TAG - BLOGQ

Konsumsi Ayam

Konsumsi Ayam Rendah, Apa yang Salah?
Jika peternak ditanya apakah target yang ingin mereka capai dalam beternak ayam? Salah satu jawabannya pasti untuk memperoleh hasil produktivitas yang maksimal. Dan pencapaian produktivitas maksimal tersebut akan sangat berkaitan dengan pencapaian feed intake (konsumsi ransum) yang optimal.
Di lapangan, kasus peternak yang membatasi konsumsi agar memperoleh FCR (feed convertion ratio/rasio konversi ransum) yang rendah mungkin hanya sedikit. Namun kasus penurunan konsumsi sehingga ayam tidak mau bertelur atau bobot badannya turun, justru banyak terjadi. Lalu kalau sudah terjadi penurunan konsumsi, bagaimana caranya agar kembali normal?


Faktor Penyebab Rendahnya Konsumsi
Karena banyak faktor yang mempengaruhi, maka akan cukup sulit bagi kita untuk menentukan dan mengevaluasi dengan pasti penyebab rendahnya konsumsi ransum ayam. Adapun faktor-faktor penyebabnya antara lain:
  • Kualitas ransum
Kualitas ransum sebelum diberikan, baik dari segi fisik maupun kandungan nutrisinya, secara nyata mempengaruhi konsumsi ayam. Pada dasarnya ayam menyukai ransum yang masih segar, warnanya menarik, tidak apek, tidak berkutu dan tidak berjamur.
Kualitas fisik lain dari ransum yang ikut mempengaruhi konsumsi ayam ialah bentuk dan ukurannya. Menurut Ferket dan Gernat (2006), ayam cenderung memilih ransum yang memiliki ukuran hampir sama atau lebih kecil dari ukuran paruhnya, meskipun secara alami ayam mampu memperkecil ukuran ransum yang dikonsumsi.
Di sisi lain tingginya kandungan serat kasar juga bisa mengakibatkan penurunan konsumsi karena palatabilitas (tingkat kesukaan) ransum menurun. Sedangkan bila dilihat dari kandungan EM (energi metabolisme), dari hasil riset diketahui bahwa ayam cenderung makan lebih sedikit ransum dengan kandungan EM yang tinggi, begitu pula sebaliknya.
  • Manajemen pemberian ransum
Faktor manajemen yang mempengaruhi konsumsi berkaitan dengan kemudahan ayam untuk mengakses ransum dan cara pemberiannya. Pengaturan jumlah, distribusi, serta ketinggian TRA (tempat ransum ayam) yang tidak disesuaikan dengan umur dan kepadatan ayam, bisa mempengaruhi konsumsi ayam.
Pergantian ransum secara tiba-tiba serta pemberian lighting (pencahayaan) yang kurang juga bisa menurunkan konsumsi ransum ayam. Pengaturan pencahayaan yang baik, terutama di malam hari, sangat berguna untuk merangsang aktivitas makan. Namun pada peternakan ayam petelur, pemberian cahaya ini harus dikontrol dengan ketat terkait pencapaian target performa ayam di masa produksi.
  • Kondisi stres
Saat stres, respon ayam pertama kali adalah fokus meningkatkan laju metabolisme cadangan energi tubuh. Akibatnya laju pergerakan dan penyerapan usus akan melambat dan konsumsi ransum pun akan menurun (Ferket dan Gernat, 2006). Secara umum kondisi stres dalam kandang bisa disebabkan oleh 3 hal, yaitu heat stress (stres panas), kualitas udara yang rendah dan kualitas litter yang buruk.
Saat heat stress ayam sering melakukan panting (megap-megap) untuk menstabilkan panas tubuhnya. Akibatnya ayam cenderung malas makan sehingga konsumsinya menurun. Pada kondisi heat stress, ayam justru akan banyak minum sehingga kotoran yang dihasilkan lebih basah. Dampaknya amonia meningkat, dan jika manajemen pengaturan sirkulasi udara serta penanganan litter-nya buruk, maka ayam akan stres dan secara tidak langsung konsumsi ayam akan turun.
  • Kualitas ayam
Kualitas ayam yang bisa berpengaruh terhadap konsumsi ransumnya ialah terkait perkembangan gizzard dan tembolok. Pada dasarnya ayam akan mengkonsumsi ransum sesuai daya tampung tembolok dan gizzardnya. Apabila sejak awal pemeliharaan, tembolok dan gizzard ayam tidak berkembang dengan baik, maka konsumsi ransumnya juga akan rendah dan tidak sesuai dengan standar.
  • Faktor penyakit
Penurunan konsumsi akibat serangan penyakit merupakan kasus yang paling umum ditemukan. Meskipun kasus yang berdampak secara langsung ialah kasus infeksi saluran pencernaan, namun kasus infeksi penyakit lain yang menyerang organ kekebalan juga dapat mempengaruhi tingkat konsumsi.
Ketika ayam sakit, organ kekebalan akan bekerja mati-matian menghasilkan antibodi. Semakin banyak antibodi yang diproduksi, maka akan semakin besar pula energi yang diperlukan untuk membentuk antibodi tersebut. Akibatnya ayam akan terlihat lesu, lemah, mengantuk dan lebih memilih untuk “diam” tidak melakukan aktivitas makan.
 
