1.SEJARAH SINGKAT
Di Indonesia belum ada jenis-jenis usaha yang menghasilkan bibit pakan ikan alami dari hasil kultur murni. Bibit-bibit pakan ikan alami umumnya merupakan hasil percobaan di laboratorium yang sifatnya sekedar untuk memenuhi kebutuhan penelitian. Dalam bidang produksi pakan ikan alami, masih terdapat kesenjangan yang cukup tajam dalam hal ketersediaan teknologi dengan penggunanya, khususnya petani ikan.
Bagi masyarakat awam tidak mudah untuk memproduksi pakan ikan alami, tetapi juga bukan merupakan pekerjaan yang sulit. Persoalannya terletak pada sarana dan prasarana yang tergolong cukup mahal untuk ukuran ekonomi pedesaan dan dalam pengoperasiannya memerlukan keahlian khusus.
2.SENTRA PERIKANAN
Selama ini produksi pakan ikan alami dilakukan oleh pengusaha pembenihan ikan/udang dalam satu unit pembenihan, atau oleh Balai Budidaya milik Pemerintah. Sementara ini sentra produksi pakan ikan buatan berada di Jawa.
3.JENIS
1.Pakan Alami
Jenis-jenis makanan alami yang dimakan ikan sangat beragam, tergantung pada jenis ikan dan tingkat umurnya. Beberapa jenis pakan alami yang dibudidayakan adalah : (a) Chlorella; (b) Tetraselmis; (c) Dunaliella; (d) Diatomae; (e) Spirulina; (f) Brachionus; (g) Artemia; (h) Infusoria; (i) Kutu Air; (j) Jentik-jentik Nyamuk; (k) Cacing Tubifex/Cacing Rambut; dan (l) Ulat Hongkong
2.Pakan Buatan
Bentuk pakan buatan ditentukan oleh kebiasaan makan ikan.
a)Larutan, digunakan sebagai pakan burayak ikan dan udang (berumur 2-30 hari). Larutan ada 2 macam, yaitu : (1) Emulsi, bahan yang terlarut menyatu dengan air pelarutnya; (2) Suspensi, bahan yang terlarut tidak menyatu dengan air pelarutnya.
b)Tepung halus, digunakan sebagai pakan benih (berumur 20-40 hari). Tepung halus diperoleh dari remah yang dihancurkan.
c)Tepung kasar, digunakan sebagai pakan benih gelondongan (berumur 40-80 hari). Tepung kasar juga diperoleh dari remah yang dihancurkan.
d)Remah, digunakan sebagai pakan gelondongan besar/ikan tanggung (berumur 80-120 hari). Remah berasal dari pellet yang dihancurkan menjadi butiran kasar.
e)Pellet, digunakan sebagai pakan ikan dewasa yang sudah mempunyai berat > 60-75 gram dan berumur > 120 hari.
f)Waver, berasal dari emulsi yang dihamparkan di atas alas aluminium atau seng dan dkeringkan, kemudian diremas-remas.
4.MANFAAT
1.Sebagai bahan pakan ikan, udang, atau hasil perikanan lainnya, baik dalam
bentuk bibit maupun dewasa.
b)Phytoplankton juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami pada budidaya
zooplankton.
c)Ulat Hongkong dapat dimanfaatkan untuk pakan ikan hias, yang dapat
mencermelangkan kulitnya.
d)Pakan buatan dapat melengkapi keberadaan pakan alami, baik dalam hal
kuantitas maupun kualitas.
2.Udang dapat diolah dengan beberapa cara, seperti beku, kering, kaleng, terasi, krupuk, dll.
3.Limbah pengolahan udang yang berupa jengger (daging di pangkal kepala) dapat dimanfaatkan untuk membuat pasta udang dan hidrolisat protein.
4.Limbah yang berupa kepala dan kaki udang dapat dibuat tepung udang, sebagai sumber kolesterol bagi pakan udang budidaya.
5.Limbah yang berupa kulit udang mengandung chitin 25% dan di negara maju sudah dapat dimanfaatkan dalam industri farmasi, kosmetik, bioteknologi, tekstil, kertas, pangan, dll.
6.Chitosan yang terdapat dalam kepala udang dapat dimanfaatkan dalam industri kain, karena tahan api dan dapat menambah kekuatan zat pewarna dengan sifatnya yang tidak mudah larut dalam air.
5.PERSYARATAN LOKASI
1.Chlorella: salinitas 0-35 ppt dan yang optimal pada 10-20 ppt, kisaran suhu optimal 25-30 derajat C dan maksimum pada 40 derajat C.
2.Tetraselmis: salinitas 15-36 ppt dan kisaran suhu 15-35 derajat C.
3.Dunaliella: salinitas optimum 18-22 % NaCl, untuk produksi carotenoid > 27% NaCl, dan masih bertahan pada 31% NaCl; suhu optimal 20-40 derajat C, pH optimal 9 dan bertahan pada pH 11.
4.Diatomae: suhu optimal 21-28 derajat C dan intensitas cahaya 1000 luks.
5.Spirulina: pH optimal 7,2-9,5 dan maksimal 11; suhu optimal 25-35 derajat C; tahan kadar garam tinggi, yaitu sampai dengan 85 gram /liter.
6.Brachionus: suhu optimal untuk pertumbuhan dan reproduksi adalah 22-30 derajat C; salinitas optimal 10-35 ppt, yang betina dapat tahan sampai 98 ppt; kisaran pH antara 5-10 dengan pH optimal 7,5-8.
7.Artemia: kisaran suhu 25-30 derajat C dan untuk Artemia kering -273-100 derajat C; kadar garam optimal 30-50 ppt, untuk menghasilkan kista: 100 permil; kandungan O2 optimal adalah >3 mg/liter dengan kisaran 1 mg/liter sampai tingkat kejenuhannya 100 %; pH optimal adalah 7,5-8,5 dan kadar amonia yang baik <>
8.Kutu Air: suhu optimal 22-31 derajat C, dan pH optimal 6,6-7,4.
