Virus AI Terus Berubah dan Masih Mengancam Kita, Bagaimana dengan Vaksinnya? | | Print | |
Mendengar
kata AI, merupakan hal yang sudah sangat biasa di telinga kita ibarat
mendengarkan lagu-lagu yang sedang hit. AI atau avian influenza, yang secara populer disebut flu burung, sudah hampir 7 tahun menjadi “bagian hidup kita” (peternakan unggas,red).
Di Indonesia penyakit AI disebabkan oleh virus AI subtipe H5N1,
penyakit ini tidak mudah diberantas. Dari data hasil pemantauan Medion
yang bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Udayana, Bali (Prof. Dr. drh. I. Gusti Ngurah Mahardika, kepala
Laboratorium Biomedik dan Biologi Molekuler), menunjukkan bahwa virus AI
lestari di berbagai peternakan ayam di seluruh Indonesia. Tabel 1 dan 2
menunjukkan bahwa penyakit ini selalu muncul setiap tahunnya dengan
jumlah yang bervariasi.
Tabel 1. Kasus AI pada Ayam Petelur

Keterangan : BD = Belum ada data
Sumber : Technical service Medion, 2006-2010
Tabel 2. Kasus AI pada Ayam Pedaging

Keterangan : BD = Belum ada data
Sumber : Technical service Medion, 2006-2010
Virus
AI yang ditemukan tahun 2008-2010 secara genetik dan antigenik berbeda
dengan virus AI yang ditemukan saat terjadi kasus AI tahun 2003-2007.
Tentunya perubahan tersebut tidak lepas dari karakter dasar virus AI
yang mudah bermutasi. Perubahan ini juga dipicu dari pemilihan vaksin
yang tidak tepat. Jika vaksin yang digunakan tidak mampu memberikan
perlindungan dengan sempurna, maka ayam yang tertular akan nampak sehat
namun di dalam tubuhnya terjadi perbanyakan virus terus menerus. Hal ini
akan menimbulkan cemaran virus (viral shedding) yang sangat tinggi di lingkungan kandang.
Vaksin
merupakan salah satu senjata penting dalam mengendalikan AI. Oleh
karenanya pengkajian vaksin harus secara terus menerus dilakukan untuk
memastikan apakah vaksin masih memberikan perlindungan yang sempurna.
Yang dimaksud perlindungan sempurna yaitu ayam tidak sakit, tidak
terjadi penurunan produksi dan tidak ada cemaran virus dari pernapasan
dan kotorannya.
Virus AI Mudah Bermutasi
Virus
AI mempunyai “senjata” untuk mempertahankan diri di alam. Menjadi
karakteristik khusus dari virus AI ialah memiliki kemampuan untuk
bermutasi di dalam genom RNA. Kemampuan bermutasi ini dipengaruhi oleh 2
faktor yaitu :
a. Faktor internal
Enzim polimerase yang berperan dalam proses replikasi (perbanyakan) virus (PA, PB1 dan PB2) tidak dilengkapi dengan sistem proofreading menjadi faktor utama yang mendorong virus AI bermutasi. Proofreading
merupakan kemampuan polimerase DNA untuk membaca rangkaian DNA dan
memperbaiki kesalahan penyusunan bagian dari salinan untaian DNA. Pada
virus AI jika terjadi kesalahan pembacaan susunan asam amino dalam
rantai RNA, kesalahan tersebut tidak dapat terdeteksi sehingga akan
mengakibatkan munculnya varian baru virus AI.
Faktor
internal lain yang berperan dalam proses mutasi yaitu proses
multiplikasi virus AI yang terjadi dalam inti sel. Inti sel cenderung
mempunyai luasan yang sempit, sedangkan virus AI mempunyai 8 segmen RNA
yang saling lepas satu dengan lainnya. Kondisi ini dapat memperbesar
kemungkinan kesalahan penyusunan asam amino dalam RNA pada saat proses
replikasi .

