TAG - BLOGQ

Mineral

Mineral, Sedikit Pemakaiannya Namun Besar Manfaatnya

Pernahkah Anda menemukan kasus dimana ayam petelur masa produksi mengalami kelumpuhan atau memakan telurnya sendiri? Kemudian telur yang dihasilkan memiliki kerabang yang tipis dan mudah retak? Atau mungkin kasus anak ayam yang kakinya bengkok sehingga sulit berdiri tegak? Jika jawabannya iya, maka kemungkinan ayam tersebut mengalami kasus defisiensi (kekurangan) mineral.
 Dahulu mineral hanya dipandang sebelah mata. Namun ternyata saat ini tercapainya potensi genetik ayam, salah satunya ditentukan oleh terpenuhinya kebutuhan mineral dalam ransum. Jika melihat kenyataannya di lapangan, kasus defisiensi mineral sendiri hampir tiap tahun ditemukan, meskipun secara angka masih sangat kecil jumlahnya, yaitu 0,2% dari total kasus penyakit ayam (Tech. Support Medion, 2012). Akan tetapi bukan tidak mungkin bahwa sebenarnya kasus defisiensi mineral jauh lebih besar jumlahnya karena selama ini gejalanya tidak selalu terlihat secara kasat mata. Oleh karena itu, kecukupan mineral perlu diperhatikan.

Mineral dan Kebutuhannya Bagi Ayam Modern
Mineral ialah suatu senyawa anorganik yang menyusun ± 4% tubuh ayam. Ketersediaannya harus disuplai dari luar, misalnya melalui ransum, karena tubuh ayam tidak bisa memproduksinya. Di pasaran sendiri, mineral anorganik banyak diproduksi, baik yang berbentuk campuran (mineral mix) maupun bentuk tunggal (garam karbonat, garam klorida, garam sulfat dan garam fosfat).
Dalam perkembangannya, saat ini beberapa macam mineral juga hadir dalam bentuk mineral organik, yaitu mineral anorganik yang digabungkan dengan senyawa organik seperti asam amino, asam organik atau polisakarida. Contoh sediaan mineral organik ini antara lain metal amino acid complex (gabungan mineral besi dengan asam amino), metal organic acid (gabungan besi dengan asam organik) dan metal polysaccharide (gabungan besi dengan polisakarida). Selain metal (besi, red), mineral yang telah tersedia dalam bentuk organik antara lain zinc, mangan dll.
Secara garis besar, mineral dibedakan atas dua kelompok, yaitu makro dan mikro mineral. Makro mineral terdiri atas kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg), sulfur (S), kalium (K), natrium (Na), dan klorida (Cl). Sedangkan mineral-mineral yang terdapat dalam tubuh dengan jumlah lebih kecil, yaitu hanya 0,01% dari berat badan, disebut mikro mineral.
Beberapa mikro mineral juga sering disebut dengan istilah trace mineral, yaitu mineral-mineral yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit namun sangat bermanfaat dalam menunjang berbagai proses di dalam tubuh. Contoh dari mineral tersebut antara lain iron/zat besi (Fe), iodine (I), zinc/seng (Zn), selenium (Se), copper/tembaga (Cu), mangan (Mn), kobalt (Co) dan beberapa mikro mineral lainnya.
Dalam ransum ayam, kebutuhan mineral tidaklah dominan dan biasanya hanya berkisar 5-8% dari total ransum. Namun yang perlu digaris bawahi ialah bahwa kebutuhan mineral bagi ayam modern saat ini ternyata sudah jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan kebutuhan ayam zaman dahulu.
Perbaikan genetik yang ada saat ini membuat ayam pedaging tumbuh dengan cepat, dan ayam petelur bertelur lebih banyak. Agar target kedua ayam ini tercapai, maka ayam harus melakukan proses metabolisme dengan lebih cepat. Kondisi inilah yang menyebabkan kebutuhan mineral meningkat, karena ia berperan aktif dalam berbagai proses metabolisme tubuh seperti prekursor (bahan pembantu) kerja enzim, hormon dan ion transport.
Meskipun ayam modern mempunyai begitu banyak kelebihan dari perbaikan potensi genetiknya, akan tetapi ayam ini lebih mudah stres. Ayam yang stres membutuhkan jumlah dan asupan mineral yang juga tinggi. Demikian pula halnya dengan ayam yang mengalami tekanan pada sistem pertahanan tubuhnya (kondisi imunosupresi).
Kelemahan lain yang dimiliki oleh ayam modern saat ini ialah lebih sensitif terhadap kualitas pakan. Saluran pencernaannya sangat peka terhadap level mikotoksin, serat kasar, dan anti nutrisi maupun bibit penyakit. Itulah sebabnya pada saat bedah bangkai, kita sangat sulit menemukan ayam dengan kondisi saluran pencernaan yang benar-benar “sempurna”. Saluran pencernaan yang bermasalah ujung-ujungnya akan menurunkan daya serap mineral. Dan pada kondisi inilah ayam sering mengalami defisiensi mineral.