Apa Akibatnya?
Seperti sudah diketahui bersama, bahwa turunnya konsumsi berkorelasi dengan turunnya asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh ayam. Energi yang berasal dari karbohidrat maupun lemak, adalah nutrisi utama yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh ayam. Kekurangan asupan energi menyebabkan adanya sebagian protein yang dikonversikan menjadi energi. Padahal kita tahu bahwa protein merupakan nutrisi yang berguna bagi perbanyakan dan perkembangan sel-sel tubuh untuk pertumbuhan bobot badan, terutama saat masa awal pemeliharaan. Sehingga ketika protein berubah fungsi untuk menghasilkan energi, maka fungsi awalnya untuk pertumbuhan akan terabaikan (Almatsier, 2001).
Kurangnya asupan nutrisi lain seperti vitamin dan mineral, juga menimbulkan efek yang merugikan. Dalam pemeliharaan ayam petelur, nutrisi mikro tersebut sangat diperlukan dalam proses pembentukan telur. Jika asupannya berkurang, maka jumlah produksi dan kualitas telur pun akan menurun.

Agar Konsumsi Ayam Kembali Normal
Beberapa cara yang bisa dilakukan agar konsumsi ayam kembali normal ialah:
  • Memperbaiki kualitas ransum
Pastikan kualitas fisik ransum masih bagus, seperti aroma masih segar dan bentuknya seragam, agar ayam mau makan. Upaya yang dapat dilakukan agar ransum selalu segar, dengan mengatur periode pemberian dan pembolak-balikan ransum sesering mungkin. Ransum yang sudah berjamur jangan diberikan karena selain mengandung aflatoksin (racun jamur), juga dapat menimbulkan efek imunosupresi (menurunkan kekebalan tubuh).
Untuk itu, lakukan kontrol kualitas ransum sejak penerimaan bahan baku, saat pembongkaran, penyimpanan bahan baku, proses pembuatan ransum dan penyimpanan ransum. Terapkan pula sistem FIFO (First In First Out), yaitu ransum yang pertama masuk dalam gudang maka digunakan yang pertama.
Guna meningkatkan konsumsi ransum dan ketersediaan nutrisi mikro essensial di dalamnya, seperti asam amino, vitamin maupun mineral, tambahkan Top Mix, Top Mix HC atau Mineral Feed Supplement A ke dalam ransum.
  • Perbaikan manajemen
Sediakan TRA berkualitas dalam kandang. Artinya TRA harus terbuat dari bahan yang tidak beracun, warnanya menarik, tahan terhadap panas dan asam, mudah dibersihkan dan tidak mudah pecah. Jumlah TRA juga harus mencukupi, ketinggiannya sesuai ketinggian ayam, serta distribusinya merata sesuai populasi ayam, sehingga setiap ekor ayam memiliki akses yang sama untuk makan. TRA yang baik ialah bibir piringan TRA setinggi punggung ayam.
Atur penempatan lampu untuk pencahayaan secara merata. Saat pergantian ransum, lakukan dengan tahapan sebagai berikut:
  1. Hari pertama = 75% ransum lama : 25% ransum baru
  2. Hari kedua = 50 % ransum lama : 50% ransum baru
  3. Hari ketiga = 25% ransum lama : 75% ransum baru
  4. Hari keempat = 100% ransum baru
Sebelum dan selama pergantian ransum berikan multivitamin seperti Vita Stress untuk meminimalkan efek stres.
  • Minimalkan faktor stres
Caranya dengan menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman bagi ayam. Atur sistem buka tutup tirai kandang dan jika perlu tambahkan kipas (fan) untuk membantu sirkulasi udara. Bisa juga dengan memberikan hujan buatan pada atap kandang. Jangan lupa pula untuk mengatur kepadatan kandang.
  • Merangsang perkembangan tembolok dan gizzard
Agar tembolok dan gizzard berkembang dengan baik sejak awal, beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain memberikan ransum dengan kandungan serat kasar sesuai standar, mengatur bentuk dan ukuran pakan, melakukan pemuasaan makan di siang hari, serta menambahkan grit (tepung batu, tulang atau kerang) ke dalam ransum.
  • Tangani penyakit yang menginfeksi
Memperbaiki konsumsi ayam yang menurun akibat infeksi penyakit harus dilakukan dengan menangani penyakitnya terlebih dahulu. Namun sebagai terapi supportif (pendukung), pemberian multivitamin (Fortevit, Vita Stress) akan sangat membantu meningkatkan kondisi tubuh ayam. Selain dengan vitamin, sebaiknya lakukan pula sanitasi kandang dan peralatan, serta perbaikan tata laksana pemeliharaan.
Begitu banyak faktor yang bisa mempengaruhi konsumsi ransum ayam, mulai dari kualitas ayam dan ransum nya itu sendiri, faktor manajemen hingga penyakit. Untuk itu, jika suatu saat terjadi penurunan konsumsi pada ayam, sebaiknya kita mengevaluasi seluruh kemungkinan faktor-faktor penyebabnya agar kita bisa memperbaiki konsumsi ayam sesegera mungkin. Sukses selalu. By: Pakan Ikan Madiun, Sumber: info.medion.co.id

HALAMAN FACEBOOK