluarga |
: Rubiaceae |
Genus |
: Chinchona |
Species |
: Chinchona spp. |
|
|
|
2.2. |
Deskripsi |
|
- C. succirubra
Tanaman berupa pohon dengan tinggi hingga 17m, cabang berbentuk
galah yang bersegi 4 pada ujungnya, mula-mula berbulu padat
dan pendek kemudian agak gundul dan berwarna merah. Daun
letaknya berhadapan dan berbentuk elips, lama kelamaan menjadi
lancip atau bundar, warna hijau sampai kuning kehijauan,
daun gugur berwarna merah. Tulang daun terdiri dari 11 –
12 pasang, agak menjangat, berbentuk galah, daun penumpu
sebagian berwarna merah, sangat lebar. Ukuran daun panjang
24 – 25cm, lebar 17 –19cm. Kelopak bunga berbentuk
tabung, bundar, bentuk gasing, bergigi lebar bentuk segitiga,
lancip. Bunga wangi, bentuk bulat telur sampai gelendong.
- C. calisaya
Letak daun berhadapan, bentuk bundar sungsang lonjong, panjang
8 –15cm, lebar 3 – 6cm, permukaan bagian bawah
berbulu halus seperti beludru terutama pada daun yang masih
muda, panjang tangkai 1 – 1.5cm. Daun penumpu lebih
panjang dari tangkai daun, bila sudah terbuka daun penumpu
akan gugur. Bunga bentuk malai, berbulu halus, bunga mengumpul
di setiap ujung perbungaan, kelopak bentuk tabung dan bergigi
pada bagian atasnya. Bunga bentuk bintang, berbau wangi
dengan ukuran panjang 9mm, helaian mahkota bunga bagian
dalam berwarna merah menyala, berbulu rapat dan pendek,
panjang benang sari setengan bagian tabung bunga. Buah berwarna
kemerahan bila masak, bentuk seperti trelur panjang 4mm
dan bersayap.
-
C. ledgeriana
Tinggi pohon antara 4 – 10m, cabang bentuk segi
empat, berbulu halus atau lokos. Daun elip sampai lanset,
bagian pangkal lancip dan tirus, ujung daun lancip dan
jorong, helaian tipis, berwarna ungu terang tetapi daun
muda berwarna kemerahan, tangkai daun tidak berbulu, berwarna
hijau atau kemerahan, panjang tangkai 3 – 6mm. Ukuran
daun panjang 25.5 – 28.5cm, lebar 9 – 13cm,
namun adakalanya panjang 7cm dan lebar 2cm. Daun penumpu
bundar sampai lonjong panjang 17 – 32mm dan tidak
berbulu. Mahkota bunga berwarna kuning agak putih dan
berbau wangi, bentuk melengkung dengan ukuran panjang
8 – 12mm. Panjang malai 7 – 18cm dan gagang
segi empat sangat pendek dan berbulu rapat. Kelopak bunga
bentuk limas sungsang 3 – 4mm, tabung tebal ditutupi
bulu warna putih, tabung mahkota bunga bagian luarnya
berbulu pendek tapi bagian dalamnya gundul dengan 5 sudut.
Tangkai sari tidak ada. Buah lanset sampai bulat telur
denga ukuran panjang 8 – 12mm dan lebar 3 –
4mm. Biji lonjong sampai lanset panjang 4 – 5mm.
|
2.3. |
Jenis Tanaman
Dari sekian banyaknya spesies kina di Indonesia, hanya 2 spesies
yang penting yaitu C. succirubra Pavon (kina succi)
yang dipakai sebagai batang bawah dan C. ledgriana
(kina ledger) sebagai bahan tanaman batang atas.
Klon-klon unggul yang dianjurkan adalah antara lain: Cib 6,
KP 105, KP 473, KP 484dan QRC. C. calisaya Wedd. (kina kalisaya)
juga banyak dikenal dan ditanam oleh masyarakat. |
|
3. |
MANFAAT TANAMAN |
|
Kulit kina banyak mengandung alkaloid-alkaloid
yang berguna untuk obat. Di antara alkaloid tersebut ada dua alkaloid
yang sangat penting yaitu kinine untuk penyakit malaria dan kinidine
untuk penyakit jantung. Manfaat lain dari kulit kina ini antara lain
adalah untuk depuratif, influenza, disentri, diare, dan tonik.
|
4. |
SENTRA PENANAMAN |
|
Sentra produksi kina di Indonesia adalah
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatra Barat.
|
5. |
SYARAT PETUMBUHAN |
|
5.1. |
Iklim
1. |
Angin yang kencang dan lama menyebabkan
banyak kerusakan karena patahnya cabang dan gugurnya
daun. |
2. |
Curah hujan tahunan untuk lokasi budidaya
kina yang ideal adalah 2.000- 3.000mm/tahun dan merata
sepanjang tahun. |
3. |
Tanaman ini memerlukan penyinaran matahari
yang tidak terlalu terik. |
4. |
Tanaman tumbuh baik pada temperatur antara
13,5-21 derajat C. |
5. |
Tanaman menghendaki daerah
beriklim lembab dengan kelembaban relatif harian minimum
dalam satu tahun 68 % dan 97 %. |
|
5.2. |
Media Tanam
1. |
Tanah yang cocok untuk tanaman kina adalah subur, gembur,
banyak mengandung bahan organik, tidak bercadas dan
berbatu. |
2. |
Derajat keasaman (pH) antara
4,6-6,5 dengan pH optimum 5,8. |
|
5.3. |
Ketinggian Tempat
Di daerah asalnya di pegunungan Andes tanaman ini tumbuh pada
ketinggian 1050 – 1500 m diatas permukaan laut (dpl).