9.Cacing Tubifex: cacing tubifex menyukai perairan yang berlumpur dan banyak mengandung bahan organik.
6.PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1.Penyiapan Bibit
a.Tahapan dalam kultur Phytoplankton sebelum dibudidayakan :
1)Koleksi
Bertujuan untuk mendapatkan satu/beberapa jenis phytoplankton dari alam untuk dikultur secara murni. Koleksi diperoleh dari alam dengan menggunakan plankton net dan dijaga tetap hidup sampai di laboratorium.
2)Isolasi
Dapat dilakukan dengan cara: (1) Metode Isolasi secara Biologis, dengan menggunakan pengaruh sifat phototaksis organisme yang akan diisolasi; (2) Metode Isolasi Pengenceran Berseri, digunakan bila jumlah jenis organisme banyak dan ada spesies dominan, memindahkan sampel ke dalam beberapa tabung reaksi yang dikondisikan untuk pertumbuhan yang akan diisolasi; (3) Metode Isolasi pengulangan Sub Kultur, hampir sama dengan Metode Isolasi Pengenceran Berseri, tapi jumlah dan jenis organisme yang terkumpul sedikit; (4) Metode Isolasi Pipet Kapiler, dimana sampel 10-15 tetes diteteskan di tengah cawan petri, dan sekelilingnya ditetesi 6-8 tetes medium; dan (5) Metode Isolasi Goresan, untuk mengisolasi phytoplankton tunggal dengan menggunakan media agar-agar.
b.Infusoria
1)Bibit diambil dari alam menggunakan pipet panjang dan berujung halus, selanjutnya diperiksa di mikroskop.
2)Penangkaran bibit dapat menggunakan media air rebusan 70 gram jerami dalam air suling selama 15 menit. Setelah dingin, disaring dan diencerkan sampai volumenya 1,5 liter.
3)Media yang dapat digunakan selain jerami adalah kacang panjang, kacang hijau, dan daun selada.
4)Ambil 10 ml medium dan diencerkan dalam cawan petri yang ditutup kain sutra dan disimpan di tempat gelap pada suhu 28 derajat C selama 1-2 minggu.
c.Brachionus
1)Bibit diambil dari alam.
2)Air medium yang digunakan adalah air rebusan kotoran kuda/pupuk kandang lainnya, yaitu 800 ml kotoran kering dalam 1 liter air selama 1 jam. Setelah dingin, disaring dan diencerkan dengan air hujan yang telah direbus dengan perbandingan 1 : 2.
3Air medium dimasukkan dalam botol 1 galon dan ditulari bibit Protozoa dan ganggang renik sebagai makanan Brachionus selama 7 hari. 1-2 minggu kemudian Brachionus akan tumbuh.
4)Cara lain adalah menularkan bibit ke dalam medium air hijau yang berisi phytoplankton.
e.Kutu Air
1)Bibit dapat diperoleh dari panti pembenihan udang/ikan, Balai Budidaya Air Tawar milik pemerintah.
2)Penangkaran bibit dari alam dilakukan dengan cara memberi pupuk pada media dengan pupuk kandang 1-2 kali seminggu sebanyak 0,2 kg/m2.
6.2.Bahan-Bahan Untuk Pakan Buatan
1.Bahan Hewani
a)Tepung Ikan
Bahan baku tepung ikan adalah jenis ikan rucah (tidak bernilai ekonomis) yang berkadar lemak rendah dan sisa-sisa hasil pengolahan. Ikan difermentasikan menjadi bekasem untuk meningkatkan bau khas yang dapat merangsang nafsu makan ikan. Lama penyimpanan < 11-12 bulan, bila lebih dapat ditumbuhi cendawan atau bakteri, serta dapat menurunkan kandungan lisin yang merupakan asam amino essensial yang paling essensial sampai 8%. Kandungan gizi: protein=22,65%; lemak=15,38%; Abu=26,65%; Serat=1,80%; Air=10,72%; Nilai ubah=1,5– 3.
Cara pembuatannya:
1.Ikan direbus sampai masak, diwadahi karung, lalu diperas.
2.Air perasan ditampung untuk dibuat petis/diambil minyaknya.
3.Ampasnya dikeringkan dan digiling menjadi tepung.
b)Tepung Rebon dan Benawa
Rebon adalah sejenis udang kecil yang merupakan bahan baku pembuatan terasi. Benawa adalah anak kepiting laut. Rebon dan Benawa muncul pada awal musim hujan di sekitar muara sungai, mengerumuni benda yang terapung. Cara pembuatan: (1) Bahan direbus sampai masak, diwadahi karung, lalu diperas; (2) Ampasnya dikeringkan dan digiling menjadi tepung. Kandungan gizi: Protein: Udang rebon=59,4% (udang rebon), 23,38% (benawa); Lemak =3,6% (Udang rebon), 25,33% (Benawa); Karbohidrat 3,2% (Udang rebon), 0,06% (benawa); Abu=11,41% (Benawa); Serat=11,82% (Benawa); Air=21,6% (Udang rebon); 5,43% Benawa ,Nilai ubah: Benawa=4–6
c)Tepung Kepala Udang
1.Bahan yang digunakan adalah kepala udang, limbah pada proses pengolahan udang untuk ekspor.
2.Cara pembuatannya: (1) Bahan direbus, dijemur sampai kering dan digiling; (2) Tepung diayak untuk membuang bagian-bagian yang kasar dan banyak mengandung kitin.
3.Kandungan gizinya: Protein= 53,74%; Lemak= 6,65%; Karbohidrat= 0%; Abu= 7,72%; Serat kasar= 14,61%; Air= 17,28%.
d)Tepung Anak Ayam
1.Bahan: anak ayam jantan dari perusahaan pembibitan ayam petelur.
