TAG - BLOGQ

Apa perbedaan itik dengan bebek?

Apa perbedaan itik dengan bebek?

Apa perbedaan itik dengan bebek?
Indian Runner
Unggas air memiliki berbagai ragam dan jenis, mulai dari unggas air liar hingga unggas air yang diternakkan. Dari beragam unggas air itu terdapat unggas air yang mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia, karena mampu memenuhi salah satu kebutuhan pangan manusia. Jenis unggas air ini adalah unggas air dengan bentuk tubuh yang kecil ramping dengan gerakan  lincah yang dikenal atau sering disebut sebagai itik, serta unggas air yang lebih gemuk dan bergerak lamban yang kemudian diberi nama bebek. Sayang sekali banyak orang yang tidak bisa membedakan itik dengan bebek. Hal ini dapat dimaklumi karena belum ada bahasa Indonesia yang tepat untuk kedua unggas air yang mirip, tetapi berbeda fungsi itu. Kata bebek berasal dari bahasa daerah dan di pedesaan itik dan bebek diangga sama saja dengan satu sebutan yaitu bebek.

Itik merupakan unggas air yang mengarah pada produksi telur, dengan ciri-ciri umum; tubuh ramping, berdiri hampir tegak seperti botol dan lincah sebagai ciri khas itik petelur atau yang lebih dikenal dengan Indian runner duck (Itik asal Indonesia). Sedangkan bebek mengarah pada produksi daging, seperti bebek manila atau bebek Muscovy  (Muscovy duck) dengan ciri-ciri umum; tubuh gemuk, berjalan horisontal dan bergerak lamban sebagai ciri khas bebek  pedaging. Dari jajaran itik itu ada yang tergolong petelur unggul dan ada yang termasuk petelur sedang. Apa yang disebutkan terakhir itu bertubuh agak gemuk tetapi telurnya lebih besar. Unggas air yang dapat dimanfaatkan hasilnya oleh manusia tidak hanya itik dan bebek itu, tetapi juga bebek anggsa, yang lebih mengarah kepada pedaging. Hal terakhir ini baru pada tingkat ungggas hias saja, padahal potensinya sebagai unggas penyedia daging sangatlah besar. Nasibnya ternyata tidak jauh dengan bebek yang belum memperoleh perhatian khusus. Dari jenis unggas air tersebut hanya itik yang memperoleh perhatian hingga dijadikan andalan sebagai sumber pendapatan. Dari sinilah dimulai suatu peternakan itik sebagai usaha andalan si pemiliknya untuk memperoleh uang.

Sepasang bebek Mallard
Sepasang Mallards
Sebenarnya itik sudah lama dipelihara orang, karena itik yang ada sekarang atau Anas domesticus ini berasal dari itik liar (Mallard duck) atau Anas boscha atau belibis. Dalam catatan sejarah, sejak zaman kerajaan dahulu sudah ada yang memelihara itik, bahkan peternakan itik sudah tampak pada zaman Majapahit. Wajar bila mulai dari Propinsi Aceh hingga Irian Jaya terdapat peternakn itik, apalagi di daerah yang banyak airnya seperti Kalimantan, daerah Pantai Utara Pulau Jawa dan Madura. Penyebarannya yang merata dan sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat menunjukkan itik sudah diterima keberadaannya oleh masyarakat. Bahkan di pantai utara Pulau Jawa mudah dilihat itik yang diternakkan dengan sistem berpindah secara swalayan (system gembala). Semua itu hanya mengharapkan telurnya karena memang telur itik sudah lama dikenal masyarakat Indonesia.

Sistem Gembala
Peternakan itik di indonesia memang berawal dari sistem berpindah dan sistem kandang terapung. Dalam hal ini sistem pemeliharaan swalayan masih besar peranannya. Pada sistem ini, semua aktifitas itik diserahkan pada itik itu sendiri. Pemelihara hanya mengawal dan mengarahkan itik ke tempat yang banyak makanan, tetapi apa yang dimakan itik tidak menjadi perhatiannya. Mulai dari sisa panenan padi hingga bangkai ikut dimakan. Hal-hal semacam inilah yang menyebabkan produksi itik sangat rendah dan menghasilkan telur yang berbau amis. Bukan itiknya yang salah, tetapi cara memelihara seperti itulah yang menghasilkan telur yang kurang disukai pembeli. Kelemahan sistem swalayan itu diperbaiki oleh peternak dengan kedasaran yang tidak disengaja, karena beternak dengan ratusan itik dan kemudian digiring serta berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain kini sudah tidak dimungkinkan lagi. Banyak persoalan yang timbul, di samping biaya produksi justru semakin meningkat.
Sistem Terkurung
Sistem beternak terkurung mulai menjadi perhatian peternak itik, apalagi dengan mulai berkembangnya peternakan ayam ras. Sistem beternak pun berganti, tetapi itiknya tetap saja itik lokal yang dikenal sejak zaman kerajaan Hindu dahulu. Walaupun demikian sistem beternaknya telah menerapkan ilmu peternakan yang benar. Peternakan itik seperti ini mulai berkembang di pantai Utara Pulau Jawa, dibeberapa tempat di Jawa Barat, Jawa Timur dan daerah lainnya. Menerapkan prinsip-prinsip beternak yang benar berdasarkan ilmu peternakan akan menjamin produksi yang sesuai dengan kemampuan itik tersebut. Tetapi belum tentu hasil yang tinggi itu akan membawa pemiliknya kepada keuntungan usaha. Hasil produksi harus diselaraskan dengan kemampuan manajemen bisnis sebagai pengendali faktor-faktor di luar unsur teknis produksi dan hasilnya dijual sesuai dengan kaidah-kaidah bisnis yang mapan. Inilah yang dimaksud dengan beternak itik secara intensif yang dikelolah secara komersial.
Beternak itik secara komersial tidak hanya mengandalkan produksi telur yang tinggi dengan efesiensi teknis yang sangat baik, tetapi juga mengandalkan kemampuan manajemen atau pengelolahan terhadap sumber daya lainnya. Misalnya pengelolahan tenaga kerja yang ternyata dapat menjadi lebih sulit daripada pengelolahan itik. Tanpa kemampuan manajemen tenaga kerja akan membuat peternakan limbung dalam perjalanan usahanya. Belum lagi manajemen modal dan lahan. Manajemen yang tangguh dan produksi tinggi tidak akan ada artinya bila hasil produksi tidak dapat dijual akibat dugaan permintaan dengan penawaran meleset. Jadi jelas bahwa beternak itik secara komersial mengandalkan kemampuan bisnis yang piawai. Bila itu dapat dipenuhi maka keuntungan akan menjadi kenyataan dan peternakan itik yang dimiliki benar-benar dapat menjadi mata pencaharian bagi pemiliknya.
Semoga bermanfaat dan selamat berusaha!
Sumber: Rasyaf. M, Dr, Ir, Beternak Itik Komersial ,Kanisius: Yogyakarta,1993
 http://far71.wordpress.com

HALAMAN FACEBOOK