Di Indonesia tanaman ini menyukai daerah dengan ketinggian 800-2.000
m dpl dengan ketinggian optimum untuk budidaya tanaman kina
adalah 1.400-1.700 m dpl. |
|
6. |
PEDOMAN BUDIDAYA |
|
6.1. |
Pembibitan
Pada kebun produksi, kina diperbanyak dengan cara vegetatif.
Penyediaan bahan tanaman dilaksanakan dengan semai sambung,
stek sambung, semai ledger, dan stek ledger. Di Indonesia penyiapan
dilakukan dengan cara stek sambung.
- Pembibitan Semai Sambung
a) |
Batang bawah
Batang bawah adalah semai kina succi yang ditanam
di kebun dan batang atas entres kina ledger.
Penyambungan dilaksanakan pada saat bibit bawah
berumur 8-12 bulan, tinggi 30-40 cm dan diameter
batang 1 cm. Satu-dua minggu sebelum penyambungan
daun semai succi dirempel sampai ketinggian
20-25 cm dari permukaan tanah. |
b) |
Entres batang atas
Didapat dari tanaman berumur 3-5 tahun dengan
daya regenerasi optimal. Setiap 5 tahun pohon
induk entres dipangkas setinggi 1 m dari permukaan
tanah agar ranting entres selalu muda. |
c) |
Penyambungan
Batang bawah, pada ketinggian 4-5 cm dari permukaan
tanah, disayat dari atas ke bawah sepanjang
1,5 cm. Siapkan entres kina ledger (1 cm) yang
daunnya sudah dibuang dan runcingkan bagian
bawah entres. Selipkan entres ke sayatan di
batang bawah, ikat dengan tali bambu dan oleskan
lilin sambungan penutup luka (lilin dicairkan
dulu) sampai tertutup rapat. Penyambungan dilakukan
sekitar pukul 12.00, jika cuaca tidak terik
dapat dilakukan sampai pukul 14.00. Setelah
sambungan berumur 3 minggu tunas entres telah
tumbuh, pucuk batang bawah succi dipotong. Pada
saat umur 7-8 minggu panjang tunas 3-4 cm batang
bawah dipotong setengahnya. Setelah berumur
12 minggu dan panjang tunas sambungan 12 cm,
batang suci dipotong kira-kira 1 cm dari sambungan.
|
d) |
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan selama periode persemaian
bibit ini (disebut persemaian II) adalah penyiangan,
pemberantasan hamapenyakit dan pemupukan. Pupuk
diberikan setiap 3 bulan dimulai pada waktu
bibit sambungan berumur 2 bulan dan berakhir
1 bulan sebelum dicabut (dipindahtanam). Pupuk
berupa 160-200 g Urea, 80-100 g TSP dan 160-200
g KCl yang diberikan dalam larikan sedalam 2-3
cm di antara barisan bibit setelah disiangi.
|
e) |
Pindah tanam
Bibit dipindahkan ke kebun produksi saat berumur
1 tahun di persemaian II, tinggi 40 - 50 cm
dan akar tunggang 50 cm. Seminggu sebelum bibit
dibongkar 2/3 bagian daun dibuang dan sehari
sebelum dibongkar tanah pembibitan disiram air
sampai basah. 50 bibit diikat menjadi satu.
|
- Pembibitan Stek Sambung
a) |
Batang bawah Succi
Berasal dari batang muda atau tunas-tunas dari
bekas tebangan, bukan dari cabang. Pohon induk
yang baik dipilih dari pohon yang pertumbuhannya
cepat dan mudah berakar dalam penyetekan. Bahan
stek diambil setelah tunas berumur 8-12 bulan
dan, mempunyai ukuran sebesar pinsil. |
b) |
Batang atas ledger
Pohon induk batang atas ledger dipilih dari
klon-klon yang dianjurkan. Pohon induk ditanam
pada jarak 1,25 cmx1,25 cm, lokasi kebun dipilih
datar, dekat tempat pembibitan. Pohon induk
yang siap diambil steknya pada umur 3-5 tahun. |
c) |
Bahan tanaman dan penyambungan
Batang bawah succi yang baik diambil dari pertumbuhan
tunas berumur 10-12 bulan yang dipotong pada
pohon induk sampai pangkal pangkasan. Semua
daun dibuang, batang dibungkus dengan batang
pisang dan disimpan di tempat teduh. Bahan stek
diambil dari bagian batang yang masih berair,
berwarna coklat muda dan agak tua. Batang dipotong
miring 45-60o menjadi stek-stek berukuran 10
cm dengan satu mata tunas. Bagian sisi ujung
atas batang bawah dibelah sedalam 1,5-2,0 cm
untuk menyelipkan batang atas. Pohon induk batang
atas ledger terbaik berumur 3-5 tahun setelah
pemangkasan. Batang atas hanya diambil pucuknya
sekitar 12 cm, terdiri dari 3-4 ruas paling
ujung. Pangkal pucuk dipotong runcing sepanjang
2 cm. Batang atas diselipkan ke belahan batang
bawah, diikat dengan tali bambu. |
d) |
Media tanam
Pembibitan stek sambung dilakukan di kantung
plastik/polibag ukuran 12x25 cm. Pada sekeliling
dan di tengah polibag bagian bawah diberi luang-lubang.