2.Cara pembuatan:
-Anak-anak ayam dimatikan secara masal, bulu-bulunya dibakar dengan lampu semprot. Kemudian direbus sampai kaku (setengah masak).
-Diangin-anginkan sampai kering dan digiling beberapa kali sampai halus. Hasil gilingan yang masih basah disebut pastadan dapat langsung digunakan.
-Pasta dapat dikeringkan dan digiling menjadi tepung.
3.Kandungan gizinya: Protein=61,65%, Lemak=27,30%, Abu=2,34%, Air=8,80%, Nilai ubah=5–8. Juga mengandung hormon, enzim, vitamin, dan mineral yang dapat merangsang nafsu makan dan pertumbuhan.
e)Tepung Kepompong Ulat Sutra
1.Bahan: kepompong ulat sutra yang merupakan limbah industri pemintalan benang sutra alam.
2.Kandungan gizinya: Protein= 46,74%, Lemak= 29,75%, Abu= 4,86%, Serat= 8,89%, Air= 9,76%, Nilai ubah= 1,8.
f)Ampas Minyak Hati Ikan
1.Bahan: amapas hati ikan yang telah diperas minyaknya.
2.Cara pembuatannya: (1) digunakan sebagai pasta, karena kandungan lemaknya tinggi, sehingga sukar dikeringkan. (2) Digiling halus sampai bentuknya seperti pellet.
3.Kandungan gizinya: Protein= 25,08%, lemak= 56,75%, Abu= 6,60%, Air=12,06%, Nilai ubah= 8.
g)Tepung Darah
1.Bahan: darah, limbah dari rumah pemotongan ternak.
2.Cara pembuatanny: darah beku yang masih mentah dimasak dan dikeringkan, kemudian digiling menjadi tepung.
3.Kandungan gizinya: Protein= 71,45%, Lemak= 0,42%,Karbohidrat= 13,12%, Abu= 5,45%, Serat= 7,95%, Air= 5,19. Proteinnya sukar dicerna, sehingga penggunaannya untuk ikan <>
h)Silase Ikan
1.Bahan: ikan rucah dan limbah pengolahan.
2.Silase adalah hasil olahan cair dari bahan baku asal ikan/limbahnya.
3.Cara pembuatan: (1) Bahan dicuci, dicincang kecil-kecil, kemudian digiling. Hasil gilingan direndam dalam larutan asam formiat 3% 24 jam, kemudian diperas. (2) Air perasan ditampung dan lapisan minyak yang mengapung di lapisan atas disingkirkan. (3) Cairan yang bebas minyak dicampur dengan ampas dan ditambah asam propionat 1%, untuk mencegah tumbuhnya bakteri/cendawan dan menambah daya awet ± 3 bulan dengan pH ± 4,5. (4) Bahan diperam selama 4 hari dan diaduk 3- 4 kali sehari. (5) Bahan cair yang bersifat asam dapat dicampur dengan dedak, ketela pohon/tepung jagung dengan perbandingan 1:1, dikeringkan dan digunakan untuk campuran dalam ramuan makanan.
4.Kandungan gizinya: Protein=18-20%, Lemak=1-2%, Abu=4-6%, Air=70- 75%, Kapur=1-3%, Fosfor=0,3-0,9%.
i)Arang Bulu Ayam dan Tepung Tulang
1.Bahan: arang bulu ayam, tulang ternak.
2.Cara pembuatan: Tulang dipotong sepanjang 5-10 cm, direbus selama 2-4 jam dengan suhu 100 derajat C, kemudian dihancurkan hingga menjadi serpihan-serpihan sepanjang 1-3 cm. Serpihan tulang direndam dalam air kapur 10% selama 4-5 minggu dan dicuci dengan air tawar. Pemisahan selatin dengan jalan pemanasan 3 tahap, yaitu pada suhu 60 derajat C selama 4 jam, suhu 70 derajat C selama 4 jam, dan 100 derajat C selama 5 jam. Pemrosesan selatin. Tulang dikeringkan pada suhu 100 derajat C, sampai kadar airnya tinggal 5% dan digiling hingga menjadi tepung. Pengemasan dan penyimpanan.
3.Kandungan gizinya: Protein=25,54%, Lemak=3,80%, Abu=61,60%, Serat=1,80%, Air=5,52%.
j)Tepung Bekicot
1.Bahan: daging bekicot mentah dan daging bekicot rebus.
2.Cara pembuatan: Daging bekicot dikeringkan lalu digiling. Untuk campuran makanan sebesar 5-15%.
3.Kandungan gizi: Protein=54,29%, Lemak=4,18%, Karbohidrat=30,45%, Abu=4,07%, Kapur=8,3%, Fosfor=20,3%, Air=7,01.
k)Tepung Cacing Tanah
1.Dapat menggantikan tepung ikan, dapat diternak secara masal.
2.Jumlah penggunaan dalam ramuan 10-25%.
3.Cara pembuatan: Cacing dikeringkan lalu digiling.
4.Kandungan proteinnya 72% dan mudah diserap dinding usus.
l)Tepung Artemia
1.Dapat menggantikan tepung ikan/kepala udang.
2.Kandungan protein (asam amino essensial) untuk burayak 42% dan dewasa 60%, sedangkan asam lemak tak jenuh untuk burayak 20% dan dewasa 10%. Daya cernanya tinggi.
m)Telur Ayam dan Itik
1.Bahan: telur mentah atau telur rebus.
2.Penggunaan: Telur mentah langsung dikopyok dan dicampur dengan bahan lain. Telur rebus, diambil kuningnya, dihaluskan dan dilarutkan sampai membentuk emulsi atau suspensi.
3.Kandungan gizinya: Protein=12,8%, Lemak=11,5%, Karbohidrat=0,7%, Air=74%.
n)Susu
1.Bahan: tepung susu tak berlemak (skim).