b. Faktor eksternal
Faktor
eksternal yang memicu terjadinya mutasi virus AI terkait dengan program
vaksinasi yang kurang tepat, yaitu penggunaan vaksin dengan kandungan
yang tidak homolog (berbeda) dengan virus AI lapangan. Penggunaan vaksin
ini tidak akan memberikan perlindungan yang sempurna.
Proses mutasi AI secara umum dibedakan menjadi 2 yaitu antigenic drift dan antigenic shift.
a. Antigenic drift
Mutasi
tipe ini, virus AI hanya mengalami perubahan antigenik minor (H/N) yang
terjadi dalam 1 subtipe virus. Sifat ini selalu dikaitkan dengan
timbulnya suatu epidemi dari penyakit ini. Mutasi antigenic drift
akan menyebabkan antibodi yang ada tidak bisa secara lengkap
menetralisasi virus. Waktu yang diperlukan untuk proses mutasi ini
relatif singkat, + 1 tahun.
b. Antigenic shift
Tipe
mutasi ini terjadi saat dua atau lebih subtipe virus AI bercampur dalam
satu inang membentuk subtipe baru. Inang yang berperan untuk mutasi ini
yaitu babi. Awalnya virus AI yang mengalami mutasi antigenic shift akan
terjadi perubahan antigenik mayor oleh rekombinan H dan N subtipe yang
berbeda sehingga dapat memicu timbulnya pandemi (serangan kasus AI yang
terjadi secara luas, melewati batas negara). Proses mutasi ini
membutuhkan waktu yang relatif lama, sekitar 8-10 tahun dengan efek yang
ditimbulkan sangat berbahaya .
Kasus AI di Ayam Pedaging dan Petelur
Serangan
AI akan menimbulkan gejala klinis dan patologi yang bervariasi
tergantung dari tingkat keganasan virus AI yang menyerang, status
kekebalan, umur ayam dan lingkungan. AI dapat menyerang semua organ
tubuh mulai dari sistem pernapasan, pencernaan, sel endotel pembuluh
darah, sel limfosit dan sistem syaraf.
Hasil
pemantauan kasus AI di lapangan selama tahun 2008-2010, berdasarkan
perubahan gejala klinis dan patologi anatomi serta peneguhan diagnosa
dengan uji Polymerase Chain Reaction (PCR), dapat dilihat tren umur serangan, gejala klinis dan perubahan patologi anatominya.
a. AI pada Ayam Pedaging
Data
kasus AI pada ayam pedaging dari 2008-2010 menunjukkan bahwa umur
serangan AI dominan terjadi di umur 25-31 (umur panen). Hampir 90% dari
kejadian ini bersifat mendadak tanpa diawali dengan gejala sakit, dengan
pola kematian semakin meningkat dan bisa mencapai 90%. Meskipun hampir
90% tanpa gejala sakit, namun dari hasil pemeriksaan perubahan patologi
anatomi akan ditemukan perubahan-perubahan. Beberapa kasus juga disertai
gejala klinis mirip dengan kejadian AI di awal 2004 yaitu ada yang
masih ditemukan kerokan kemerahan di kaki dan kulit.

(Sumber : Dok. Medion)
b. AI pada Ayam Petelur
Kejadian
AI pada ayam petelur merata pada umur sebelum produksi maupun setelah
produksi, namun lebih dominan pada masa awal sampai puncak produksi.
Serangan AI pada ayam petelur saat ini jarang yang menunjukkan gejala spesifik, meskipun beberapa kasus masih ditemukan cyanosis
pada jengger dan kaki. Serangan AI ini sering disebut sebagai AI
subklinis. Pola serangan ini diakibatkan tidak cukupnya titer antibodi
AI yang beredar di dalam tubuh dibandingkan dengan jumlah virus AI yang
menginfeksi, sehingga masih ada virus yang lolos dari pemblokiran
antibodi. Virus yang lolos ini akan masuk dan menginfeksi sel target.
Saat
virus berada dalam sel target, antibodi hasil vaksinasi tidak dapat
mengatasi virus, karena antibodi ini adalah antibodi yang beredar dalam
darah (antibodi humoral). Mekanisme yang terjadi adalah sel tubuh akan
melakukan penghancuran sel yang terinfeksi virus. Jika hal ini terjadi
pada sel telur, maka biasanya akan disertai dengan penurunan produksi
secara drastis, sekitar 20-80% dari produksi normal.

(Sumber : Dok. Medion)
Analisa Isolat Lapangan
Sejak
tahun 2008 sampai saat ini, Medion secara konsisten melakukan
pemantauan perkembangan kasus AI yang terjadi di seluruh wilayah
Indonesia. Spesimen AI dari lapangan dikirimkan ke laboratorium Research and Development
(R&D) untuk dilakukan peneguhan diagnosa menggunakan PCR. Jika dari
hasil uji PCR positif AI, langkah selanjutnya dilakukan analisa
struktur genetik virus AI menggunakan DNA sequencer.