Media tanaman berupa tanah andosol dengan pH
4,6- 6,0 yang diisikan ke dalam polibag sebanyak
2/3 bagiannya. Sebelumnya tanah disterilkan
dengan larutan Trimaton 150 ml/15 l atau Vapam
250 ml/15 l untuk 1 m3 . |
e) |
Penanaman stek
Media dalam polibag disiram sampai lembab, oleskan
Rootone (perangsang akar) pada ujung tanaman
stek sambung lalu tanamkan pada media sedalam
5 cm. Padatkan tanah di sekitar stek supaya
tanaman tegak. |
f) |
Penyungkupan
Bedengan diberi sungkup plastik dengan rangka
dari bambu, besi atau kawat dengan jari-jari
50-70 cm dengan tinggi puncak 70 cm. Sungkup
jangan bocor dan air hujang yang menggenangi
plastik harus dibuang. |
g) |
Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan 3-4 minggu sekali. Sungkup
dibuka setelah stek berumur 3-4 bulan dan tinggi
20-25 cm. Pembukaan dilakukan secara bertahap.
Jika hujan, sungkup ditutup. Pada bulan ke 6
sungkup dibuka sama sekali dan pada bulan ke
7 dilakukan seleksi bibit. Tanaman diberi pupuk
daun Gandasil atau Bayfolan 0,2-0,3% setiap
minggu atau urea 0,2%. Pemupukan hanya dilakukan
pada bibit yang tumbuhnya lambat sebanyak 1-5
g NPK 15-15-15/polibag. Penyiangan dilakukan
dengan tangan, penyemprotan insektisida dilakukan
jika ada gejala serangan. |
h) |
Pindah tanam
Bibit dipindahkan ke kebun setelah berumur 10-12
bulan, tinggi 40-50 cm. Dan akar telah mencapai
dasar polibag. |
- Pembibitan Semai Ledger
a) |
Bibit
semai kina ledger
Adalah bibit semai dari biji kina ledger yang
berasal dari poliklonal dengan klon-klon yang
terpilih dan dipelihara khusus. Penyiapan
bibit relatif singkat hanya 1,5 tahun karena
tidak perlu penyambungan.
|
b) |
Persemaian
Dilakukan langsung pada bedengan atau dengan
memakai polibag berukuran 12 x 25 cm berisi
tanah hutan. |
c) |
Pindah tanam
Bibit dipindahtanamkan pada umur 1 tahun dan
tinggi 40-50 cm. Bibit dari bedengan dipindahkan
dengan cara dicabut sedangkan bibit dari polibag
dipindahkan dengan tanahnya setelah polibag
disobek dengan hati-hati.
|
- Pembibitan Stek Ledger
a) |
Stek ledger
Setek ledger adalah bibit kina dari pucuk
ledger. Tanaman kina ledger umumnya sulit
dikembangbiakan dengan stek. Bahan stek yang
digunakan adalah pucuk, dari pohon induk yang
telah berumur 3-5 tahun, dan setiap 3-5 tahun
harus dipangkas setinggi 25-30 cm dari sambungan.
Pohon induk ditanam dari bibit semai sambung
dengan jarak tanam 1,25x1,25 m. Bahan stek
dipilih dari pucuk yang coklat muda, masih
berair tetapi sudah agak tua dengan panjang
20-25 cm dan dipetik di pagi hari. Panjang
stek 12-15 cm terdiri dari 3-4 ruas. Sebelum
ditanam daun dibuang /dirompes setengahnya.
|
b) |
Pembibitan
Persiapan pembibitan, media, bedengan, penanaman
stek, penyungkupan dan pemeliharaan sama dengan
pembibitan stek sambung. Bibit dipindahtanamkan
ke lapangan umur 10-12 bulan, tinggi rata-rata
40-50 cm.
|
|
|
6.2. |
Pengolahan Media Tanam
Pengolahan tanah dimaksudkan untuk mendapatkan tanah yang gembur,
bersih dari tunggul sisa-sisa akar dan gulma. Pengolahan tanah
pertama dilakukan dengan pencangkulan tanah sedalam 60 cm, dan
pengolahan tanah ke dua sedalam 40 cm dilakukan 2-3 minggu setelah
pengolahan tanah pertama. Pada pertanian organic saat pengolahan
tanah yang kedua yaitu menghancurkan bongkahan dan membuat struktur
tanah lebih remah dan gembur, juga dilakukan penebaran pupuk
kandang atau kompos sekitar 50 – 60 ton per hektar sebagai
pupuk dasar.