2.Kandungan gizi: Protein=35,6% Lemak=1,0% Karbohidrat=52,0%, Air=3,5%
Bahan Nabati
a)Dedak
Bahan dedak padi ada 2, yaitu dedak halus (katul) dan dedak kasar. Dedak yang paling baik adalah dedak halus yang didapat dari proses penyosohan beras, dengan kandungan gizi: Protein=11,35%, Lemak=12,15%, Karbohidrat=28,62%, Abu=10,5%, Serat kasar=24,46%, Air=10,15%, Nilai ubah= 8.
b)Dedak Gandum
Bahan: hasil samping perusahaan tepung terigu. Tepung yang paling baik untuk pakan ikan adalah “wheat pollard” dengan kandungan gizi: Protein=11,99%, Lemak=1,48%, Karbohidrat=64,75%, Abu=0,64%, Serat kasar=3,75%, Air=17,35%, Nilai ubah=2-3.
c)Jagung
Terdapat 2 jenis, yaitu: (1) Jagung kuning, mengandung protein dan energi tinggi, daya lekatnya rendah; (2) Jagung putih, mengandung protein dan energi rendah, daya lekatnya tinggi. Sukar dicerna ikan, sehingga jarang digunakan.
d)Cantel/Sorgum
Berwarna merah, putih, kecoklatan. Warna putih lebih banyak digunakan. Mempunyai zat tanin yang dapat menghambat pertumbuhan, sehingga harus ditambah metionin/penyosohan yang lebih baik.
Kandungan gizi: Protein=13,0%, Lemak=2,05%, Karbohidrat=47,85%, Abu=12,6%, Serat kasar= 13,5%, Air=10,64%, Nilai ubah2-5.
e)Tepung Terigu
Berasal dari biji gandum, berfungsi sebagai bahan perekat dengan kandungan gizi: Protein=8,9%; Lemak=1,3%; Karbohidrat=77,3%; Abu=0,06%; Air=13,25%.
f)Tepung Kedele
Keuntungan: mengandung lisin asam amino essensial yang paling essensial dan aroma makanan lebih sedap, penggunaannya ± 10%.
Kekurangan: mengandung zat yang dapat menghambat enzim tripsin, dapat dikendalikan dengan cara memasak.
Kandungan gizi: Protein: 39,6%, Lemak=14,3%, Karbohidrat=29,5%, Abu=5,4%, Serat=2,8%, Air=8,4%, Nilai ubah=3-5.
g)Tepung Ampas Tahu
Kandungan gizinya: Protein=23,55%, Lemak=5,54%, Karbohidrat=26,92%, Abu=17,03%, Serat kasar=16,53%, Air=10,43%.
h)Tepung Bungkil Kacang Tanah
Bungkil kacang tanah adalah ampas pembuatan minyak kacang.
Kelemahannya: dapat menyebabkan penyakit kurang vitamin, dengan gejala sirip tidak normal dan dapat dicegah dengan membatasi penggunaannya.
Kandungan gizi: Protein=47,9%, Lemak=10,9%, Karbohidrat =25,0%, Abu=4,8%, Serat kasar=3,6%, Air=7,8%, Nilai ubah=2,7-4.
i)Bungkil Kelapa
Bungkil kelapa adalah ampas dari proses pembuatan minyak kelapa. Sebagai bahan ramuan dapat dipakai sampai 20%.
Kandungan gizi: Protein=17,09%, Lemak=9,44%, Karbohidrat=23,77%, Abu=5,92%, Serat kasar=30,4%, Air=13,35%.
j)Biji Kapuk/Randu
Bahan: bungkil kapuk yang telah diambil minyaknya.
Kelemahannya: Mengandung zat siklo-propenoid yang bersifat racun bius. Penggunaannya < 5%.
Kandungan gizinya: Protein=27,4%, Lemak=5,6%, Karbohidrat=18,6%, Abu=7,3%, Serat kasa=25,3%, Air=6,1 %.
k)Biji Kapas
Bahan: bungkil dari pembuatan minyak.
Kelemahannya: mengandung zat gosipol yang bersifat sebagai racun, yaitu merusak hati dan perdarahan/pembengkakan jaringan tubuh. Untuk penggunaannya harus dimasak dulu.
Kandungan gizi: Protein=19,4%, Lemak=19,5%, Asam lemak linoleat=47,8%, Asam lemak palmitat=23,4%, Asam lemak oleat=22,9%.
l)Tepung Daun Turi
Kelemahannya: mengandung senyawa beracun : asam biru (HCN), lusein, dan alkoloid-alkoloid lainnya.
Kandungan gizinya: Protein=27,54%, Lemak=4,73%, Karbohidrat=21,30%, Abu=20,45%, Serat kasar=14,01%, Air=11,97 %.
m)Tepung Daun Lamtoro
Kelemahannya: mengandung mimosin, dalam pemakaiannya < 5% saja.
Kandungan gizinya: Protein=36,82%, Lemak=5,4%, Karbohidrat=16,08%, Abu=1,31%, Serat kasar=18,14%, Air=8,8%.
n)Tepung Daun Ketela Pohon
Kelemahannya: racun HCN/asam biru.
Kandungan gizi: Protein=34,21%, Lemak=4,6%, Karbohidrat=14,69%, Air=0,12.
o)Isi Perut Besar Hewan Memamah biak
Bahan: dari rumah pemotongan ternak.
Cara pembuatan: dikeringkan, digiling sampai menjadi tepung.
Kandungan gizinya: Protein=8,39%, Lemak=5,54%, Karbohidrat=33,51%, Abu=17,32%, Serat kasar=20,34%, Air=14,9%, Nilai ubah=2.
Bahan Vitamin
a)Vitamin dan Mineral
1.Cara memperoleh: dari toko penjual makanan ayam (poultry shop) yang sudah dikemas dalam bentuk premiks (premix).