Fungsi Mineral
Bila kita mengamati tabel kebutuhan nutrisi pada buku manajemen pemeliharaan ayam, maka pada bagian bawah tabel, kita akan mendapatkan berbagai level kebutuhan beberapa mineral. Mineral yang paling umum tercantum diantaranya kalsium (Ca), fosfor (P), iron/zat besi (Fe), iodine (I), zinc/seng (Zn), selenium (Se), copper/tembaga (Cu), dan mangan (Mn). Secara detail, fungsi dari masing-masing mineral tersebut antara lain:
  • Kalsium (Ca)
Kalsium adalah mineral berwarna putih keperakan, bersifat basa dan tidak terdapat dalam bentuk bebas. Bagi ayam sendiri, kalsium merupakan unsur yang sangat esensial dalam pembentukan tulang dan kerabang telur. Kalsium yang terkandung dalam kerabang telur berbentuk kalsium karbonat (CaCO3).

Secara aktif kalsium diserap oleh vili-vili usus. Kemudian pola absorpsi atau penyerapannya diatur oleh suatu mekanisme yang dikenal dengan nama Gate Keeper, yaitu suatu pola dimana jika proses metabolisme di dalam tubuh tidak memerlukan kalsium, maka absorpsinya tidak akan terjadi, dan demikian pula sebaliknya.
Tinggi rendahnya kebutuhan kalsium pada ayam juga dipengaruhi oleh kondisi ayam. Ketika ayam berada dalam kondisi cekaman/stres, maka ayam akan menggunakan kalsium yang terdapat pada tulang dalam jumlah banyak.
Selain sebagai penyusun tulang dan kerabang telur, kalsium masih memiliki fungsi lain, yaitu:
  1. Mengatur kerja sistem syaraf
  2. Membantu dalam mekanisme penyerapan vitamin B12
  3. Mengatur kontraksi otot
  4. Penting untuk pertumbuhan yang normal
  • Fosfor (P)
Meskipun fosfor banyak tersebar luas, namun keberadaannya tidak pernah terdapat dalam bentuk bebas. Fosfor diserap di usus halus dalam bentuk ion fosfat (PO-4). Fosfor memiliki fungsi metabolik dalam pembentukan tulang, serta berperan dalam proses pembentukan energi dan mengatur keseimbangan asam basa di dalam tubuh.
  • Trace Mineral
Trace mineral mempunyai banyak manfaat bagi ayam modern (Leeson and Summers, 2001), diantaranya:
a)  Mangan (Mn)
Konsentrasi tertinggi mineral mangan terdapat pada tulang. Selain di tulang, jumlah mangan juga terdapat cukup besar di hati, otot, ginjal, jaringan gonad, serta kulit. Fungsi mangan dalam tubuh ayam adalah sebagai aktivator enzim untuk enzim-enzim yang bekerja menghantarkan atau mentransfer fosfat, serta enzim yang berkaitan dengan siklus asam sitrat. Mangan juga merupakan komponen penting dari enzim karboksilase.
Berdasarkan fungsinya sebagai aktivator dari berbagai enzim penting tersebut, maka secara tidak langsung mangan ikut berperan dalam proses regenerasi sel-sel darah merah, metabolisme karbohidrat, siklus reproduksi, metabolisme lemak dan fungsi-fungsi otak. Mangan mudah sekali diserap dari saluran pencernaan dan kulit.
b)  Iron (Fe)
Mineral Fe, atau lebih dikenal dengan zat besi, berperan penting dalam berbagai reaksi biokimia di dalam tubuh ayam, antara lain yang utama ialah dalam memproduksi sel darah merah. Zat besi berfungsi sebagai pembawa oksigen, bukan saja oksigen pernapasan menuju jaringan, tetapi juga dalam jaringan atau dalam sel.
c)  Copper (Cu)
Memegang peranan penting dalam sistem enzim, sintesa hemoglobin (zat warna merah darah) dan pigmen
d)  Zinc (Zn)
Berperan sebagai komponen dan aktivator enzim, serta bertanggung jawab pada perkembangan embrio dan pembentukan tulang.
e)  Iodine (I)
Berfungsi membantu kerja kelenjar tiroid (yang menghasilkan hormon tiroksin untuk pertumbuhan dan perkembangan) yang bertanggung jawab untuk mengatur sistem metabolisme tubuh.
f)  Selenium (Se)
Selenium (Se) bisa ditemukan dalam bentuk organik maupun anorganik. Berdasarkan penelitian-penelitian terbaru, diketahui bahwa selenium mempunyai manfaat yang begitu banyak baik bagi ayam pedaging maupun petelur. Bagi ayam pedaging, selenium dapat meningkatkan FCR, meningkatkan kualitas daging dengan mengurangi drip loss (hilangnya cairan dari dalam tubuh), meningkatkan imunitas, dan membantu menyempurnakan pertumbuhan bulu pada ayam tipe lambat bulu (slow feathering).
Bagi ayam petelur, selenium berfungsi meningkatkan kualitas kerabang, meningkatkan haugh unit (kualitas kuning dan putih telur), meningkatkan berat kuning dan putih telur, memperbaiki FCR dan mempertahankan kualitas telur saat disimpan. Haugh unit (HU) adalah ukuran kualitas telur bagian dalam yang didapat dari hubungan antara tinggi putih telur dengan bobot telur (Stadelman dan Cotterill, 1995).
 Semakin tinggi putih telur bagian yang kentalnya, maka tinggi pula nilai Haugh unit-nya dan semakin tinggi kualitas telurnya (Stadelman dan Cotterill, 1995). Menurut standar United State Departement of Agriculture (USDA), nilai Haugh unit lebih dari 72 digolongkan kualitas AA (sangat baik), antara 60-72 digolongkan kualitas A (baik), antara 31-60 digolongkan kualitas B (cukup baik), dan kurang dari 31 digolongkan kualitas C (kurang baik). Melihat manfaatnya yang begitu besar, layaklah bila selenium dapat membantu ayam modern untuk menampilkan potensi genetiknya secara optimum.