- Persiapan Lahan
Setelah pengolahan tanah dilakukan pengukuran dan
pematokan dengan memberi tanda, setiap 20 m ke arah
mendatar, ke arah kemiringan atas dan bawah. Dengan
demikian terbentuk petakan-petakan areal seluas 20
x 20 m2 = 400m 2 yang disebut satu patok. Tanda-tanda
patok berupa hanjuang dipelihara dengan baik dan mati
segera diganti.
- Pengapuran
Pengapuran hanya dilakukan jika pH tanah lebih rendah
dari 4,5 dengan dosis kapur yang sesuai dengan keperluan.
Kapur berupa dolomit, kalsit, dicampurkan merata 100gram/lubang.
- Pemupukan (Sebelum Tanam)
Pupuk untuk memacu pertumbuhan bibit diberi 50 gram
TSP. Diberikan dalam larikan sekitar tanaman.
|
|
6.3. |
Teknik Penanaman
- Penentuan Pola Tanam
Pola penanaman tergantung tofografi lahan. Tiga macam
jarak tanam yaitu jarak tanam rapat 75 cm x 75 cm,
jarak tanam menengah 100 cm x 100 cm, dan jarak tanam
lebar yaitu 1,25 cm x 1,25 cm. PTP Nusantara VIII
di Bukit Tunggul menerapkan jarak tanam 100 x 150
cm dengan populasi tanaman per hektar sekitar 6.500.
- Pembuatan Lubang Tanam
Pengajiran untuk pedoman penanaman sehingga sesuai
dengan pola dan jarak tanam yang dibuat. Lubang tanam
dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 40 cm (untuk bibit dari
polibag) dan 30 cm x 30 cm x 40 cm (untuk bibit cabutan).
- Cara Penanaman
a) |
Bibit cabutan
Panjang akar bibit sekitar 30 cm, tinggi bibit
40-50 cm dan 2/3 daunnya dirompes. Masukkan
bibit dengan tegak jangan miring. Tanah timbunan
dipadatkan dengan cara diinjak dengan kaki,
kemudian diratakan. |
b) |
Bibit dalam Polibag
Polibag dibuka dengan cara menyobeknya lalu
bibit ditanam bersama medianya, disangga dengan
belahan bambu, ditimbun dengan tanah. Tanah
di sekitar batang dipadatkan dan tanaman disiram. |
c) |
Tanaman pelindung
Tanaman ini berfungsi sebagai penutup tanah
dan memperbaiki iklim mikro agar lebih segar.
Tanaman berupa legum Crotalaria
atauTephrosia yang ditanam selama 3 tahun. |
- Perioda Tanam
Masa penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim
hujan yaitu pada bulan September dan biasanya di saat
kondisi tidak terlalu terik untuk menghindari penguapan
yang terlalu banyak dari bibit yang akan ditanam.
Dengan menentukan masa tanam secara tepat maka akan
menentukan keberhasilan pertumbuhan tanaman.
|
|
6.4. |
Pemeliharaan Tanaman
- Penyulaman
Penyulaman dilakukan satu bulan setelah penanaman,
dilakukan secara terus-menerus sampai 3 bulan, menjelang
kemarau. Penyulaman pada tahun ke tiga tidak dianjurkan.
Kebutuhan bibit sulaman maksimum 10% dan pada tahun
kedua 5%.
- Penyiangan
Penyiangan dimaksudkan untuk penggemburan tanah sedalam
10 cm dengan menggunakan cangkul. Penyiangan dilakukan
1,5–2 bulan sekali. Kegiatan penyiangan sampai
umur 2-3 tahun.
- Pembubunan
Untuk pertanaman kina sebenarnya tidak diperlukan
kegiatan pembubunan karena memang tanaman ini merupakan
tanaman pohon
yang berumur dalam. Namun demikian pada tanaman muda
dapat dilakukan kegiatan ini untuk menimbun kembali
tanah di sekitar daerah perakaran yang terbawa air
dan dilakukan sekaligus pada saat pemberian pupuk
organic kompos setiap 3 – 4 bulan sekali agar
pertumbuhan perakarannya lebih baik.
- Pemupukan
a. |
Pemupukan
Organik
Pemupukan secara organic dengan menggunakan
pupuk kompos yang merupakan pupuk organic komplek
bias diberikan sbb: Untuk tanaman muda dilakukan
pemupukan secara rutin setiap 2 – 3 bulan
sekali sebanyak 5 – 7 kg per tanaman.
Sedangkan untuk tanaman yang telah tua (diatas
3 tahun) bias dilakukan pemupukan kompos organic
setiap 6 bulan sekali sebanyak 10 – 12
kg pertanaman.