2.Premix tersebut mengandung vitamin, mineral, dan asam-asam amino tertentu.
3.Contoh-contoh merek dagang:
-Top mix: mengandung 12 macam vitamin (A, D, E, K, B kompleks), 2 asam amino essensial (metionin dan lisin) dan 6 mineral (Mn, Fe, J, Zn, Co dan Cu), serta antioksidan (BHT)
-Rhodiamix: mengandung 12 macam vitamin (A, D, E, K, B kompleks), asam amino essensia metionin, dan 8 mineral (Mg, Fe, Mo, Ca, J, Zn, Co dan Cu), serta antioksidan.
-Mineral B12: mengandung tepung tulang, CaCO3, FeSO4, MnSO4, KI, CuSO4, dan ZnCO3, serta vitamin B12 (sianokobalamin).
-Merek lain: Aquamix, Rajamix U, Pfizer Premix A, Pfizer Premix B.
4.Penggunaannya :
Untuk ikan 1-2% dan untuk udang 10-15%.
b)Garam Dapur (NaCl)
1.Fungsi: sebagai bahan pelezat (gurih), mencegah terjadinya proses pencucian zat-zat lain yang terdapat dalam ramuan makanan ikan.
2.Penggunaannya cukup 2%.
c)Bahan Perekat
1.Contoh bahan perekat: agar-agar, gelatin, tepung terigu, tepung sagu, dll. Yang paling baik adalah tepung kanji dan tapioka.
2.Penggunaannya cukup 10%.
d)Antioksidan
1.Bahan: fenol, vitamin E, vitamin C, etoksikulin (1,2dihydro-6-etoksi- 2,2,4 trimethyquinoline), BHT (butylated hydroxytoluena), dan BHA (butylated hydroxyanisole).
2.Penggunaannya: etoksikulin 150 ppm, BHT dan BHA 200 ppm.
e)Ragi dan Ampas Bir
1.Ragi adalah sejenis cendawan yang dapat merubah karbohidrat menjadi alkohol dan CO2.
2.Macam ragi: ragi tape, ragi roti, dan bir.
3.Kandungan gizi: Protein=59,2%, Lemak=0, Karbohidrat=38,93%, Abu=4,95%, Serat kasar=0, Air=6,12%.
4.Ampas bir merupakan limbah pengolahan bir.
5.Kandungan gizinya: Protein=25,9%, Serat kasar=15%
6.Penggunaannya: ampas bir basah 3-6% dan kering 10%.
Penyiapan Peralatan
1.Pakan Alami
a)Chlorella
1.Alat-alat yang akan digunakan dicuci dengan deterjen, kemudian dibilas dengan larutan klorin 150 ppm.
2.Dalam wadah 1 galon:
-Menggunakan stoples atau botol “carboys”, slang aerasi, dan batu aerasi.
-Botol diisi medium ± 3 liter, untuk Chlorella air laut menggunakan medium dengan kadar garam 15 permil, dan untuk Chlorella menggunakan air tawar. Air medium disaring dengan kain saringan 15 mikron.
-Disterilkan dengan cara mendidihkan, klorinasi, atau penyinaran dengan lampu ultraviolet.
-Pemupukan dengan menggunakan ramuan Allen-Miguel, yang terdiri dari 2 larutan, yaitu: (1) Larutan A, terdiri dari 20 gram KNO3 dalam 100 ml air suling; (2) Larutan B, terdiri dari: 4 gram Na2HPO4.12H2O; 2 gram CaCl2.6H2O; 2 gram FeCl3; dan 2 ml HCl; semuanya dilarutkan dalam 80 ml air suling.
-Setiap 1liter medium, menggunakan 2 ml larutan A dan 1 ml larutan B.
3.Dalam wadah 60 liter atau 1 ton
-Wadah dicuci dan dibebashamakan. Air untuk medium harus disaring. Medium dipupuk dengan jenis dan takaran: 100 mg/liter pupuk 21-0-0, Urea sebanyak 10-15 mg/liter dan pupuk 16-20-0 sebanyak 10-15 mg/l
-Untuk pertumbuhan dalam wadah besar (1ton) cukup menggunakan urea dengan takaran 50 gram/m3.
b)Tetraselmis
1.Dalam wadah 1liter
-Dapat menggunakan botol erlenmeyer. Botol, slang plastik, dan batu aerasi dicuci dengan deterjen dan dibilas dengan larutan klorin 150 ml/ton.
-Wadah diisi air medium dengan kadar garam 28 permil yang telah disaring dengan saringan 15 mikron. Kemudian disterilkan dengan cara direbus, diklorin 60 ppm dan dinetralkan dengan 20 ppm Na2S2O3, atau disinari lampu ultraviolet.
-Medium dipupuk dengan jenis dan takaran sebagai berikut :
1.Natrium nitrat – NaNO3 = 84 mg/l
2.Natrium dihidrofosfat-NaH2PO4 = 10 mg/l atau Natrium fosfat-Na3PO4 = 27,6 mg/l atau Kalsium fosfat-Ca3(PO4)2 = 11,2 mg/l
3.Besi klorida – FeCl3 = 2,9 mg/l
4.EDTA (Ethylene dinitrotetraacetic acid) = 10 mg/l
5.Tiamin-HCl (vitamin B1) = 9,2 mg/l
6.Biotin = 1 mikrogram/l
7.Vitamin B12 = 1mikrogram/l
8.Tembaga sulfat kristal CuSO4.5H2O = 0,0196 mg/l
9.Seng sulfat kristal ZnSO4.7H2O = 0,044 mg/l
10.Natrium molibdat-NaMoO4.7H2O = 0,02 mg/l
11.Mangan klorida kristal-MnCl2.4H2O = 0,0126 mg/l
12.Kobalt korida kristal-CoCl2.6H2O = 3,6 mg/l
Dalam wadah 1 galon (3 liter):
-Dapat menggunakan botol “carboys” atau stoples.