Gejala Defisiensi Mineral
Pada umumnya tren kasus defisiensi mineral tidak bisa kita diagnosa dengan pasti karena kasus tersebut seringkali tidak menunjukkan gejala klinis maupun perubahan patologi anatomi. Berbeda dengan kasus penyakit viral maupun bakterial yang jauh lebih nyata menimbulkan gejala dan perubahan organ tubuh ayam.
Meski demikian, sekilas mengenai beberapa contoh gejala kasus defisiensi mineral akan dijelaskan sebagai berikut:
  • Defisiensi kalsium dan fosfor
Kalsium menjadi mineral yang paling banyak ditemukan di dalam tubuh ayam dan 99% mineral ini ditemukan di tulang. Sedangkan fosfor merupakan mineral terbanyak ke-2 yang menyusun tubuh ayam, dimana 80% dari jumlah fosfor ini terdapat dalam sistem kerangka atau tulang dan sisanya terdistribusi ke seluruh tubuh ayam.
Ketersediaan kedua mineral ini dipengaruhi oleh rasio kadarnya di dalam ransum, kadar vitamin D3 dan umur ayam. Defisiensi baik kalsium maupun fosfor pada ayam periode starter maupun grower bisa menyebabkan pertumbuhan tulang abnormal, meskipun ransum mengandung vitamin D3 yang cukup. Gejala ayam petelur yang mematuk dan memakan telurnya sendiri, maupun ayam yang mengalami kelumpuhan (lelah kandang/cage layer fatigue), merupakan contoh kasus yang bisa terjadi akibat defisiensi kalsium dan fosfor.
Pembentukan kerabang telur membutuhkan kalsium dalam jumlah banyak dan salah satunya dipenuhi melalui penyerapan kalsium dari tulang. Normalnya, kalsium tersebut akan diganti dari kalsium dalam ransum. Namun pada saat terjadi kekurangan kalsium dan fosfor, penggantian kalsium ini tidak berlangsung dengan baik. Akibatnya tulang menjadi keropos, dan akhirnya ayam susah berdiri dan seolah-olah lumpuh.
Kondisi inilah yang sering disebut lelah kandang. Kasus lelah kandang akan semakin diperparah dengan perkembangan kerangka yang kurang optimal karena ayam petelur dipelihara dalam kandang baterai sehingga kurang pergerakan. Saat lelah kandang terjadi, produksi telur juga akan terhenti akibat asupan kalsium dalam tulang berkurang.
Defisiensi kedua nutrisi juga bisa menurunkan kualitas telur, dimana akan dihasilkan telur dengan kerabang yang tipis dan lembek. Kondisi tersebut selanjutnya menyebabkan telur mudah retak dan akhirnya merangsang ayam memakan telurnya sendiri.
  • Defisiensi trace mineral
Secara umum, gejala defisiensi trace mineral diantaranya terangkum pada Tabel 1.


 Tindakan Menghadapi Defisiensi Mineral
Mengingat bahwa kasus defisiensi mineral bukanlah suatu penyakit menular, maka kehadirannya kurang direspon oleh peternak. Oleh beberapa peternak sendiri, kasus-kasus defisiensi mineral kadangkala terkesan dibiarkan begitu saja dengan alasan bahwa populasi yang terserang hanya sedikit. Padahal kasus defisiensi mineral yang tampak hanyalah sebagian kecil, sedangkan dampak lebih besarnya akan terlihat langsung dari rendahnya produktivitas. Lalu apa yang sebaiknya dilakukan oleh peternak?
Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum menghadapi kasus defisiensi mineral antara lain:
  • Pastikan kualitas ransum sesuai dan konsumsi ransum (feed intake) masuk sesuai dengan standar dari perusahaan pembibit (breeder)
  • Pastikan tidak ada gangguan teknis yang terjadi (seperti ayam kekurangan tempat ransum, ransum terlambat diberikan, atau karena manajemen ransum yang salah)
  • Diusahakan untuk “memilah ayam” berdasarkan tingkat uniformity (keseragaman) nya agar bisa diberi perlakuan khusus. Ayam yang terlihat menunjukkan gejala penyakit segera dipindah pada flok terpisah
  • Bila kualitas ransum kurang baik, lakukan suplementasi ransum untuk meningkatkan kualitas ransum

Suplementasi Mineral
Ransum yang berkualitas harus memiliki kadar nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ayam disetiap periode perkembangannya, termasuk kandungan mineralnya. Jika tidak berkualitas, maka kasus defisiensi nutrisi pun bisa muncul. Di lapangan sendiri, jika ditemukan ayam yang mengalami gejala kasus defisiensi mineral, maka salah satu jalan keluar yang direkomendasikan ialah dengan menambahkan feed supplement ke dalam ransum.
Secara umum latar belakang dilakukannya penambahan feed supplement adalah:
  1. Melengkapi kandungan nutrisi esensial yang sering terlupakan, termasuk mineral
  2. Saat penyimpanan, kemungkinan terjadi penurunan kualitas ransum akibat kondisi gudang penyimpanan dan quality control yang tidak sesuai sehingga penambahan feed supplement mutlak diperlukan
  3. Saat pemberian ransum, ada sebagian ransum yang tercecer sehingga suplementasi juga diperlukan
Pada kasus defisiensi kalsium dan fosfor, sebenarnya penting bagi peternak agar sebelumnya memastikan bahwa dalam formulasi ransum yang dibuat, kandungan kalsium serta fosfornya sudah memenuhi nilai standar kebutuhan ayam, dan rasio perbandingan kedua mineral tersebut juga telah sesuai. Dan untuk mengetahui berapa kadarnya, peternak bisa melakukan uji laboratorium kualitas ransum di lembaga terkait atau MediLab (Medion Laboratorium). Bahan baku ransum yang bisa digunakan sebagai sumber calsium dan fosfor dalam formulasi ransum diantaranya MCP (monocalcium phosphate), DCP (dicalcium phosphate) atau tepung batu.
Namun yang perlu diperhatikan dalam menangani kasus defisiensi Kalsium dan fosfor adalah bahwa peternak perlu melakukan suplementasi vitamin D3 dan C yang sangat berpengaruh terhadap daya serap kalsium dan fosfor di dalam tubuh ayam. Karena akan percuma jika kandungan kalsium dan fosfor sudah sesuai, namun bahan pembantu untuk penyerapannya, yaitu vitamin D3 dan C, tetap kurang jumlahnya.