Adapun pemberian pupuk di sekitar batang tanaman
di daerah perakaran dilakukan sekaligus dengan
pekerjaan dangir dan penyiangan. |
b. |
Pemupukan
Konvensional |
|
o |
Tanaman muda
- 1 tahun: Urea 108 kg, TSP 62 kg, KCl 30 kg
dan Kieserit 19 kg.
- 2 tahun: Urea 173 kg, TSP 83 kg, KCl 40 kg
dan Kieserit 37 kg.
- 3 tahun: Urea 217 kg, TSP 124 kg, KCl 60 kg
dan Kieserit 37 kg.
- 4 tahun: Urea 325 kg, TSP 165 kg, KCl 80 kg
dan Kieserit 56 kg. |
|
o |
Tanaman dewasa
- 5 tahun: Urea 390 kg, TSP 186 kg, KCl 80 kg
dan Kieserit 56 kg.
- 6 tahun: Urea 390 kg, TSP 186 kg, KCl 80 kg
dan Kieserit 56 kg.
- 7 tahun keatas: Urea 433 kg, TSP 207 kg, KCl
100 kg dan Kieserit 75 kg. |
|
Catatan
: Kieserit iberikan jika ada gejala kekurangan
Mg. |
Pemupukan dilakukan saat curah hujan terakhir antara
100-300 mm, dilaksanakan dua kali setahun. Cara pemberian
pupuk diberikan secara setempat.
|
|
|
7. |
HAMA DAN PENYAKIT |
|
7.1. |
Hama
1. |
Ulat
Ulat yang menyerang daun atau ranting muda adalah: (1)
Ulat jeungkal (Boarmia bhurmitra, Antitrygoides divisaria,
Hyposidra talaca) dikendalikan dengan insektisida Thiodan
35 EC; (2) Ulat sinanangkeup (Paralebeda plagifera) dikendalikan
dengan Dedevap 650 EC; (3) Ulat bugrug (Metanastria hirtaca)
dikendalikan dengan Lebaycid 550 EC; (4) Ulat badori (Attacus
atlas), dikendalikan dengan Baythroid 50 EC; (5) Ulat
kaliki (Samia cyntia) dikendalikan dengan Bayrusil 250
EC; (6) Ulat kenari (Cricula trifenestrata) dikendalikan
dengan Karphos 25 EC; (7) Ulat bajra (Setora nitens) dikendalikan
dengan Lannate L; (8) Ulat kantong (Clania variegata)
dikendalikan dengan Decis 2,5 EC, Thuricide, Ripcord 5
EC; (9) Ulat merang (Euproctis flexuosa) dikendalikan
dengan Lannate 25 WP;
Pengendalian mekanis:
dilakukan dengan mengumpulkan telur, kupu serta
telur-telurnya, kemudian dimusnahkan dengan cara dikubur
atau dibakar. |
2. |
Penggerak cabang merah (Zeuzera
coffeae)
Gejala: menyerang cabang dan ranting
hingga layu dan mudah patah. Pada ranting patah ada lubang
gerekan.
Pengendalian: memangkas cabang atau ranting yang
terserang.
|
3. |
Penggerek pangkal batang (Phasus
damor)
Gejala: kerusakan pada leher akar, daun
kuning atau kemerahan, layu, kering, rontok dan tanaman
mati.
Pengendalian: menanam bibit yang sehat
dan insektisida.
|
4. |
Penggerek cabang (Xyleberus.
Sp)
Gejala: pada ranting, cabang atau batang
terlihat adanya tahi gergaji yang halus. Hama ini berasosiasi
dengan jamur ambrosia.
Pengendalian: menyemprot larutan fungisida
sistemik dan insektisida Gusadrin 150 ESC, Benlate 50
W).
|
5. |
Penggerek pucuk (Alcalides
cinchonae)
Gejala: bekas serangan menyebabkan pucuk
berwarna coklat dan mati.
Pengendalian: penyemprotan dengan insektisida
Gusadrin 150 ESC, Benlate 50 WP.
|
6. |
Kutu putih (Pseudaulacaspis
pentagona)
Gejala: menyerang ranting dan mengisap
cairan selnya, ranting menjadi berwarna putih dan dihuni
oleh hewan kecil lonjong. Hama ini tidak menimbulkan kerugian
dan serangan akan hilang dengan datangnya musim hujan.
|
7. |
Helopeltis (Helopeltis theivora,
H. antonii)
Gejala: daun dan pucuk yang terserang menjadi
salah bentuk. Pada serangan berat tanaman mati dan dari
jauh bagian daun kebun kina kelihatan warna kehitam-hitaman.
Pengendalian: dengan penyemprotan insektisida
Lannate L, Lannate 25 WP, Lebaycid 550 WP. |
|
7.2. |
Penyakit
1. |
Kanker Batang
Penyebab:
jamur Phytophthora Sp. Terdapat tiga spesies jamur kanker
batang yaitu: (1) P. cinnamomi penyebab kanker garis,
serangannya di Indonesia sangat luas. (2) P. parasitica
penyebab kanker gelang, serangannya relatif sedikit. (3)
P. citricola hanya menyerang tunas-tunas kina muda, serangannya
juga terbatas. Kanker garis membentuk jalur sempit yang
mengendap pada kulit batang.
Gejala:
berbeda-beda tergantung umur dan klon. Kanker gelang membentuk
warna karat pada permukaan kulit batang. Jika kulit luar
dikupas tanpak bahwa kulit bagian dalam membusuk. Pembusukan
ini berkembang melingkari batang yang dapat menyebabkan
tanaman mati.
Pengendalian:
kulit yang sakit dikorek, jaringan busuk dipotong sampai
ke bagian sehat dan dilumasi Antimucin WBR 0,5% dan Difolatan
4F 3%. Setelah obat mengering luka ditutupi dengan petrolatum
2295 A, Shell Tapflux atau Shell Otina Compound. Permukaan
kayu yang terbuka ditutup ter untuk mencegah masuknya
kumbang penggerek. |
2. |
Penyakit Jamur Upas (Upasia
salmonicolor)
Gejala:
sebelum mengering daun-daun dari cabang yang sakit berwarna
kuning kemerahan. Pada batang atau cabang terdapat benang-benang
jamur yang belum masuk ke dalam kulit, dan mirip dengan
sarang laba-laba.
Pengendalian:
menyemprotkan bubur Bordeaux. Dapat juga dilakukan pelumasan
dengan bubur bordeaux pekat, Perenox 3%, Calixin Ready
mix atau Calixin RM (tridemorf) dengan menggunakan kuas.
|
3. |
Penyakit mopong (Rhizoctonia
solani)
Gejala:
di bedengan-bedengan pesemaian terdapat kelompok-kelompok
semai yang mati seperti tersiram air panas.
Pengendalian:
dengan mengurangi kelembaban persemaian, menyemprotkan
fungisida pada tanah bedengan berupa Brassicol sebanyak
30 g/m 2 dan mengurangi penyiraman. Persemaian dapat disemprot
dengan Dithane M- 45 atau Brestan 0,05%. |
|
7.3. |
Gulma
Gulma di areal tanam terdiri atas golongan rumput-rumputan seperti
lempuyangan (Panicum repens) dan paparean (Phalaris arundinaceae);
golongan berdaun lebar seperti sintrong (Crassocephalum crepidioides)
dan babadotan (Ageratum conyzoides).
Pengendalian:
dengan memperbaiki kultur teknis, menyiangi/mencabut, menggunakan
tanaman penutup tanah lebum dan dengan herbisida pra tumbuh
dan purna tumbuh. |
7.4. |
Pengendalian hama/penyakit secara organik
Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia
berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan
biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk
menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal
dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah
sbb:
1) |
Mengusahakan pertumbuhan
tanaman yang sehat |
2) |
Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh
alami |
3) |
Menggunakan varietas-varietas unggul yang
tahan terhadap serangan hama dan penyakit. |
4) |
Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu
dengan tenaga manusia. |
5) |
Menggunakan teknik-teknik
budidaya yang baik misalnya budidaya tumpang sari dengan
pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi
tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus
penyebaran hama dan penyakit potensial. |
6) |
Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida
alami yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu
toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ma maupun
pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam
keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yang
diperoleh dari hasil pengamatan. |
|
|
Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati
dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:
1) |
Tembakau (Nicotiana tabacum)
yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai
fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk
serangga kecil misalnya Aphids. |
2) |
Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium)
yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sebagai
insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat
yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga
seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat
buah. |
3) |
Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis)
yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang
diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan. |
4) |
Neem tree atau mimba (Azadirachta indica)
yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif.
Aplikasi racun ini terutama
pada serangga penghisap seperti wereng dan serangga pengunyah
seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis).
Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus
RSV, GSV dan Tungro. |
5) |
Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya
mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan
sebagai insektisida dan larvasida. |
6) |
Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya
mengandung komponen utama asaron dan biasanya digunakan
untuk racun serangga dan
pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus. |
|
|
8. |
P A N E N |
|
8.1. |
Ciri dan Umur Tanaman Berbunga
Bagian tanaman kina yang biasa diambil hasilnya adalah bagian
kulit batang, dahan, cabang dan ranting. Produk ranting dapat
dimulai saat tanaman berumur 6-7 tahun tahun (sebelum tebangan),
dengan bagian yang terkecil yang diambil adalah kulit cabang
yang diameternya lebih 1 cm. Ranting yang diameternya kurang
dari 1 cm memiliki kadar kinin sulfat (SQ) yang rendah, dan
biaya pengambilannya relatif mahal. Umur tanaman yang siap panen
untuk panen cara tebangan adalah 9-11 tahun dan untuk panen
cara penjarangan adalah 3,5, 5, 6, 7, 8,12, 18 dan 24 tahun
dengan jumlah tanaman yang dicabut untuk masing-masing penjarangan
adalah 12,5% dari total tanaman. |
8.2. |
Cara Panen
1) |
Cara Penebangan |
|
Tanaman kina ditebang hati-hati dengan
gergaji pada ketinggian 20-30 cm dari sambungan, atau
leher akar dengan kemiringan 45 derajat. Batang kina dari
batas ini dipotong sampai ketinggian 2 meter. Kulit kina
dilepaskan dari batang dengan cara dipukul-pukul. Panen
tebangan pertama disebut Stumping 1. Dari tunggul diharapkan
tumbuh tunas-tunas baru, dan dipelihara maksimum 4 tunas
untuk dipanen berikutnya. Penen berikutnya disebut stumping
2 dst. Setelah 4 kali stumping tanaman dibongkar. Panen
tebangan yang baik pada awal musim penghujan, hindari
terik matahari. |
2) |
Cara penjarangan |
|
Dilakukan dengan cabutan untuk memanen
secara bertahap dalam persentase yang telah direncanakan.
Pemilihan tanaman yang akan
dibongkar tergantung persentase panenan setiap periode.
Apabila tanaman akan dibongkar adalah 10%, maka dari 10
tanaman diambil 1 tanaman secara rata-rata. |
|
8.3. |
Periode Panen
Pemanenan biasanya dilakukan secara bertahap yaitu pada saat
dilakukan pemangkasan cabang dan ranting dan pemangkasan batang
utama. Pemanenan dilakukan pada ranting/cabang yang telah memenuhi
ukuran standar yaitu lebih dari 1cm (diameter). Pemanenan sebaiknya
dilakukan saat musim kemarau pada pagi hari. Hal ini dimaksudkan
untuk dapat mengelola hasil panen secara langsung terutama masalah
pengeringan. Untuk menghindari cemaran cendawan karena kadar
air yang tinggi pada kulit batang maka sebaiknya setelah panen/pengulitan
segera dilakukan pengeringan dengan jalan menjemur di bawah
terik matahari. |
8.4. |
Prakiraan Hasil Panen
Dari 1 batang utama kina (2 meter) didapatkan 1-1,5 kg kulit.
Hasil kulit kina diperhitungkan dalam kadar SQ7 maupun besarnya
produksi kulit, sehingga hasilnya diperhitungkan dari perkalian
kadar SQ7 dengan berat kulit kering dalam kg yang disebut potensi
produksi. Pola produksi kulit kering dan kadar kinine sulfat
(SQ7) hasil panenan cara penjarangan dapat dilihat berikut ini:
a) |
Umur 3,5 tahun, sistim panenan:
penjarangan I (12,5% panenan) dengan produksi kulit kering
500 kg/ha pada kadar SQ7 3 proses. Potensi produksi SQ7
adalah 15,00 kg/ha. |
b) |
Umur 5,0 tahun, sistim panenan: penjarangan II (12,5%
panenan) dengan produksi kulit kering 700 kg/ha pada kadar
SQ7 5 proses. Potensi produksi SQ7 adalah 37,50 kg/ha. |
c) |
Umur 6,0 tahun, sistim panenan: penjarangan III (12,5%
panenan) dengan produksi kulit kering 1.000 kg/ha pada
kadar SQ7 6 proses. Potensi produksi SQ7 adalah 60,00
kg/ha. |
d) |
Umur 7,0 tahun, sistim panenan: penjarangan IV (12,5%
panenan) dengan produksi kulit kering 1.375 kg/ha pada
kadar SQ7 6 proses. Potensi produksi SQ7 adalah 82,50
kg/ha. |
e) |
Umur 8,0 tahun, sistim panenan: penjarangan V (12,5%
panenan) dengan produksi kulit kering 1.750 kg/ha pada
kadar SQ7 7 proses. Potensi produksi SQ7 adalah 122,50
kg/ha. |
f) |
Umur 12,0 tahun, sistim panenan: penjarangan VI (12,5%
panenan) dengan produksi kulit kering 3.125 kg/ha pada
kadar SQ7 8 proses. Potensi produksi SQ7 adalah 250,00
kg/ha. |
g) |
Umur 18,0 tahun, sistim panenan: penjarangan VII (12,5%
panenan) dengan produksi kulit kering 6.250 kg/ha pada
kadar SQ7 6 proses. Potensi produksi SQ7 adalah 375,00
kg/ha. |
h) |
Umur 24,0 tahun, sistim panenan: penjarangan VIII (12,5%
panenan) dengan produksi kulit kering 9.375 kg/ha pada
kadar SQ7 5 proses. Potensi produksi SQ7 adalah 468,75
kg/ha. |
|
|
9. |
PASCA PANEN |
|
9.1. |
Penyortiran Basah dan Pencucian
Batang yang akan diambil kulitnya dikumpulkan di suatu tempat
yang teduh. Cabang dan ranting dipotong tepat pada pertautan
cabang dengan batang, Cabang atau ranting yang ukuran garis
tengahnya di atas 1 cm dibersihkan dari ranting kecil dan daun-daun.
Setelah itu batang tersebut dibersihkan, kemudian dipotong sepanjang
40 - 50 cm untuk diambil kulitnya.
Pencucian pada kulit batang dilakukan dengan air bersih, jika
air bilasannya masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali
atau dua kali lagi Hindari pencucian yang terlalu lama agar
kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut
dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan
telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit.
Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang
agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah
itu tempatkan dalam wadah plastik/ember. |
9.2. |
Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar
matahari atau alat pemanas/oven. Pengeringan kulit batang dilakukan
selama kira-kira 2 - 3 hari atau setelah kadar airnya dibawah
8%. Pengeringan dengan sinar matahari dilakukan di atas tikar
atau rangka pengering, pastikan bahan tidak saling menumpuk.
Selama pengeringan kulit batang harus dibolak-balik kira-kira
setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi bahan
tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan yang
bisa mengkontaminasi. Pengeringan di dalam oven dilakukan pada
suhu 50oC - 60oC. Kulit batang yang akan dikeringkan ditaruh
diatas tray oven dan alasi dengan kertas Koran dan pastikan
bahwa tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah
yang dihasilkan. |
9.4. |
Penyortiran Kering.
Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang dikeringkan
dengan memisahkannya dari benda-benda asing atau kotoran-kotoran
lain. Timbang jumlah bahan hasil penyortiran ini (untuk menghitung
rendemennya). |
9.5. |
Pengemasan
Setelah bersih, bahan yang kering dikumpulkan dalam wadah yang
bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya), dapat
berupa kantong plastik atau karung. Berikan label yang jelas
pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari
tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil,
berat bersih dan metode penyimpanannya. |
9.6. |
Penyimpanan
Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak
melebihi 30oC, dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan
lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang
menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan
yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih
dan terbebas dari hama gudang. |
|
10. |
ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN |
|
10.1. |
Analisis Usaha Budidaya
---- |
10.2. |
Gambaran Peluang Agribisnis
Pada tahun 1939 Indonesia merupakan pemasok 90 % kebutuhan kina
dunia dengan luas areal tanam 17.000 ha dengan produksi 11.000
ton kulit kering/tahun. Akibat terlantarnya kebun kina dan terjadinya
penebangan besar-besaran sejak Perang Dunia II sampai tahun
enam puluhan, areal dan produksi kina Indonesia menurun Kebutuhan
kulit kina dirasakan semakin meningkat, seiring dengan pertumbuhan
penduduk yang meningkat pula. Kulit kina merupakan bahan baku
obat penyakit malaria dan penyakit jantung. Obat tersebut sangat
diperlukan untuk kesehatan manusia. Di samping sebagai bahan
obat, kina sebagai bahan baku kosmetika, minuman penyegar dan
industri penyamakan. Beberapa dekade yang lalu produksi kina
Indonesia kalah oleh pordusen dari Afrika. Tetapi saat ini produksi
di Afrika mengalami penurunan. Saat ini adalah saat yang dianggap
tepat untuk melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi perkebunan
kina. Prospek agribisnis kulit kina sangat cerah, dan permintaan
pasar internasionalpun semakin meningkat tetapi belum bisa terpenuhi.
Dengan mengingat mutu kina Indonesia yang sangat prima, Perkebunan
kina kita akan menjadi sektor agribisnis yang diperhitungkan. |
|
11. |
STANDAR PRODUKSI |
|
11.1. |
Ruang Lingkup
Standar produksi meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan
contoh, cara uji, syarat penandaan dan pengemasan. |
11.2. |
Diskripsi
---- |
11.3. |
Klasifikasi dan Standar Mutu
Kulit kina kering jemur dari batang utama di perkebunan kina
Indonesia mempunyai standar mutu yang memenuhi persyaratan Internasional
yaitu memiliki kadar kinin sulfat pada kelas SQ7. Kelas kualitas
ini bahkan lebih besar daripada yang dihasilkan di Afrika. |
11.4. |
Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari
jumlah karung maksimum 30 karung dari tiap partai barang,
kemudian dari tiap-tiap karung diambil contoh maksimum 500
gram. Contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur sehingga merata,
kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal.
Cara ini dilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh seberat
500 gram. Contoh ini disegel dan diberi label untuk dianalisa,
berat contoh analisa 100 gram.
|
11.5 |
Pengemasan
Kina dikemas dalam karung goni atau dari bahan lain yang sesuai
kuat dan bersih dan mulutnyadijahit, berat netton setiap karung
maksimum 75 kg, dan tahan mengalami handling baik pada pemuatan
maupun pembongkaran. Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk
curah) ditulis dengan bahan yang aman yang tidak luntur dengan
jelas terbaca antara lain:
- Produk asal Indonesia
- Nama/kode perusahaan/eksportir
- Nama barang
- Negara tujuan
- Berat kotor
- Berat bersih
- Nama pembeli |
|
12. |
DAFTAR PUSTAKA |
|
1. |
Sultoni, A. 1995. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman
Kina. Asosiasi Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia.
Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Jakarta, Februari 2000
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan,
BAPPENAS Editor : Kemal Prihatman |
2. |
Anonimous. 1994. Hasil Penelitian Dalam Rangka
Pemanfaatan Pestisida Nabati. Prosiding Seminar di Bogor 1 –
2 Desember 1993. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor.
311 Hal. |
3. |
Anonimous. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta. 411 Hal. |
|