-Persiapan sama dengan dalam wadah 1 liter.
-Medium dipupuk dengan jenis dan takaran sebagai berikut :
1.Urea-46 = 100 mg/l
2.Kalium hidrofosfat-K2HPO4 = 10 mg/l
3.Agrimin = 1 mg/l
4.Besi klorida-FeCl3 = 2 mg/l
5.EDTA (Ethylene dinitrotetraacetic acid) = 2 mg/l
6.Vitamin B1 = 0,005 mg/l
7.Vitamin B12 = 0,005 mg/l
3.Dalam wadah 200 liter dan 1 ton
-Wadah 200 liter dapat menggunakan akuarium, dan untuk 1 ton menggunakan bak dari kayu, bak semen, atau bak fiberglass.
-Persiapan lain sama.
-Medium dipupuk dengan jenis dan takaran sebagai berikut :
1 Urea-46 = 100 mg/liter
2.Pupuk 16-20-0 = 5 mg/liter
3.Kalium hidrofosfat-K2HPO4 = 5 mg/liter atau Kalium dihidrofosfat-K2H2PO4 = 5 mg/liter
4.Agrimin = 1 mg/liter
5.Besi klorida-FeCl3 = 2 mg/liter
-Untuk wadah 1 ton dapat hanya menggunakan urea 60-100 mg/liter dan TSP 20-50 mg/liter.
c)Dunaliella
Wadah dan peralatan lainnya dicuci, kemudian diisi medium dengan kadar garam 18-22 permil. Selanjutnya diberi pupuk cair 1 ml/liter, kemudian diaerasi dan dibiarkan sebentar.
d)Diatomae
1.Dalam wadah 1liter
-Dapat menggunakan botol erlenmeyer. Botol, slang plastik, dan batu aerasi dicuci dengan deterjen dan dibilas dengan larutan klorin 150 ml/ton.
-Wadah diisi air medium yang telah disaring dengan saringan 15 mikron sampai 300-500 ml, dan berkadar garam 28-35 untuk Diatomae laut dan air tawar untuk Diatomae tawar. Kemudian disterilkan dengan cara direbus, diklorin, atau disinari lampu ultraviolet.
-Medium dipupuk dengan jenis dan takaran sebagai berikut:
a)Larutan A= KNO3 20,2 gram + Air suling 100 ml
b)Larutan B= Na2HPO4 2,0 gram + Air suling 100 ml
c)Larutan C= Na2SiO3 1,0 gram + Air suling 100
d)Larutan D= FeCl3) 1,0 gram + Air suling 20 ml
-Setiap 1 liter medium diberi larutan A, B, C, sebanyak 1 ml dan larutan D 4 tetes. Kemudian diaerasi dengan batu aerasi dan sumber udara dapat berasal dari mesin blower, kompressor atau aerator.
-Pupuk lain yang dapat ditambahkan:
1 EDTA (Ethylene dinitrotetraacetic acid)=10 mg/l
2.Tiamin-HCl (vitamin B1) = 0,2 mg/l
3.Biotin = 1,0 mg/l
4.Vitamin B12 = 1,0 mg/l
5.Tembaga sulfat kristal CuSO4.5H2O = 0,0196 mg/l
6.Seng sulfat kristal ZnSO4.7H2O = 0,044 mg/l
7.Natrium molibdat-NaMoO4.7H2O = 0,02 mg/l
8.Mangan klorida kristal-MnCl2.4H2O = 0,0126 mg/l
9.Kobalt korida kristal-CoCl2.6H2O = 3,6 mg/l
2.Dalam wadah 1 galon (3 liter):
-Wadah dicuci dan diisi air medium.
-Medium dipupuk dengan jenis dan takaran sebagai berikut:
1.Urea = 100 mg/l
2.Kalium hidrofosfat-K2HPO4 = 10 mg/l
3.Na2SiO3 = 2 mg/l
4.Agrimin = 1 mg/l
5.Besi klorida-FeCl3 = 2 mg/l
6.EDTA (Ethylene dinitrotetraacetic acid) = 2 mg/l
7.Vitamin B1 = 0,005 mg/l
8.Vitamin B12 = 0,005 mg/l
3.Dalam wadah 200 liter dan 1 ton
-Wadah dicuci dan diisi air medium.
-Medium dipupuk dengan jenis dan takaran sebagai berikut :
1.Urea-46 = 100 mg/l
2.K2HPO4 atau KH2PO4 = 5 mg/l
3.Na2SiO3 = 2 mg/l
4.Agrimin = 1 mg/l
5.Besi klorida-FeCl3 = 2 mg/l
6.16-20-0 = 5 mg/l
Pembuatan Pakan Buatan
Dalam menyusun ramuan untuk pakan buatan harus memperhatikan kadar zat-zat dari masing-masing bahan baku dan disesuaikan dengan kebutuhan.
a)Bentuk Larutan Emulsi
1.Sebutir telur itik direbus sampai masak, kemudian diambil kuningnya dan dilarutkan dalam 200 ml air.
2.Sambil diaduk, tambahkan 40 g tepung kedele halus, 5 g sagu, dan akhirnya 1 g vitamin.
3.Panaskan larutan sambil tetap diaduk, sampai diperoleh cairan kental seperti lem yang encer. Larutan siap digunakan setelah dingin.
4.Masa simpan larutan 10 jam dan digunakan untuk makanan burayak ikan yang berumur 3-20 hari.
b)Bentuk Larutan Suspensi
1.20 g kedele direbus sampai masak, agar zat penghambat tumbuhnya hilang, dihaluskan dan diberi air sedikit demi sedikit, kemudian disaring dengan kain mori halus. Telur itik diberi perlakukan serupa dan yang digunakan hanya bagian yang kuning.