Selanjutnya untuk mengatasi dan mencegah kasus defisiensi trace mineral, suplementasi trace mineral mutlak diperlukan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa kebutuhan trace mineral ini akan semakin meningkat seiring dengan menurunnya kondisi ayam akibat pengaruh lingkungan. Tidak hanya itu, jarang adanya jasa pengujian laboratorium terkait untuk mendeteksi kandungan trace mineral ini mengharuskan peternak tetap waspada akan kasus defisiensinya, sehingga suplementasi diperlukan.
Pada dasarnya, suplementasi mineral bisa dilakukan oleh peternak dalam bentuk penambahan mineral tunggal atau sekalian dalam bentuk penambahan premiks. Di dalam premiks, selain terkandung mineral, juga terdapat nutrisi lain seperti asam amino dan berbagai multivitamin. Beberapa produk suplemen mineral produksi Medion yang bisa digunakan diantaranya Top Mix dan Mineral Feed Supplement A.

Mineral Feed Supplement A merupakan salah satu suplemen mineral yang mengandung makro dan mikro mineral yang berfungsi memperbaiki produksi telur dan kualitas telur, membantu pertumbuhan, meningkatkan daya tetas telur dan mencegah serta mengobati penyakit akibat defisiensi mineral.
Hal penting yang perlu diperhatikan saat kita melakukan suplementasi mineral ialah teknik pencampurannya ke dalam ransum. Dalam mencampur suplemen mineral tersebut sebaiknya pastikan bahwa seluruh mineral tercampur secara homogen dalam ransum.
Pencampuran suplemen mineral harus dimulai dengan mencampurnya ke dalam ransum dalam jumlah yang sedikit, kemudian beranjak ke jumlah yang lebih besar dan seterusnya, hingga akhirnya seluruh ransum tercampur dengan suplemen mineral tersebut. Teknik pencampuran ini juga digunakan jika kita melakukannya secara manual.
Akan lebih baik jika peternakan sudah memiliki mixer sehingga mempermudah pengadukan. Jenis mixer yang bagus digunakan untuk mencampur suplemen mineral adalah mixer horizontal. Poin tersebut penting agar ayam mendapatkan mineral dalam jumlah merata sehingga merata pula produktivitas ayam. Selain hal di atas, sebaiknya kita juga harus menyimpan suplemen mineral dalam tempat yang kering dan tertutup rapat, serta terhindar dari sinar matahari langsung agar kualitasnya tetap terjaga.
Dari seluruh bahasan di atas bisa disimpulkan bahwa mineral sangat besar manfaatnya dalam menunjang produktivitas ayam. Meskipun pemberiannya selama ini terhitung dalam kadar yang sedikit, namun efeknya sangat besar terhadap berbagai proses metabolisme tubuh ayam. Penggunaan suplementasi mineral sebaiknya tidak hanya dilakukan saat ayam mulai menunjukkan gejala defisiensi. Namun alangkah lebih baik jika dimulai sejak awal pemeliharaan untuk mencegah kurangnya asupan mineral ransum ke dalam tubuh ayam. Salam. By: Pakan Ikan Madiun, Sumber: info.medion.co.id

HALAMAN FACEBOOK