(Sumber : Dok. Medion)
Sampai
pertengahan 2010, setidaknya ada 33 spesimen AI H5N1 yang telah
dianalisa, 14 spesimen dari Jawa Barat, 9 spesimen dari Jawa Timur, 4
spesimen dari Jawa Tengah, 2 spesimen dari Medan dan Kalimantan serta 1
spesimen dari Lampung dan Sulawesi.
Pengecekan
kesesuaian spesimen virus AI H5N1 dilakukan dengan menggunakan teknik
standar internasional, baik dari OIE (2008) dan WHO (2008). Analisa
dilakukan dengan cara mensekuens gen HA pada fragmen HA-1. Fragmen ini
diketahui paling berperan dalam menginduksi kekebalan terhadap AI. Hasil
sekuens dibandingkan dengan fragmen gen HA-1 dari beberapa virus AI
asal unggas Indonesia yang ada di pusat data genetik dunia, GeneBank
(http://www.ncb.nlm.nih.gov/genbank/). Data perbandingan genetik ini
ditampilkan melalui pohon filogenetik (phylogenetic tree), yang memudahkan kita dalam melihat seberapa jauh perbedaan karakteritik virus AI yang baru dengan virus AI sebelumnya.
Skema 1. Analisis filogenetik isolat AI Medion 2008-2010

Secara
umum, hasil analisa tersebut di atas menunjukkan bahwa virus AI di
Indonesia ada 4 kelompok besar yaitu M06, M10, M12 dan M13. Virus AI
dari pulau Jawa paling banyak variasinya (M06, M12 dan M13), dengan
perubahan yang signifikan, terutama Jawa Barat. Perbedaan genetik virus
AI tidak tergantung letak geografis. Lihat skema 1 pada M12 group dimana
virus AI Kalimantan Selatan bisa mirip dengan virus AI Jawa Barat.
Perubahan genetik virus AI tersebut di atas merupakan tipe mutasi antigenic drift.
Hasil
ini memberikan bukti pentingnya dilakukan pemantauan perjalanan mutasi
virus AI. Hasil pemantauan ini juga bisa dijadikan salah satu analisa
mengapa ayam tetap terserang AI, meskipun telah divaksinasi.
Bagaimana Kinerja Vaksin AI Medion terhadap Virus AI yang Berubah?
Melihat
perubahan genetik (mutasi) virus AI di lapangan selama 2008-2010,
Medion secara aktif melakukan trial secara berkala untuk melihat
protektivitas Medivac AI dan Medivac ND-AI terhadap virus AI terbaru tersebut. Trial dilakukan baik di kandang percobaan Biosafety Level 3 (BSL-3) maupun peternakan komersial.
a. Medivac AI dan isolat virus AI lapangan
Trial dilakukan untuk mengetahui tingkat perlindungan Medivac AI
terhadap infeksi virus AI hasil isolat lapangan tahun 2008 dan 2009
yang berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatra Utara.
Trial dilakukan pada ayam petelur specific pathogenic free (SPF) yang divaksin Medivac AI pada umur 4 minggu dan 3 minggu post vaksinasi dilakukan uji tantang dengan virus HPAI (104CLD50).
Hasil uji tantang (grafik 1) menunjukkan bahwa titer antibodi hasil
vaksinasi Medivac AI mampu memberikan perlindungan optimal (100%).
Grafik 1. Uji Tantang Medivac AI dengan Isolat Lapangan Terbaru (th 2008 & 2009)

Sumber : Trial Medion bekerja sama dengan Laboratorium Biomedik dan Biologi Molekuler, Universitas Udayana, Bali, 2009
*) Farmakope Obat Hewan Indonesia (FOHI), 2004
*) Farmakope Obat Hewan Indonesia (FOHI), 2004
b. Kinetika pembentukan titer antibodi AI setelah divaksin Medivac AI
Grafik 2. Titer Antibodi AI Hasil Vaksinasi dengan Medivac AI dan Vaksin AI Sejenis

Trial
kinetika akan menggambarkan performa pembentukan titer antibodi AI
pada kondisi yang netral, tidak ada pengaruh lingkungan. Vaksin Medivac AI diberikan
pada ayam petelur SPF umur 3 minggu, kemudian dipantau perkembangan
pembentukan titer antibodi setiap minggu. Dalam trial ini, juga
digunakan vaksin AI pesaing sejenis.
Hasil di atas menunjukkan bahwa Medivac AI mampu menstimulasi pembentukan titer antibodi secara cepat yaitu 3 minggu post vaksinasi. Titer antibodinya pun lebih unggul dibandingkan vaksin AI pesaing sejenis.
c. Medivac ND-AI pada ayam pedaging
Trial dilakukan untuk mengetahui potensi Medivac ND-AI
pada ayam pedaging komersial terhadap pembentukan titer antibodi dan
tingkat perlindungan terhadap infeksi virus AI. Trial dilakukan di
kandang BSL-3 dengan jadwal vaksinasi umur 10 hari dengan dosis 0,2 ml
dan 3 minggu post vaksinasi dilakukan uji tantang dengan virus HPAI dari M06 group (105,8EID50). Trial ini juga menggunakan vaksin pesaing sejenis.
Tabel 3. Titer Antibodi AI

Tabel 4. Titer Antibodi ND

Keterangan:
Titer protektif ND dan AI > 16
cv < 35%
Titer protektif ND dan AI > 16
cv < 35%
Tabel 3 menunjukkan Medivac ND-AI mampu menstimulasi pembentukan antibodi AI yang protektif pada 3 minggu post
vaksinasi, berbeda dengan vaksin pesaing sampai umur 35 hari titer
masih di bawah standar protektif. Sedangkan pembentukan titer antibodi
ND ditunjukkan pada tabel 4, dimana Medivac ND-AI dan pesaing sama-sama menstimulasi titer antibodi protektif, namun titer dan kesegaraman Medivac ND-AI lebih unggul.
Grafik 3. Indeks Kesakitan (Morbidity Index) terhadap Tantang Virus AI M06 Group

Keterangan :
0 = sehat;
1 = ngantuk, nafsu makan turun;
2 = ambruk;
3 = mati
0 = sehat;
1 = ngantuk, nafsu makan turun;
2 = ambruk;
3 = mati
Hasil morbidity index menunjukkan bahwa Medivac ND-AI
mampu memberikan perlindungan yang lebih baik dibanding pesaing dimana
nilai indeks kesakitan (gejala klinis) setelah diinfeksi virus lapangan
lebih rendah.
Dari trial ini dapat disimpulkan bahwa vaksinasi dengan Medivac ND-AI pada ayam pedaging mampu menekan kematian dan tingkat penularan (viral shedding) lebih baik dibandingkan vaksin sejenis.
Uji Fisik yang Menentukan Kualitas
Uji lain yang tidak kalah penting adalah uji fisik adjuvant yang meliputi viskositas dan mikroskopis adjuvant. Viskositas (kekentalan) adjuvant ini berpengaruh terhadap kemudahan saat aplikasi vaksin (penyuntikan). Selain viskositas, keseragaman mikroskopis adjuvant
juga merupakan parameter fisik yang penting. Keseragaman mikroskopis
ini akan menentukan keseragaman penyebaran antigen dalam vaksin,
sehingga titer antibodi yang dihasilkannya juga lebih seragam.

A : Droplet vaksin AI Medion : halus dan homogen
B : Droplet vaksin AI merek X : besar dan tidak homogen
Program Vaksinasi dan Pemantauan Titer
Panduan umum program vaksinasi AI yang kami rekomendasikan ialah:
- Ayam pedaging: 1 kali vaksinasi pada umur 4 hari atau 10 hari menggunakan Medivac ND-AI Emulsion atau Medivac AI dengan dosis 0,2 ml (injeksi subkutan)
- Ayam petelur dan pembibit : 3 kali vaksinasi umur 10 hari (0,2 ml injeksi subkutan), 56-63 hari (0,5 ml injeksi intramuskuler) dan 105-112 hari (0,5 ml injeksi intramuskuler) menggunakan vaksin Medivac AI atau Medivac ND-AI Emulsion. Pada ayam petelur dan pembibit setelah masuk masa produksi, pengulangan vaksinasi AI masih diperlukan. Hal ini mengingat bahwa umur serangan AI dari data pemantauan Medion tahun 2008-2010 dominan terjadi pada masa produksi. Untuk menentukan waktu pengulangan vaksinasi yang tepat, diperlukan pemantauan titer antibodi secara rutin. Dengan data ini diharapkan waktu vaksinasi ulang tidak terlambat sehingga tidak terjadi immunity gap (celah, dimana kekebalan tubuh di bawah standar protektif sehingga ayam rentan terhadap infeksi virus lapangan).
Medion
telah berkomitmen untuk melakukan pemantauan perkembangan virus AI di
lapangan dan secara aktif melakukan perbaikan kualitas vaksinnya,
sehingga vaksin yang diproduksi dapat memberikan proteksi yang optimal.
Namun demikian, kita ketahui bersama bahwa sebagus (sehomolog) apapun
vaksin jika program vaksinasi tidak sesuai kebutuhan di kandang dan
tidak didukung biosecurity yang disiplin, kasus outbreak AI akan sangat mungkin masih terjadi. By: Pakan Ikan Madiun, Sumber: info.medion.co.id