2.Larutan sari kedele dan larutan sari kuning telur dicampur dan diaduk merata.
3.Digunakan untuk makanan burayak.
c)Bentuk Roti Kukus
1.Telur itik dikopyok sampai lumat dan berbuih. Secara berangsur-angsur ditambahkan tepung ikan, tepung terigu, dan tepung susu, sampil terus diaduk dan diberi air sedikit demi sedikit.
2.Adonan dikukus sampai masak selama 30 menit. Roti yang sudah masak didinginkan dengan kipas angin.
3.Vitamin B dan C dihaluskan, ditambah tetrasiklin yang telah dibuang kapsulnya dan beberapa tetes vitamin A+D-pleks dan Kalsidol.
4.Roti kukus yang telah dingin, dibentuk menjadi gumpalan kecil-kecil, kemudian dioleskan pada campuran vitamin dan antibiotik, sambil diremas-remas sampai campuran merata. Roti dapat disimpan dalam lemari es selama 3 hari.
5.Sebelum digunakan sebaiknya dibuat suspensi, yaitu dengan melarutkannya dalam air melalui kain saringan halus yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran burayak yang akan diberi makan.
d)Bentuk Pellet
1.Bahan untuk membuat pelet ada 2 macam, yaitu berupa: tepung kering dan gumpalan (pasta).
2.Bahan perekat dapat dicampur langsung dengan bahan lainnya saat masih kering, atau disendirikan. Bila disendirikan, bahan tersebut diseduh dulu dengan air mendidih sampai mengental seperti lem encer. Setelah itu bahan perekat dicampur dengan bahan-bahan lainnya.
3.Pencampuran bahan dimulai dengan bahan yang jumlahnya sedikit dan diakhiri dengan bahan yang jumlahnya paling banyak. Bahan yang berupa pasta dicampurkan paling akhir. Bahan perekat yang dibuat adonan tersendiri, dicampurkan paling akhir. Adonan yang masih kurang basah dapat ditambah air sedikit demi sedikit.
4.Apabila bahan perekat dicampur langsung dengan bahan-bahan lainnya, maka pembuatan adonan dilakukan dengan air panas sebanyak ± 1/4 berat bahan baku. Pengadukan dilakukan di atas api kecil, agar air tidak cepat dingin.
5.Pengadukan adonan dilakukan sampai terjadi perubahan warna.
6.Adonan didinginkan di atas tampir. Apabila menggunakan ragi, maka pencampurannya dilakukan setelah adonan dingin.
7.Bahan baku yang telah dingin dicetak dengan penggiling daging dan akan diperoleh bentuk batangan-batangan. Batangan basah tersebut dipotongpotong sepanjang 3 cm.
8.Pelet basah yang telah dipotong-potong dijemur sampai kadar airnya 10- 20%. Pengeringan dihentikan apabila pelet kering, keras dan mudah patah.
e)Bentuk Remah dan Tepung
1.Keduanya berasal dari pellet yang sudah kering. Pellet digiling lagi dengan penggiling kopi. Besar kecilnya ukuran butiran tergantung kendor kencangnya setelan gigi-gigi penggilas alat penggiling.
2.Tepung kasar dan halus dipisahkan dengan ayakan.
-Untuk benih berumur 20-40 hari, mata saringnya 40-75 sampai 75-105 mikron.
-Untuk benih berumur 40-80 hari, mata saringnya > 105 mikron.
f)Bentuk Lembaran
1.Kuning telur ayam dikopyok sampai lumat, sambil berangsur-angsur ditambah air 100 ml, kemudian ditambah 20 gram tepung terigu.
2.Adonan dipanaskan sambil terus diaduk sampai adonan mengental menjadi emulsiarutan emulsi yang masih panas dan encer, dioleskan tipistipis dan tipis-tipis di atas lempeng aluminium, kemudian dipanggang sampai mengering dan akan mengelupas sendiri.
3.Lapisan yang telah mengelupas, dikumpulkan. Dalam keadaan demikian mudah pecah-pecah menjadi kepingan-kepingan kecil.
7.HAMA DAN PENYAKIT
7.1.Hama dan Penyakit Pakan Alami
a)Chlorella
1.Untuk mencegah berkembangnya hama dan pengganggu, medium dibubuhi dengan larutan tembaga sulfat atau trusi (CuSO4) sebanyak 1,5 mg/l. Selain itu air baru yang akan ditambahkan harus disaring dengan kain saringan 15 mikron.
2.Hama yang sering mengganggu adalah Brachionus, Copepoda, dll. Untuk memberantas hama tersebut dalam wadah 60 liter atau 1 ton dapat dilepas ikan mujair 4-5 ekor.
b)Kutu Air
1.Moina yang bergerombol di permukaan menunjukkan mutu medium menurun.
2.Cendawan yang meningkat pada hari ke-3. Bila cendawan sudah banyak, budidaya dihentikan dan bak dikeringkan.
3.Bila muncul Brachionus dan Ciliata, budidaya dihentikan dan kolam dicuci dengan larutan klorin 100 ml/m3 dan dikeringkan.
c)Jentik-jentik nyamuk tari (Chironomus) dicegah dengan menutup bak dengan kasa nyamuk.
d)Ulat Hongkong
Hama yang mengganggu, antara lain : semut, cecak, dan tikus. Pencegahan dilakukan dengan mengolesi wadah dengan minyak mesin (Oli).
7.2.Gangguan pada pakan buatan
1.Bahan kimia yang sering mengotori bahan baku adalah obat-obatan pemberantas hama pertanian, terutama pestisida organoklorin.
2.Kotoran-kotoran, seperti : limbah industri, kotoran dari mesin-mesin pengolahan.
3.Bahan kimia beracun yang secara alami terdapat dalam bahan baku.
8.P A N E N (Panen Pakan Alami)
a.Chlorella
Chlorella dipanen dari perairan masal 60 l/ 1 ton dan dapat langsung diumpankan pada ikan.
b.Tetraselmis
Cara pemanenan langsung diumpankan dan diambil dari budidaya masal 1 ton.
c.Dunaliella
Cara pemanenan langsung diumpankan dan diambil dari budidaya masal 1 ton.
d.Diatomae
1.Pemanenan menggunakan alat penyaring pasir yang terbuat dari ember plastik 60 l, yang bagian bawahnya dipasang pipa PVC (d = 5 cm) yang berlubang-lubang kecil sebagai saluran pembuangan air.
2.Ember diisi kerikil yang berukuran 2-5 mm dan pasir (d = 0,2 mm, koefisien keseragaman 1,80). Tinggi lapisan pasir ± 4/5 bagian dari jumlah seluruh isi pasir dan kerikil, dan ± 8 cm diatas permukaan pasir dibuat lubang perluapan.
3.Diatomae dari bak pemeliharaan dimasukkan ke dalam bak penyaring pasir dengan pompa air dan akan tersaring oleh lapisan pasir.
4.Dari lubang pengurasan dipompakan air yang akan menembus lapisan kerikil dan pasir dan meluapkan air beserta Diatomae melalui lubang peluapan kemudian ditampung dalam sebuah wadah.
e.Brachionus
1.Panen Brachionus dilakukan pada waktu kepadatannya mencapai 100 ekor/ml dalam jangka waktu 5-7 hari atau 2 minggu kemudian dengan kepadatan 500-700 ekor / ml.
2.Panen sebagian dapat dilakukan selama 45 hari, dimana 1-2 jam sebelum penangkapan, air diaduk , kemudian didiamkan. Brachionus yang berkumpul di permukaan diseser dengan kain nilon no 200 / kain plankton 60 mikron.
3.Panen total dilakukan dengan menyedot air dengan selang plastik dan disisakan 1/3 bagian kemudian disaring dengan kain nilon 200 atau kain plankton 60 mikron.
4.Hasil tangkapan dicuci bersih dan sudah dapat dimanfaatkan.
f.Artemia
1.Usaha Pembesaran
-Panen dilakukan pada umur 2 minggu dan ukuran Artemia mencapai 8 mm. Sebelum penangkapan, aerasi dihentikan selama 30 menit, lalu Artemia yang naik ke permukaan diserok dengan seser kain halus.
-Artemia dapat langsung dimanfaatkan atau disimpan dalam freezer.
2.Produksi Nauplius
Penangkapan dilakukan dengan memanfaatkan kotak keping penyaring yang dilengkapi saringan 200 mikron pada ujung pipa peluapannya. Nauplius diambil setelah yang terkumpul dalam jumlah banyak.
3.Produksi Telur
-Cara penangkapan sama dengan produksi nauplius
-Telur dicuci bersih dan direndam 1 jam dalam larutan garam 115 permil, dikeringkan selama 24 jam, 35-40 derajat C.
-Penyimpanan dilakukan di kantong plastik yang diisi gas N2/kaleng hampa udara.
g.Infusoria
Infusoria dipanen dalam waktu 1 minggu, ditandai dengan perubahan warna medium menjadi keputih-putihan.
h.Kutu Air
Pemanenan dilakukan dengan menghentikan aerasi, penyedotan dan penyaringan medium dengan saringan ukuran 200-250 mikron dan 800-1500 mikron untuk memisahkan dari jentik-jentik nyamuk.
i.Cacing Tubifex
1.Panen dilakukan setelah 10 hari dengan cara memungutnya dengan tangan beserta lumpurnya, kemudian dicuci.
2.Panen total dilakukan apabila kondisi tanah dan medium tidak dapat menyediakan makanan lagi.
j.Ulat Hongkong
Pemanenan dilakukan jika larva ulat berumur 2 bulan dan berukuran 1,5-2 cm. Caranya dengan menggunakan alat penyaring/ayakan dengan agak besar.
PASCA PANEN (Pakan Alami)
a.Hasil panen phytoplankton dapat langsung dimanfaatkan atau disimpan dalam bentuk basah/kering, setelah dikonsentratkan dengan plankton net, plate separate, atau centrifuge.
b.Penyimpanan stok murni phytoplankton dilakukan dalam media cair/agar dan disimpan dalam lemari pendingin dengan masa simpan 1 bulan.
ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1.Analisis Usaha Budidaya
Adanya kecenderungan peningkatan permintaan produksi perikanan mendorong berkembangnya usaha-usaha perikanan budidaya di Indonesia. Hal ini berarti kebutuhan benih semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan benih tersebut, telah diterapkan teknologi manipulasi pembenihan. Kebutuhan pakannya pun dipenuhi dari luar dengan maksud agar jumlah dan kualitas benih yang dihasilkannya bisa maksimal.
Selama ini jenis pakan yang banyak digunakan untuk tujuan tersebut adalah pakan buatan. Akan tetapi, sebagai pakan benih ikan, jenis pakan buatan mempunyai banyak kekurangan dibandingkan pakan alami. Komponen penyusun pakan alami lebih lengkap, sehingga para pembenih ikan cenderung lebih menyukai pakan alami. Kebutuhan ini sulit terpenuhi, karena belum ada pengusaha yang menanamkan modalnya secara khusus dalam produksi pakan ikan alami.
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Pakan ikan alami yang digunakan sebagai makanan benih ikan/udang, sebagian besar dibuat sendiri dalam satu unit pembenihan. Hal ini dirasa kurang praktis dan tidak ekonomis, sehingga masih terbuka kesempatan yang sangat luas untuk membuka usaha produksi ikan alami. Untuk sementara waktu, sasaran utama produksi pakan ikan alami adalah para mahasiswa, peneliti, atau perusahaan pembenihan udang. Tetapi dalam jangka panjang usaha ini memiliki prospek ekonomi yang baik.
Posted By Royan
Sumber Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas